nusabali

Program Pemilahan Sampah di Hulu Terkendala Armada Angkut

Digagas Sejak Januari 2019, Baru Terapkan di 6 Desa

  • www.nusabali.com-program-pemilahan-sampah-di-hulu-terkendala-armada-angkut

DENPASAR, NusaBali
Pemilahan sampah di hulu yang digagas Pemkot Denpasar sejak 1 Januari 2019 lalu baru diterapkan di 6 desa yang menjadi percontohan pertama.

Dari penerapan tersebut kendalanya desa masih kekurangan alat angkut sampah motor cikar (moci) untuk pengangkutan sampah organik dan non organik.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Kota Denpasar, Ida Bagus Putra Wirabawa saat dihubungi, Selasa (4/5) mengungkapkan, Pemkot Denpasar selama ini sudah melakukan proses pemilahan sampah sejak 1 Januari 2019 lalu. Pemilahan sampah di hulu ini dilakukan untuk antisipasi sampah yang membeludak ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Suwung yang saat ini sudah mengalami overload.

Dengan proses tersebut, IB Putra Wirabawa alias Gustra ini mengatakan masyarakat diharapkan bisa memilah sampah dari rumah tangga dengan memisahkan antara sampah organik dan non organik. Pemilahan tersebut dilakukan agar bisa dilakukan pengolahan sampah organik di TPS 3R untuk dijadikan pupuk. "Sementara untuk sampah non organik akan langsung dibuang ke TPA Suwung," jelasnya.

Saat ini, Gustra mengatakan pelaksanaan pemilahan sampah di hulu baru bisa dilakukan di 6 desa, yakni Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur. Desa Tegal Kerta, Denpasar Barat, Desa Pemogan, Denpasar Selatan. Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Utara, dan Desa Sanur Kauh, Denpasar Selatan.

"Baru 6 desa, ini kan bertahap kita bina karena banjarnya banyak prosesnya cukup lama tidak bisa sekali sosialisasi akan berhasil. Mengingat, masyarakat perlu edukasi juga," jelasnya.

Saat ini di 6 desa tersebut masyarakat terus diedukasi dengan difasilitasi tempat sampah dari pihak ketiga. "Kalau untuk tong sampah kami bekerjasama dengan pihak ketiga untuk masyarakat agar mereka bisa memiliki dua tong sampah. Tong sampah juga tidak harus dibedakan warnanya. Bisa sama, asalkan ada tulisannya saja biar tidak ketukar saat buang sampahnya," ujarnya.

Gustra mengungkapkan, kendalanya saat ini ada pada alat pengangkut sampah rumah tangga. Walaupun saat ini sudah menggunakan sistem swakelola, namun pengangkutan sampah yang dipilah masih menggunakan satu angkutan moci setuap banjar. Sehingga, satu moci harus melakukan pengangkutan secara bergilir.

Hal itu dilakukan karena saat ini untuk pengadaan moci masih belum ada anggaran. "Ngangkutnya bergilir seperti Desa Pemogan, mereka satu hari ngangkut yang organik, besoknya baru yang non organik. Jadi satu moci dimanfaatkan untuk dua kali angkut secara bergilir," tandasnya. *mis

Komentar