nusabali

Biasa Capai Rp 2 Juta Sehari, Kini Hanya Rp 100 Ribu

Cerita Pedagang yang Bertahan di Pantai Kuta Saat Pandemi

  • www.nusabali.com-biasa-capai-rp-2-juta-sehari-kini-hanya-rp-100-ribu

MANGUPURA, NusaBali
Wabah global Covid-19 melumpuhkan aktivitas perekonomian seluruh masyarakat.

Banyak yang terdampak karena virus tersebut tak terkecuali para pedagang di objek wisata Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, Badung. Meski tidak ada wisatawan yang datang, para pedagang tetap berjualan meski penghasilan mereka jauh dari rata-rata sebelum wabah.

Salah satu pedagang celana pantai keliling, Ni Kadek Asih, 48, menceritakan sejak mencuatnya Covid-19 pada Maret 2020 lalu, dirinya sempat tidak berjualan di objek selama 6 bulan. Hal ini dikarenakan kondisi pada awal wabah  tersebut, adanya larangan berkunjung ke pantai. Sehingga, seluruh pedagang di  Pantai Kuta tidak berjualan. "Saya baru jualan lagi mas, baru beberapa bulan belakangan ini. Sebelumnya stop total jualannya karena sama sekali tidak ada pengunjung," katanya, Kamis (8/4) siang.

Menurutnya, setelah beberapa bulan belakangan ini, sudah ada wisatawan yang mulai berkunjung. Hal ini juga seiring dengan dibukanya gerbang pariwisata domestik oleh pemerintah.  Sehingga, kondisi di pantai sudah mulai ada wisatawan yang berkunjung, meski tidak terlalu banyak. "Ya, karena sudah ada yang datang, makanya saya jualan lagi. Kalau penghasilan jangan tanya mas. Sangat jauh dari dulu sebelum Covid-19. Kalau dulu bisa sampai Rp 500.000 atau Rp 700.000. Tapi sekarang, dapat Rp 50.000 sudah bersyukur," imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan pedagang lainnya, Mistriah, 49. Wanita asal Banyuwangi, Jawa Timur ini juga mengaku sangat terdampak. Sebelum Corona, wanita yang berjualan makanan dan souvernir ini bisa mendapat penghasilan sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta sehari. Namun, saat Corona, paling tinggi penghasilan hanya Rp 100.000, bahkan pernah mendapat Rp 5.000 sehari. "Sangat jauh mas. Belum lagi kita ngontrak tempat jualannya Rp 7,2 juta per tahun. Memang sangat berdampak bagi kita," ujarnya.

Meski penghasilan sangat jauh dari rata-rata, Ni Kadek Asih dan Mistriah mengaku tidak bisa berbuat banyak. Saat ini pilihannya hanya tetap berjualan, meski tidak terlalu banyak wisatawan. "Kalau saya sangat bergantung jualan, kalau tidak jualan, tidak bisa makan. Makanya kita tetap buka. Ya, kalau ada yang beli, kita sudah bersyukur," ucap Mistriah. *dar

Komentar