nusabali

Film 'Pulau Plastik', Kampanye Soal Timbulan Sampah Plastik Diawali dari Bali

  • www.nusabali.com-film-pulau-plastik-kampanye-soal-timbulan-sampah-plastik-diawali-dari-bali

DENPASAR, NusaBali.com - Menyambut penayangan film dokumenter ‘Pulau Plastik’ dan peringatan Hari Bumi Sedunia, Visinema Pictures berkolaborasi dengan Kopernik, Akarumput, dan WatchdoC mengadakan serangkaian kampanye bertajuk Road to Film Pulau Plastik #BergerakuntukMasaDepan.

Kampanye ini dilaksanakan di beberapa tempat di Bali, 18 - 21 April 2021. Diawali dengan Minggu Tanpa Plastik dengan agenda konferensi pers, temu wicara tentang Solusi Lokal untuk Bumi oleh Trash Hero Indonesia, Yasminida Bali, dan konser musik oleh Navicula di Kebon Vintage Denpasar pada Minggu (18/4/2021). Selain itu ada juga beberapa rangkaian talkshow mengenai berbagai topik terkait aksi, kebijakan, dan solusi untuk mencegah timbulan sampah plastik sekali pakai.

“Kampanye ini merupakan sebuah ajakan untuk terlibat dan menggaungkan makna dari film Pulau Plastik, yakni menjadi bagian dari solusi mengurangi timbulan sampah plastik sekali pakai untuk masa depan bumi yang kita tinggali untuk anak cucu nantinya,” ujar Chyntia Kartika Sari, VP Marketing & Promotions, Content & Entertainment Business, Visinema Pictures.

Kegiatan ini diharapkan memberi ruang bagi semua pihak terkait untuk berbagi solusi dan inisiatif mengenai silang sengkarut permasalahan sampah plastik sekali pakai. “Kami ingin mengundang publik untuk berbagi ragam solusi dalam mengurangi timbulan sampah plastik sekali pakai dan mendorong peran serta multipihak dalam gerakan #TOLAKSEKALIPAKAI. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kesadaran pihak swasta industri, korporasi untuk mendesain ulang atau mengubah kemasan produk mereka agar tidak lagi menggunakan material plastik sekali pakai,” tegas Andre Dananjaya, co-produser film Pulau Plastik.

Puncak kampanye ini adalah penayangan film dokumenter Pulau Plastik pada Kamis (22/4/2021) di Cinema XXI, Level 21 Mall, Denpasar. Bali dipilih menjadi titik awal menyuarakan isu sampah dan menjadi lokasi penayangan perdana film ini.

“Cerita kami dimulai dari Bali karena saya tumbuh di Bali dan melihat banyak dampak negatif dari pesatnya industri pariwisata yang sering mengorbankan lingkungan. Saya percaya Bali punya banyak kebijakan lokal yang dapat menjadi solusi bagi masalah ekologis. Saya juga percaya daerah-daerah lain di Indonesia memiliki kebijakan-kebijakan lokalnya sendiri. Tapi lewat Bali yang dianggap sebagai jendela internasional bagi Indonesia, kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa banyak masyarakat Indonesia peduli terhadap isu lingkungan dan sudah bergerak dengan kebijakan lokalnya masing-masing,” terang Lakota Moira, produser film ini.


Setelah di Bali, film Pulau Plastik akan diputar secara terbatas di beberapa kota lainnya seperti Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Bandung, dan Jabodetabek. Dandhy Laksono, sutradara film ini, berharap film ini dapat ditonton seluas mungkin meskipun untuk sementara penayangannya masih di kota-kota tertentu.


“Semoga animo penonton dapat mengubah keadaan sehingga semakin banyak kota yang bisa menonton film ini, karena skala masalah yang kita hadapi terkait sampah plastik yang digambarkan di film Pulau Plastik ini merata di seluruh kota, bahkan di pelosok kampung hingga pedalaman,” harap Dandhy Laksono, sang sutradara film Pulau Plastik.

Kerja sama dengan Visinema dinilai menjadi kesempatan luar biasa dalam pembuatan film Pulau Plastik ini. “Peluang kerja sama dengan Visinema merupakan kesempatan yang luar biasa untuk membawa Pulau Plastik menjangkau masyarakat yang lebih luas, dari level provinsi ke level nasional, sehingga apa yang menjadi visi dan misi kami di awal pembentukan Pulau Plastik, yaitu membangun kesadaran komunitas tentang masalah sampah plastik dan mengajak semua orang untuk terlibat secara aktif dalam mengambil bagian dan mengadvokasikan perubahan dan solusi, dapat perlahan terealisasi,” jelas Ewa Wojkowska, Chief Operating Officer Kopernik sekaligus produser eksekutif film ini.

Road to film Pulau Plastik #BergerakuntukMasaDepan bertujuan mengajak masyarakat untuk berbagi ragam inisiatif dan solusi untuk mengurangi konsumsi dan timbulan sampah plastik sekali pakai, mendorong implementasi kebijakan pemerintah terkait sampah plastik, dan mendesak penggunaan desain ramah lingkungan.

Diadaptasi dari serial dengan judul yang sama, film dokumenter Pulau Plastik: Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan, dibintangi oleh Gede Robi ‘Navicula’, Tiza Mafira, dan Prigi Arisandi menolak diam dalam melawan plastik sekali pakai. Perpaduan antara ilmu pengetahuan, aktivisme, dan kesenian membawa mereka menelusuri sejauh mana jejak sampah plastik menyusup ke rantai makanan kita, dampaknya terhadap kesehatan manusia, dan aksi yang dapat dilakukan untuk menghentikannya tanpa menimbulkan masalah baru.

“Film ini menggambarkan dengan jelas bagaimana masyarakat dari berbagai kota di Indonesia sudah muak dengan sampah plastik, dan siap membawa semangat perubahan, yaitu dengan mendorong larangan plastik sekali pakai. Pesan ini diharapkan dapat menebar inspirasi untuk beraksi, mendukung kebijakan pemerintah yang sudah berjalan, dan mendorong kebijakan yang belum berjalan,” jelas Tiza Mafira sang protagonis dalam film ini yang juga merupakan aktivis lingkungan ini.

TONTON JUGA:
Robi Navicula, Belajar Pentingnya Literasi dalam Berkarya di Webinar Nasional 2021 Literasi STIKI

Komentar