nusabali

STAHN Mpu Kuturan Tak Masuk ke Ranah Konflik

Terkait Polemik Aliran Sampradaya Non Dresta

  • www.nusabali.com-stahn-mpu-kuturan-tak-masuk-ke-ranah-konflik

SINGARAJA, NusaBali
Menyikapi polemik aliran sampradaya non dresta di Bali yang mencuat belakangan ini, Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan, menilai perlu dialog bersama untuk mencari jalan keluar.

Meskipun STAHN Mpu Kuturan memilih tak masuk ke ranah konflik, Hindu Bali dipandang perlu pembenahan ke dalam.


Ketua STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Dr I Gede Suwindia, Kamis (20/5) kemarin mengatakan, sebagai lembaga pendidikan STAHN Mpu Kuturan tak masuk ke ranah konflik. Dia pun menyebutkan konflik yang terjadi saat ini agar dinilai langsung oleh publik. Namun menurutnya dalam konteks Bali pada masa pandemi, STAHN Mpu Kuturan ingin menyentuk semua pihak. “Semuanya perlu bersabar, mulat sarira. Yang penting selesaikan masalah dengan dialog. Bali itu terkenal dengan paras paros sapanaya, itu yang harus dilakukan,” ujarnya.

Suwindia pun berharap, seluruh pimpinan di lembaga keumatan, pimpinan adat dan pimpinan tokoh mengerem diri. Hal itu dikatakannya karena Hindu ada di seluruh Indonesia, yang belum tentu memiliki pemahaman yang sama dengan paham Hindu di Bali. “Ini PR kita untuk memperluas wawasan kita semua, biar tidak terjadi mis persepsi. Mis itu kan terjadi karena kita tidak saling berdiskusi lebih luas,” imbuh dia.

STAHN Mpu Kuturan sebagai lembaga pendidikan juga segera akan merancang dialog dan sebagai mediator untuk mencari jalan keluar konflik kepercayaan di Bali. “Kami ingin sesuai dengan nama lembaga kami Mpu Kuturan bisa membuat situasi terkendali, aman, bahkan persepsi yang berbeda bisa didudukkan dan dicarikan jalan keluar. Kami cari momen dulu paling tidak duduk bareng cari pemikiran bersama,” katanya.

Sementara itu STAHN Mpu Kuturan juga mengimbau kepada seluruh tenaga pendidiknya untuk berpendapat sesuai dengan ranah akademik saja. Hal itu untuk menjaga kondusifitas permasalahan yang saat ini asih saling tarik menarik. “Sekali lagi kami tidak masuk ke persoalan dan keputusan yang ada saat ini, karena itu ada historisnya. Hal ini perlu dialog dari hati ke hati, jangan di publik berdebat, apalagi di media sosial yang terkadang informasinya sepotong-sepotong, sehingga tidak memperkeruh situasi,” pesan Suwindia.*k23

Komentar