nusabali

Berhasil Ciptakan Alat Pendeteksi Waktu Kawin Tanaman Vanili

Siswa SMAN Bali Mandara Peringkat 4 Kompetisi 'International Science and Engineering Fair (ISEF) 2021'

  • www.nusabali.com-berhasil-ciptakan-alat-pendeteksi-waktu-kawin-tanaman-vanili

SINGARAJA, NusaBali
Dua siswa SMAN Bali Mandeara, Buleleng, I Gusti Ngurah Sucahya Satria Adi Prama, 17, dan Ni Putu Ari Budiani, 17, mencatat prestasi membanggakan dalam kompetisi penelitian ‘International Science and Engineering Fair (ISEF) Tahun 2021’.

Berkat hasil ‘Alat Pendeteksi Wakil Kawin Tanaman Vanili’ yang diciptakannya, kedua siswa Kelas XI MIPA SMAN Bali Mandara ini befrhasil sabet peringkat IV dalam ajang bergensi ISEF 2021 tersebut.

Kompetisi internasional ISEF yang digelar di Amerika Serikat, 1-6 Mei 2021, diikuti IGN Sucahya Satria Adi Prama dan Ni Putu Ari Budiani secara virtual. Kompetisi penelitian tingkat internasional ini melibatkan 2.000 peserta dari 80 negara asal berbagai belahan dunia. Khusus IGN Sucahya Satria Adi Prama dan Ni Putu Ari Budiani, mereka berkompetisi dalam kategori Embeeded System (bagian dari Fisika), yang melibatkan 35 peserta dari berbagai negara.

Dalam kompetisi penelitian internasional ISEF 2021 ini, IGN Sucahya Satria Adi Prama (siswa Kelas XI MIPA 2 SMAN Bali Mandara) dan Ni Putu Ari Budiani (siswi Kelas XI MIPA 1 SMAN Bali Mandara) maju tarung sebagai delegasi Indonesia di bidang Embeedded Systems. Mereka membawakan hasil penelitian ‘Vanilla Breeding Smart Detector Gun’, alat yang dapat membantu petani vanli menentukan waktu penyerbukan yang tepat untuk hasil panen yang maksimal.

Peralatan ‘Vanilla Breeding Smart Detector Gun’ ini sebelumnya sudah sukses memenangkan medali emas dalam Kompetisi Penelitian Siswa Indonesi (KoPSI) 2020 lalu. Itu sebabnya, penelitian ini berhak maju tarung ke ajang internasional ISEF 2021 mewakili Indonesia.

Sebelum maju tarung ke ajang ISEF 2021, kompetisi penelitian terbesar yang bermarkas di Ameriak Serikat, IGN Sucahya Satria Adi Prama dan Ni Putu Ari Budiani sempat 3 kali mendapat pembekalan dari pusat, dengan mentor penelitian nasional. Mereka pun menyempurnakan penelitian sebelumnya, dengan memperbaiki sejumlah komponen ‘Vanil-la Breeding Smart Detector Gun’ untuk hasil yang lebih maksimal.

Putu Ari Budiani menceritakan, idenya untuk membuat alat pendeteksi waktu kawin tanaman vanili ini didapat dari lingkungan asalnya di Desa Yeh Embang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Ari Budiani mengaku terinspirasi oleh ayahnya, I Made Budiasa, yang bekerja sebagai penyakap kebun vanili.

Menurut Ari Budiani, fase tersulit yang selalu dialami ayahnya sebagai petani vanili adalah saat menentukan waktu penyerbukan yang tepat untuk tanaman vanili majikannya. Cara penyerbukan tradisional yang belum memakai parameter yang sahid dan valid, pun sering kali membuat hasil panen tidak maksimal.

“Sehingga kami coba memecahkan persoalan itu dengan menggunakan parameter kelembaban dan warna tumbuhan,” kenang gadis kelahiran Mataram, NTB, 6 Januari 2004 ini, saat ditemui NusaBali di SMAN Bali Mandara di Desa/Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Senin (24/5).

Perjuangan Ari Budiani dan IGN Sucahya Satria akhirnya berhasil menciptakan satu alat pendeteksi waktu kawin (penyerbukan) vanili yang tepat. Dari sejumlah sampel tanaman vanili di wilayah Mendoyo, didapatkan karakteristik sebagai pengukur dari warna batang dan juga suhu tanaman, dengan waktu terbaik sejak pagi pukul 06.00 hingga 10.00 wita. Komponen penguji lalu diakselerasi dengan alat sensor, yang kemudian dapat mendeteksi kapan waktu yang tepat untuk mengawinkan tanaman vanili.

