nusabali

Jelang Pujawali di Pura Sakenan, Pelajar hingga Mahasiswa Ikut Ngias

Yowana Kesiman dan Lima Desa Adat Ngayah

  • www.nusabali.com-jelang-pujawali-di-pura-sakenan-pelajar-hingga-mahasiswa-ikut-ngias

DENPASAR, NusaBali
Menjelang Pujawali di Pura Sakenan, Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (24/4), rangkaian acara sudah mulai dilakukan oleh pangempon dari lima desa adat, Yowana Kesiman, dan ratusan pelajar hingga mahasiswa.

Persiapan yang dilakukan antara lain memasang atribut dan mareresik di areal pura.  Dari pantauan NusaBali pada Kamis (22/4), yang mengikuti mareresik dan pasang atribut dari pukul 07.00 Wita hingga 09.30 Wita mulai dari prajuru dari lima desa adat yakni Desa Adat Serangan, Desa Adat Intaran, Desa Adat Suwung, Desa Adat Kepaon, Desa Adat Kelan, Badung, Desa Adat Kesiman, Denpasar Timur, para pamangku, dan pelajar hingga mahasiswa di antaranya dari Universitas Dwijendra, Universitas Mahasaraswati Denpasar, dan Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar.

Manggala Karya Pura Sakenan Ida Bagus Pidada, mengungkapkan kegiatan yang dilaksanakan melibatkan ratusan orang tersebut merupakan rangkaian menjelang Pujawali. Mereka yang datang ke Pura pada Kamis kemarin merupakan pangayah rutin setiap enam bulan (sesuai kalender Bali). “Kali ini kami lakukan ngias dan mareresik sebelum Pujawali. Yang sekarang terlibat ratusan orang dengan protokol kesehatan ketat,” ujarnya.

Kegiatan pada Kamis kemarin, menurut Ida Bagus Pidada, yang menjadi fokus mareresik di tiga pura yang memang menjadi titik utama saat Pujawali yakni Pura Pasamuan Agung, Pura Dalem Sakenan, dan Pura Susunan Wadon. Ketiga pura tersebut sudah dipersiapkan menjelang Pujawali yang akan dilakukan hanya sehari.

Setelah proses pemasangan atribut dan mareresik, pengayah langsung pulang dan menunggu rangkaian selanjutnya pada saat penampahan Kuningan, Jumat (23/4) yakni Ida Bhatara lunga ke Pura Sakenan dari Desa Adat Serangan, Desa Adat Suwung, Desa Adat Kepaon, Desa Adat Pemogan, Desa Adat Intaran, Desa Adat Kesiman, dan Desa Adat Kelan, Badung pukul 16.00 Wita.

Setelah itu, masing-masing desa adat ngaturang Kanca ke Ida Bhatara. Dalam proses mendak Ida Bhatara, masing-masing desa adat yang dulunya menggunakan baleganjur kini ditiadakan. Sebab, Ida Bhatara tidak akan dituntun berjalan kaki, melainkan menggunakan mobil.

Selain itu, yang terlibat ngiringang nantinya hanya dibatasi 30 orang dari prajuru dan pemangku. “Dulu kan dituntun jalan kaki semua diiringi sekitar 6 baleganjur, sekarang baleganjur ditiadakan dan akan menggunakan mobil. Yang terlibat hanya prajuru dan pamangku saja. Masing-masing desa adat hanya mengikutsertakan 30 orang,” kata Ida Bagus Pidada.

Selanjutnya saat Hari Raya Kuningan, Ida Pedanda mulai mapuja pukul 10.00 Wita yang menandakan mulainya piodalan dengan upakara pebangkit dan pakelem ke segara. Pujawali tersebut nantinya akan dipuput oleh dua Pedanda yakni Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa dari Gria Sari Tegal dan Ida Pedanda Buda Jelantik Giri, dari Gria Gunung Sari, Ubud.

Selanjutnya malam harinya pukul 22.00 Wita akan diadakan mailen-ilen mendak Ida Bhatara di Pura Sakenan. “Nah selanjutnya saat, Umanis Kuningan, Minggu (25/4), baru akan melaksanakan katur penganyar. Yang akan dilaksanakan pagi sekitar pukul 09.30 Wita dengan upakara Pulagembal-pulagembal. Selanjutnya rangkaian upacaranya berupa pangilen panyineban karya yang dilaksanakan pukul 13.00 Wita. Ida Bhatara akan disineb langsung budal sekitar pukul 16.00 Wita. Dan upacara puput,” tandas Ida Bagus Pidada.

Dengan pelaksanaan Pujawali hanya sehari, Ida Bagus Pidada memohon permakluman bagi umat Hindu di Bali dan Nusantara. Karena terkendala adanya pandemi Covid-19 ini, Pujawali dipersingkat. Sehingga, pihaknya menyarankan pamedek agar bisa tangkil saat Hari Raya Kuningan dan saat Panyineban.

Saat Hari Raya Kuningan, panitia Pujawali hanya menyediakan waktu sembahyang dari pukul 10.00 Wita sampai 22.00 Wita. Sedangkan saat panyineban pada Minggu (25/4) waktu sembahyang dari pukul 10.00 Wita sampai 16.00 Wita.

Namun, saat persembahyangan Ida Bagus Pidada mengatakan tidak akan memberikan warga bersembahyang seperti biasa. Tetapi panitia akan mengatur para pamedek agar tidak membeludak.

Ida Bagus Pidada menambahkan, untuk warga yang memiliki Palinggih Pura Sakenan diperkenankan untuk ngalungsur tirta ke Pura tanpa dibatasi. Mereka bisa datang langsung atau perwakilan mulai dari penampahan Kuningan sampai Kuningan. *mis

Komentar