nusabali

Mandi dan Cuci di Sungai Jadi Alternatif

Warga Tekan Biaya Hidup di Tengah Pandemi

  • www.nusabali.com-mandi-dan-cuci-di-sungai-jadi-alternatif

Warga mengakui mandi hingga mencuci pakaian di sungai dapat mengurangi pengeluaran di tengah pandemi.

GIANYAR, NusaBali
Sungai masih menjadi alternatif bagi warga untuk mandi hingga mencuci pakaian. Alternatif ini guna menekan pengeluaran biaya sekecil-kecilnya di tengah himpitan ekonoimi karena pandemi. Kondisi itu terlihat di sejumlah sungai di Gianyar, antara lain sungai atau Tukad Petanu yang membatasi wilayah Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh  - Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar, Minggu (23/5). Terlihat sejumlah warga tengah menikmati aliran sungai. Air tampak jernih. Sejumlah mata air juga masih terjaga dimanfaatkan warga untuk air minum. Ada yang mencuci pakaian, dan berendam. Setiap harinya puluhan warga hilir mudik mandi di sungai ini. Bahkan jika hari-hari libur dan ada pemadaman air bergilir ratusan warga memanfaatkan sungai ini. Selain bersih akses menuju sungai juga mudah dijangkau.

Salah seorang warga yang kebetulan mandi di sungai tersebut, Agus Setiawan, mengatakan mandi di sungai lebih terasa fresh dari pada di kamar mandi. Menurutnya di sungai bisa melihat hijaunya pohon sambil mandi. Selain juga untuk mengirit biaya air bulanan. "Biasanya sebelum kerja atau sore saya sempatkan waktu mandi disini, lumayan deket jaraknya. Air disini juga masih jernih," ungkapnya.

Warga mengakui mandi hingga mencuci pakaian di sungai dapat mengurangi pengeluaran di tengah pandemi. Karena pandemi, pendapatan masyarakat baik pekerja maupun buka usaha, jadi anjlok. Selama ini tidak pernah ada warga yang mengatakan gatal-gatal setelah mandi di sungai. Kendati diakuinya masih ada sampah dari hulu berupa baju. "Tidak pernah ada yang gatal-gatal, karena airnya masih jernih. Tapi kalau untuk air minum maanfatakn pancorannya," ujarnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar Ni Made Mirnawati, Minggu (23/5),  menyebutkan keberadaan sungai-sungai di Kabupaten Gianyar sampai saat ini masih layak digunakan untuk mandi. Tidak ada pencemaran terkatagori berat. Meski tidak dipungkiri masih ada warga yang sengaja membuang limbah ke sungai.

Dikatakan, keberadaan sungai yang masih lestari ini karena di hulu tidak ada industri rumah tangga yang membuang limbah ke sungai secara langsung. "Dari data yang saya pegang, berdasar hasil penelitian tahun 2019, belum ada ditemukan sungai yang tercemar berat," jelas Mirnawati.

Hanya saja, air dari sungai tersebut tidak bisa dikonsumsi langsung. "Kalau digunakan untuk mandi dan mencuci masih layak" ujarnya. Namun, diakuinya kondisi air sungai semakin ke hilir semakin kotor. Ini akibat di beberapa pemukiman penduduk masih ada sebagian yang membuang sampah ke sungai.

Ditambahkannya, 60 titik sumber mata air di Gianyar telah dilakukan uji lab.  Hasilnya kondisi air masih diambang baku mutu. Namun ada beberapa sumber mata air yang rawan pencemaran limbah kimia dan bakteri e-coli. "Bukan tercemar. Namun ada potensi tercemar bakteri e-coli, sehingga lingkungan mata air kita pantau, apa ada peliharaan ternak, atau industri rumah tangga disekitar tersebut", bebernya.

Dia berharap desa dinas dan desa adat ikut menjaga sumber mata air dan sungai di wilayahnya. Hal ini selain bertujuan penyelamatan lingkungan juga mewariskan sungai dan mata air yang layak kepada generasi berikutnya. "Sampai saat ini, kesadaran warga sudah meningkat, hanya saja persoalan pembuangan sampah ke sungai masih menghantui. Ini perlu kesadaran semua pihak," ujar Mirnawati. *nvi

Komentar