Ari Budiani menyebutkan, awalnya saat diikutikan ke kompetisi KoPSI Tahun 2020, peralatan ‘Vanilla Breeding Smart Detector Gun’ hanya memiliki tingkat akurasi 80 persen. IGN Sucahya Satria dan Ari Budiani pun menyempurnakan penelitian mereka dengan memperbanyak sampel tanamna vanili yang diamati. Hasil pengamatannya itu kemudianu dikombinasikan dan disempurnakan kembali saat menjalani pembinaan tingkat nasional. Terakhir, alat pendeteksi masa kawin tanaman vanili ini dinyatakan memiliki tingkat akurasi 96 persen.

“Selain desain bentuknya kami sempurnakan dengan bentuk pistol agar gampang dipegang dan digunakan, juga ada sejumlah komponen lainnya yang disempurnakan, yakni komponen alat pendeteksinya,” kenang Ari Budiani.

Saat mempersiapkan diri ke ajang kompetisi internasional ISEF 2021, Ari Budiani mengaku sempat khawatir, karena akan menghadapi lawan tangguh dari negara-negara maju. Benar saja, ada 35 peserta dari berbagai negara yang dihadapi duet IGN Sucahya Satria dan Ari Budiani dala bidang Embeeded System di ajang ISEF 2021.

“Cukup tegang juga, karena kami harus menyiapkan materi penelitian dan presentasi dengan matang. Apalagi, presentasinya dilakukan melalui virtual. Yang berat itu soal kemampuan bahasa yang kami gunakan dalam presentasi, karena harus dapat dimengerti dan poin yang kami sampaikan bisa sampai ke dewa juri,” sambung IGN Sucahya Satria.

Ternyata peralatan ‘Vanilla Breeding Smart Detector Gun’ yang dipresentasikan siswa SMAN Bali Mandara ini berhasil meyakinkan dewan juri, sehingga menduduki peringkat IV dalam ajang ISEF 2021. Menurut Sucahya Satria, hasil kerja kerasnya berupa cipataan alat [pendeteksi waktu tepat kawin tanaman vanili ini akan disempurnakan lagi, hingga benar-benar dapat dimasyarakatkan dan digunakan petani vanili di Bali dan Indonesia.

“Kami masih perlu tahapan pengujian parameter lagi, untuk mendapatkan standarisasi dan pengajuan hak cipta untuk bisa masuk ke industri memperbanyak alat ini,” terang siswa kelahiran 14 Januari 2004 asal Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan ini.

Semnetara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SMAN Bali Mandra, Drs I Nyoman Darta MPd, mengatakan keberhasilan siswanya dalam ajang penelitian tingkat nasional dan internasinal memang diawali dengan program Riset Based School (RBS), yang diwajibkan untuk seluruh siswa. Sekolah berbasis asrama yang diinisiasi Pemprov Bali ini pun terus berupaya produktif dan tetap berprestasi, meskipun dalam masa sulit pandemi Covid-19.

“Dalam masa pandemi ini, kami memang bekerja sama dengan orangtua. Pembinaan daring tetap dilakukan, tetapi kalau memang tidak bisa daring, kami minta izin orangtua menghadirkan siswa di sekolah. Karena dalam penelitian tidak bisa semuanya daring. Tetapi, saat tatap muka kami pastikan anak yang ke sekolah aman dengan penerapan protokol kesehatan,” jelas Nyoman Darta.

Penyandang predikat ‘Kasek Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2007’ dan ‘Kasek Keren Nasional Tahun 2017’ ini juga mengatakan setiap tahunnya, siswa SMAN Bali Mandara diberikan kesempatan untuk mengikuti kompetisi. Tak tanggung-tanggung, di tahun 2021 ada 70 proposal penelitian dari siswa SMAN Bali Mandara yang lolos ke tingkat nasional. Nyoman Darta pun bersyukur tahun ini biaya penelitian anak didiknya mendapatkan bantuan dari pemerintah.

“Sebenarnya biaya penelitian anak-anak tidak besar, tahun ini saja ada 70 proposal dengan biaya hanya Rp 50 juta. Tahun ini dapat bantuan pemerintah, sehingga bisa kami antisipasi. Ke depannya, kami berharap dana BOS bisa lebih fleksibel penggunaannya untuk kepentingan pendidikan, sehingga kami pimpinan sekolah tidak lagi ragu memfasilitasi penelitian anak-anak,” tandas mantan Kasek SMAN 1 Si-ngaraja ini.

Menurut Nyoman Darta, SMAN Bali Mandara saat ini sedang mengajukan 10 penelitian siswanya untuk mendapatkan hak cipta. Usulan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) itu sudah dikirimkan ke ke Badan Riset dan Inovasi (Bari) Daerah. “Mudah-mudahan, tahun ini pengusulan kami disetujui. Karena sebelumnya usulan tidak mudah tembus. Dari puluhan penelitian yang sudah mendapatkan hak cipta, baru satu saja yang disetujui, itu pun dibantu LIPI dulu,” katanya. *k23

Komentar