nusabali

Silat Tuntut Realisasi Sarpras

  • www.nusabali.com-silat-tuntut-realisasi-sarpras

Sarpras yang diajukan ke KONI Bali memang agak terlambat proses kedatangannya. Cara mengakali anak-anak sudah ada punya, dan bahkan ada atlet beli peralatan mandiri.

DENPASAR, NusaBali

Atlet Pencak Silat PON Bali berharap sarana dan prasarana segera terealisasi, karena PON Papua XX/2021 tinggal lima bulan lagi. Untuk itu, apapun yang jadi kebutuhan selama latihan agar segera dipenuhi KONI Bali. Apalagi, pengajuan sarpras cukup lama. Bahkan nama-nama barangnya yang dibutuhkan juga sudah diajukan lewat proposal ke KONI Bali.

"Peralatan yang kami ajukan itu akan dipakai untuk latihan. Seperti bodi protector, tali skiping, tali elastis dan peralatan lainnya. Dan, apa yang kami ajukan itu tidak terlalu mahal," kata pelatih pencak silat Bali, Kadek Satra, didampingi pelatih lainnya, I Made Alek Dwi Putra, saat ditemui mendampingi atlet berlatih pada Minggu (18/4).

Menurut Kadek Satra, sarpras yang diajukan ke KONI Bali memang agak terlambat proses kedatangannya. Cara mengakali anak-anak sudah ada punya, dan bahkan ada atlet beli peralatan mandiri. Semua itu karena kebutuhan dari atlet.

"Mestinya KONI Bali yang memenuhi. Tapi karena kebutuhan mutlak, makanya banyak atlet membeli secara mandiri. Tapi tidak semua atlet memiliki peralatan yang memadai," kata Kadek Satra diamini I Made Alek Dwi Putra.

Dwi Putra menambahkan, menuju PON Papua, diakui persaingan semakin ketat. Hanya saja pihaknya tetap berharap mampu mencapai medali. Dengan kekuatan semakin merata, saat ini memang sudah diprediksi. Seperti perkembangan atlet pencak silat Kaltim, dan Sumatera. Dan, raihan  Bali dibawah Jawa Barat saat Pra PON dengan lima medali emas. Karena itu, mereka sangat berharap mempertahankan hasil Pra PON itu.

"Kami fokus latihan tatap muka 3 kali dalam seminggu. Dan tetap ada latihan rutin secara mandiri di rumah," terang Dwi Putra.

Semua itu dilakukan agar bisa menjaga berat badan. Dan tetap bisa fresh kondisi fisiknya. Yang diantisipasi agar atlet tidak sampai kelebihan berat badan sesuai kelas yang diikuti.  Apalagi saat ini berat badan atlet rata-rata masih dibatasan maksimal. Contoh, di kelas 65 kg, atlet kami malah berat badannya 65 kg.

“Kalau bisa mestinya kurang dari itu. Sewaktu waktu berat badan naik, kan susah jadinya," beber Dwi Putra.

Karena itu, kata Dwi Putra, mengatur pola makanan juga menjadi hal wajib dilakukan. Meskipun empat kali latihan mandiri di rumah mandiri semuanya wajib bergerak dengan maksimal. Sementara soal try out sepenuhnya keputusan tersebut ada pada arahan KONI Bali. *dek

Komentar