nusabali

Ratusan Rumah Warga Singaraja 'Tenggelam'

Akibat Banjir yang Terjang 7 Kelurahan di Kecamatan Buleleng

  • www.nusabali.com-ratusan-rumah-warga-singaraja-tenggelam

SINGARAJA, NusaBali
Bencana banjir akibat hujan deras yang terjadi Kamis (8/4) malam, sempat ‘tenggelamkan’ ratusan rumah warga di Kota Singaraja, Buleleng.

Selain itu, banjir malam itu juga merobohkan sejumlah tembok rumah dan senderan jalan di tiga lokasi. Berdasarkan hasil pendataan BPBD Buleleng, Jumat (9/4), ada 7 kelurahan di Kota Singaraja, Kecamatan Buleleng yang terdampak banjir malam itu, masing-masing Kelurahan Kampung Bugis, Kelurahan Kampung Kajanan, Kelurahan Kampung Anyar, Kelurahan Banjar Jawa, Kelurahan Banjar Bali, Kelurahan Banjar Tegal, dan Kelurahan Kendran.

Jumlah rumah warga yang terendam banjir mencapai 173 unit. Terbanyak di wilayah Kelurahan Kampung Bugis dengan 79 unit rumah milik 79 kepala keluarga (KK) ‘tenggelam’), disusul Kelurahan Kampung Anyar (rumah milik 55 KK tenggelam), Kelurahan Banjar Jawa (rumah milik 20 KK tenggelam), dan Kelurahan Kampung Kajanan (rumah milik 19 KK tenggelam).

Di Kelurahan Banjar Bali, tepatnya Jalan Wibisana Singaraja di Lingkungan Tegal Mawar, senderan jalan jebol sepanjang 10 meter dengan tinggi 6 meter. Sedangkan di Kelurahan Banjar Tegal, dua rumah warga jebol diterjang air bah. Rumah tersebut milik keluarga Made Widiarta, 42, di Jalan Pahlawan Singaraja.

Sementara di Lingkungan Penataran, Kelutahan Kendran, juga terjadi petaka tembok jebol yakni rumah milik keluarga Komang Satya Budi, 29. Selain itu, tembok rumah milik sepupu Komang Satya Budi, yakni Komang Karta, juga jebol sepanjang 12 meter dengan tinggi 3 meter.

Rumah milik Komang Setya Budi yang ambruk tersebut sedang dalam proses pembangunan, belum beratap. Menurut Satya Budi, rumahnya ini juga belum dirabat beton, tapi keburu ambruk akibat banjir, Kamis malam pukul 20.00 Wita. “Memang belum beratap. Rencana semula, setelah dirabat beton lantainya, baru dipasangi atap. Tapi, keburu kejadian begini,” keluh Satya Budi di puing rumahnya yang hancur, Jumat kemarin.

Sementara, puluhan warga Kelurahan Kampung Anyar sudah pulang ke rumah masing-masing, setelah sempat mengungsi di Balai Serba Guna akibat banjir, Kamis malam. Jumat kemarin, mereka rata-rata sibuk membersihkan rumah masing-masing.

Lurah Kampung Anyar, Made Sukarta, menjelaskan bencana banjir pada Kamis sore hingga malam, membuat rumah-rumah warga di Lingkungan Kampung Anyar Selatan dan Kampung Anyar Utara sempat terendam air setinggi pinggang orang dewasa. Menurut Sukarta, bencana banjir memang sudah langganan saat musim hujan, mengingat Kampung Anyar berada di dataran rendah dan dekat dengan Kali Mumbul. Namun, banjir kali ini terbilang paling parah.

“Hujannya sangat deras, sehingga air meluber sampai masuk ke ruamh-rumah warga. Selain daerah kami posisinya sangat rendah, pemukiman penduduk juga sangat padat, sehingga aliran air ke laut sangat lamban,” jelas Sukarta.

Dikonfirmasi NusaBali terpisah di Singaraja, Jumat kemarin, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng, I Putu Adiptha Eka Putra, menjelaskan banjir malam itu cukup dahsyat karena hujan sangat lebat. Sejumlah drainase di Kota Singaraja tak mampu menampung limpahan air dari hulu.

Jalan Ahmad Yani Singaraja menjadi titik terparah, karena sedang ada proyek perbaikan drainase yang sumber anggarannya dari pemerintah pusat. “Proyek perbaikan drainase di Jalan Ahmad Yani belum dapat digunakan, sehingga aliran air ke laut tidak maksimal. Kalau yang program drainase anggaran kabupaten, sudah dibuatkan master plan sodetan-sodetan baru untuk menanggulangi terjadinya hujan intensitas tinggi,” jelas Putu Adiptha.

Sedangkan banjir di Kelurahan Kampung Anyar, menurut Putu Adiptha, adalah persoalan klasik dan rutin terjadi setiap tahun. Secara tata ruang sudah tidak layak, karena lokasi pemukiman padat penduduk ini ada di dataran rendah. Bahkan, kawasan Keluraran Kampung Anyar adalah wilayah cekungan, yang sangat rentan menjadi daerah genangan.

Putu Adiptha menyebutkan, Kelurahan Kampung Anyar memerlukan penanganan khusus dan perlu perencanaan jangka panjang. Solusinya, bisa menata dan mengatur kembali seluruh pemukiman warga atau relokasi bedol kelurahan. “Pemerintah beli lahan, kemudian dijadikan RTH (Ruang Terbuka Hijau), lalu masyarakat disediakan lahan lain. Tapi, tentu perlu rencana jangka panjang dan persiapan anggaran daerah cukup tinggi,” katanya. *k23

Komentar