nusabali

Tiap KK Gunakan Kelapa Hasil Kebun Sendiri

Sentra Produksi Jaja Uli di Batur Sari, Kelurahan Bitera

  • www.nusabali.com-tiap-kk-gunakan-kelapa-hasil-kebun-sendiri

GIANYAR, NusaBali
Kelurahan Bitera, Kecamatan Gianyar punya beragam potensi seni, industri kerajinan, hingga kuliner tradisional Bali.

Salah satunya, usaha jaja uli yang ditekuni hampir semua penduduk di Lingkungan Batur Sari. Mereka semua menggunakan bahan kelapa parut yang dipetik dari kebun sendiri.

Poduk unggulan jaja uli ini berkembang di Lingkungan Batur Sari, Kelurahan Bitera sejak tahun 1960 dan hingga kini tetap eksis. Dari 95 kepala keluarga (KK) yang tinggal di Lingkungan Batur Sari, hampir semua kalangan ibu-ibunya menekuni usaha jaja uli. Usaha ini cukup berarti sebagai tambahan penghasilan keluarga masing-masing.

"Hanya keluarga yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) saja yang tidak menekuni usaha jaja uli di singin. Mereka jumlahnya terbatas hanya 5 song rumah yang terdiri dari 5 KK. Selebihnya, setiap rumah di Lingkungan Batur Sari memproduksi jaja uli," ungkap Bendesa Adat Batur Sari, Dewa Nyoman Gede, didampingi Kepala Lingkungan Batur Sari, I Wayan Darmawan, Minggu (9/5).

Sepengetahuan Dewa Nyoman Gede, pembuatan jaja uli di Lingkungan Batur Sari sudah ada sejak tahun 1960. "Dulu saat saya kecil, ibu saya sudah buat jaja uli," kenang Dewa Nyoman Gede yang kini berusia 62 tahun.

Menurut Dewa Nyoman Gede, seluruh produsen jaja uli di Lingkungan Batur Sari memiliki pangsa pasar berbeda. Harga jual pun berbeda masing-masing KK. Namun, hal ini tidak pernah menimbulkan gejolak. "Ada beberapa yang menjual ke pengepul, ada juga yang dibawa keluar, seperti ke Kelurahan Beng (Kecamatan Gianyar), Desa Batubulan (Kecamatan Sukawati), Desa Bedulu (Kecamatan Blahbatuh),” katanya.

Menariknya lagi, setiap KK pembuat jaja uli dipastikan memiliki pohon kelapa sebagai sumber utama penghasil buah kelapa untuk diparut. Mereka jarang membeli kepala ke tempat lain. “Buah kelapa mereka metik di kebun masing-masing,” papar Dewa Nyoman Gede.

Selain kelapa parut, bahan dasar pembuatan jaja uli adalah ketan, ditambahkan gula merah, pewarna, dan sedikit garam. Menurut dia, bahan baku ketan juga dibeli dari petani setempat.

Seiring berjalannya waktu, produksi jaja uli di Lingkutan Batur Sari memanfaatkan teknologi mesin potong khusus. Hanya saja, mesin potong baru bisa untuk memotong jaja uli ukuran terkecil. "Untuk ukuran sedang, tanggung, dan besar, masih tetap dengan sistem ngaet (memotong pakai pisau)," jelas Bendesa Adat Bitera dua kali periode ini.

Disebutkan, pembuatan jaja uli di Lingkungan Batur Sari ini sejatinya sebagai usaha sampingan keluarga, terutama kalangan ibu rumah tangga. Namun, pendapatan dari usaha jaja uli mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga, bahkan bisa untuk menyekolahkan anak.

"Ini usaha sampingan sebenarnya. Pada awalnya, ibu-ibu saja yang mengerjakan jaja uli. Tapi, sekarang bapaknya ikut bantu. Apalagi, saat pandemi Covid-19 ini, banyak pekerja hotel, vila, dan restoran kena PHK. Ya, mereka ikut bantu-bantu istrinya," tegas Dewa Nyoman Gede.

Sementara itu, pasutri I Wayan Turun, 43, dan Ni Nengah Suarni, 40, mengaku sudah hampir 20 tahun menekuni usaha jaja uli. Nengah Suarni memproduksi jaja uli ukuran kecil, sedang, tanggung, hingga besar. "Sebelum Pasar Gianyar dibongkar, saya sering ngirim jaja uli ke sana. Sekarang pindah ke relokasi pasar di Samplangan. Ada juga pelanggan dari Nusa Dua mencari jaja uli buatan saya,” tutur Nengah Suarni.

Ibu dua anak ini mengaku bisa hidup dari berjualan jaje uli. "Anak saya sedang kuliah semester II di Politeknik Negeri Bali. Dia kuliah dari hasil penjualan jaja uli ini," ujarnya.

Menurut Nengah Suarni, dalam sehari rata-rata membuat sekitar 15 kilogram adonan jaja uli. Jika hari raya, produksinya naik 100 pesren. "Menjelang Hari Raya Galungan kemarin, saya rata-rata membuat 30 kilogram adonan jaja uli."

Sedangkan produsen jaja uli lainnnya, I Komang Apriana, 34, mengatakan lebih cepat bekerja menggunakan mesin. Jika tanpa mesin, adonan 8 kilogram jaja uli bisa dikerjakan sejak pagi sampai malam. Tapi, dengan mesin, adonan 15 kilogram bisa selesai hanya dalam beberapa jam. *nvi

Komentar