nusabali

Kios Buku Budi Jaya Menjaga Budaya Literasi yang Terkikis Teknologi

  • www.nusabali.com-kios-buku-budi-jaya-menjaga-budaya-literasi-yang-terkikis-teknologi

DENPASAR, NusaBali.com - Berkembangnya teknologi yang kian pesat tidak selalu menguntungkan, salah satu yang merasakan dampaknya adalah Nyoman Sarjana yang menggeluti usaha toko buku, majalah dan koran.

Budaya literasi yang didapatkan melalui buku cetak pun mengalami penurunan karena perubahan gaya hidup. “Zaman sekarang apa-apa sudah gampang ditemukan di internet. Yang masih cari bacaan di sini kebanyakan hanya orang tua di atas 50 tahun. Kalau yang remaja dan anak-anak sudah tidak ada lagi yang ke sini,” ucap pemilik usaha kios buku Budi Jaya di Jalan Hayam Wuruk, Denpasar, Jumat (21/05/2021).

Bukan hanya soal pembaca, namun kiriman dari pemasok sudah tidak seperti dulu.  “Kalau mau cari buku dari pemasok biasanya langganan dari Surabaya, sekarang sudah tidak bisa cetak lagi karena menurunnya minat baca dan situasi pandemi.”

Situasi ini berbeda jauh dengan era 1990an hingga 2000an di mana Budi Jaya memiliki beragam penerbit yang kini sebagian besar sudah tidak lagi aktif. “Apalagi sekarang pandemi, sudah kekurangan uang untuk mencetak banyak buku dan saya juga tidak bisa menutup modalnya,” lanjutnya.

Nyoman Sarjana menilai kondisi ini dipicu saat ini masyarakat lebih banyak yang lebih suka membaca melalui gadget dibandingkan dalam bentuk cetak seperti buku. “Saya di sini rata-rata menjual buku cerita, majalah, komik, dan koran. Dulu yang paling laris itu novel, tapi karena di mall besar sudah ada toko buku khususnya dan lebih lengkap, jadi turun lagi di kios sini, akhirnya tidak menjual novel lagi. Yang masih sering ke sini paling-paling sebatas beli koran saja,” ujarnya.

Penurunan animo ini membuatnya juga mengubah jam operasional kios. “Dulu sebelum pandemi saya buka kios setiap hari dari pukul 07.00 sampai 24.00, waktu itu masih ada yang mampir walaupun sudah malam, tapi sejak pandemi jam tutupnya saya percepat karena sepi,” ujar pria berusia 46 tahun tersebut.

Bagi Nyoman Sarjana, kios buku Budi Jaya tersebut sangat bersejarah sejak awal dirintisnya karena merupakan warisan dari almarhum ayahnya yang telah dibangun sejak tahun 1989. “Dulu saya banyak sekali punya penerbit saking larisnya dan banyak peminat. Mungkin itu bisa dibilang masa keemasan bagi toko buku kecil seperti kios saya. Omzet penjualan zaman dulu per tahun itu lumayan banyak bisa sampai ratusan juta rupiah,  tepat sebelum teknologi mulai berkembang. Kalau dibandingkan dengan sekarang sepertinya 10 persen dari itu tidak dapat” ujarnya.

Adapun soal margin keuntungan per buku yang dijualnya diakui ada di angka 35 persen dari harga yang dibanderol pemasok. “Selain buku yang baru-baru terbit, saya juga menjual bekas, biasanya saya jual setengah harga saja,” tambahnya.

Sebagai pemilik kios buku yang sudah berjalan lebih dari 30 tahun, Nyoman Sarjana mengatakan akan tetap mempertahankan usaha yang diwariskan ayahnya, meskipun minat masyarakat sekarang sudah sangat menurun ditambah dengan situasi pandemi. “Moga-moga kondisi perekonomian kita ini bisa cepat normal lagi dan pandemi cepat berakhir, lalu masyarakat mau melirik lagi kios kecil seperti milik saya ini,” ucapnya.

Ia juga berharap agar masyarakat bisa melek lagi terhadap pengetahuan umum yang bisa didapat melalui membaca, terutama generasi muda yang masih berstatus pelajar agar tetap rajin membaca seputar pengetahuan umum yang terjadi sehari-hari. “Ya anak-anak yang masih sekolah itu yang semestinya jadi perhatian khusus ke depannya, karena mereka kan sebagai penerus bangsa, kalau pegang gadget tujuannya untuk main atau pakai sosmed saja ya rugi,” tutup Nyoman Sarjana. *mil

Komentar