nusabali

Aksara Bali Tema HUT Kota Gianyar Salah

  • www.nusabali.com-aksara-bali-tema-hut-kota-gianyar-salah

Hati-hati jika menulis aksara Bali, antara nyalin dari huruf latin, manut pasang aksara (sesuai kaidah penulisan), dan nyuratang raos (menulis ucapan).

GIANYAR, NusaBali
Pemkab Gianyar akan merayakan HUT ke-250 Kota Gianyar melalui apel peringatan di Alun-alun Gianyar, Senin (19/4) pagi ini. Di balik kesiapan perayaan, ternyata ada kesalahn sangat prinsip. Spanduk tema HUT yang dipasang mencolok oleh panitia di alun-alun setempat, ternyata salah dalam penulisan aksara Bali, serta keliru mengartikan kruna (kata) tulisan latin.

Tema dimaksud, ‘Kala Cakra Manastuti Purnaning Jiwa’ (dalam pergerakan waktu, bahagiakan diri menuju keselarasan jiwa). Kesalahan itu dibaca oleh sejumlah warga yang kebetulan joging pagi di alun-alun setempat, Minggu (18/4). ‘’Sepertinya, menurut uger-uger (tata penulisan) aksara Bali, aksara Bali pada tema di spanduknya ini salah. Arti dan makna tema dalam huruf latinnya juga kurang tepat,’’ ujar beberapa warga setempat. Warga menyayangkan hal itu. Karena Gianyar terlanjur menyandang predikat hebat, antara lain sebagai Kota Pusaka, Kota Budaya, dan sebutan mewah lainnya.

Ketua Widyasabha Kabupaten Gianyar I Gusti Ngurah Agus Susana mengatakan, untuk perayaan HUT Kota Gianyar ke-250, belum ada pihak panitia yang berkonsultasi tentang tata tati panyuratan aksara Bali terkait tema HUT ke widyasabha. Dia mengakui ada kesalahan, antara lain, dalam penulisan aksara Bali ‘manastuti’. Jika suku berisi surang, maka patut memakai suku ilut. Na juga harus na rambat. ‘’Hati-hati jika menulis aksara Bali, antara nyalin dari huruf latin, manut pasang aksara (sesuai kaidah penulisan), dan nyuratang raos (menulis ucapan). Jika kurang paham ini, maka rentan salah menulis aksara Bali,’’ jelas pembina Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional asal Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini.

Gusti Agus yang Ketua Bidang Kakawin Widyasabha Provinsi Bali ini menjelaskan, kata-kata dalam tema HUT juga perlu disempurnakan. Misal, kata ‘jiwa’ akan lebih tepat diganti dengan ‘jagat’. Kata ‘purnaning’ juga terkesan dipaksakan jika berarti ‘keselarasan’. Karena ‘purnaning’ berarti ‘kesempurnaan’, bukan ‘selaras’, dan lain-lainnya.

‘’Ya, baiknya, hati-hati menulis tema. Perlu diskusi matang,’’ jelasnya. Saat dikonfirmasi, Sekretaris Dinas Kebudayaan Gianyar I Wayan Suwija mengaku baru ngeh tentang kesalahan itu. Karena tema itu diurus oleh salah satu bidang di kantornya. Sesuai kontak per telepon, kemarin, dia setuju dengan koreksi yang disampaikan Gusti Agus Susana. ‘’Suksma juga atas kepedulian warga yang paham tentang tema ini. Ini tentu akan kami jadikan bahan evaluasi, dan laporan kepada kepala dinas,’’ ujar pejabat asal Desa Mas, Kecamnatn Ubud, Gianyar ini.

Sementara itu, pandemi Covid-19 membuat perayaan HUT ke-250 Kota Gianyar ini, tanpa hiburan. Perayaan berlangsung sederhana untuk meminimalisir kerumunan dan masih berlaku imbauan penerapan protokol kesehatan (prokes). Sebelum pandemi Covid-19, perayaan HUT Kota Gianyar layaknya Pesta Kesenian Bali (PKB). Dimana pada perayaannya diawali dengan parade budaya yang diikuti oleh semua kecamatan se Gianyar. "Karena masih pandemi, dengan berat hati kami tidak bisa menggelar pawai budaya. Sebab HUT Gianyar saat ini tidak boleh melibatkan orang banyak," ujar Kepala Dinas Kebudayaan Gianyar I Gusti Agung Sri Widyawati, Minggu (18/4). *Isa,nvi

Komentar