nusabali

Buleleng Dikepung Banjir

BMKG Ingatkan Bali Waspadai Siklon Tropis Seroja

  • www.nusabali.com-buleleng-dikepung-banjir

Warga Kampung Anyar, Kecamatan Buleleng ramai-ramai mengungsi akibat bencana banjir yang terjang Kota Singaraja tadi malam

SINGARAJA, NusaBali

Hujan deras disertai kilat dan petir yang mengguyur hampir seluruh wilayah Buleleng, Kamis (8/4) sore hingga malam, menimbulkan bencana banjir di sejumlah titik. Banjir terparah terjadi di wilayah Kota Singaraja, Kecamatan Buleleng, di mana puluhan rumah sempat ‘teng-gelam’ dengan ketinggian air sepinggang orang dewasa.

Hujan deras disertai kilat dan petir di Bulelengh terjadi sejak sore pukul 16.00 Wita hingga malam pukul 20.00 Wita. Banjir mulai terjadi sore sekitar pukul 17.00 Wita. Pantauan NusaBali di lapangan, air bah me-luap dari drainase dan memenuhi sepanjang Jalan Kartini Singaraja dan sekitranya. Bahkan, Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Buleleng yang berlokasi di Jalan Kartini Singaraja juga terendam. Luapan air sempat sempat masuk ke ruangan kantor dengan ketinggian 15-20 sentimeter.

Kepala Dinas PUTR Buleleng, Putu Adiptha Eka Putra, mengungkapkan luapan air yang masuk hingga ke ruang perkantoran terjadi Kamis sore sekitar pukul 17.30 Wita. “Tadi sore (kemarin) air sempat masuk ke ruangan, tapi sekarang sudah reda. Astungkara, tidak ada berkas yang terendam, karena kami sudah antisipasi sebelumnya,” jelas Putu Adiptha saat dikonfirmasi melalui jaringan pribadinya di Singaraja, tadi malam.

Kondisi lebih parah terjadi di Jalan Ahmad Yani Timur Singaraja, tepatnya di depan Studio Foto Fuji. Bahkan, air bah yang mengalir dari hulu secepat kilat masuk ke rumah-rumah warga di Jalan Gagak Singaraja dan Jalan Patimura Singaraja wilayah Kelurahan Kampung Anyar, Kecamatan Buleleng.

Di kawasan Kampung Anyar, genangan banjir sampai setinggi paha orang dewasa. Warga yang rumahnya ‘tenggelam’ pun ramai-ramai mengungsi ke Balai Serba Guna Kampung Anyar. Beberapa di antara mereka, terutama yang usia lanjut, terpaksa digendong kerabatnya saat mengungsi agar tidak terseret arus deras.

Seorang warga Kampung Anyar yang tinggal di Jalan Gagak Singaraja, Putu Fery Kurniawan, 25, mengatakan luapan air mulai masuk ke rumahnya, Kamis sore sekitar pukul 17.00 Wita. Luapan air akibat hujan deras mencapai puncaknya tadi malam sekitar pukul 19.00 Wita. Warga pun berupaya mengevakuasi barang-barang rumah tangganya ke tempat yang lebih tinggi.

“Memang sudah langganan banjir di sini setiap musim hujan. Tapi, banjir kaliu ini yang terparah. Biasanya, luapan air hanya sampai sebetis orang dewasa, tapi kalau ini sampai setinggi paha,” keluh Putu Fery.

Meski diterjang banjir, Putu Fery bersama keluarganya memilih tetap bertahan di dalam rumah, tanpa harus mengungsi. Sebab, pondasi rumahnya memang dirancang 1,5 meter lebih tinggi dari halaman rumah dan jalan. “Ini kami masih stay di rumah, mudah-mudahan air segera mereda,” harap Putu Fery.

Sementara, Kepala Pelaksana Harian BPBD Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, mengatakan hingga tadi malam anggotanya masih melakukan assessment di lapangan. Dari data dan laporan yang sudah masuk, kata Ariadi, banjir terjadi di sejumlah titik di Kota Singaraja, seperti kawasan Kelurahan Banjar Jawa, Kelurahan Kampung Anyar, Kelurahan Kalintu, dan Kelurahan Kampung Bugis. Bencana banjir juga terjadi di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng.

“Dari beberapa laporan yang sudah masuk, banjir terparah terjadi di Jalan Flamboyan Singaraja (masuk kawasan Kelurahan Banjar Jawa), dengan genangan setinggi pinggang orang dewasa. Di sana ada 20 unit rumah yang terendam. Kalau total yang terdampak, kami masih melakukan assessment dan pengecekan di lapangan,” ungkap Ariadi saat dikonfirmasi terpisah di Singaraja, tadi malam.

Mantan Kadis Lingkungan Hidup Buleleng ini menyebutkan, banjir di kawasan Kota Singaraja kemarin sore lebih karena merupakan dataran rendah dan bagian hilir Gumi Panji Sakti. Selain itu, saluran drainase juga tak mempu menampung air hujan dengan intensitas tinggi.

Bencana banjir di sejumlah titik wilayah Buleleng terjadi karena pengaruh Siklon Tropis Seroja, yang sebelumnya sudah diprediksi Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Imbauan waspada pun sudah diteruskan BMKG kepada seluruh kabupaten/kota se-Bali tentang dampak siklon yang berpotensi hujan deras, angin kencang, kilat, dan petir.

Sementara itu, BMKG mengeluarkan informasi prakiraan cuaca terkait Siklon Tropis Seroja yang diprediksi mengalami peningkatan dalam 24 jam ke depan. Versi BMKG, Bali bersama tiga provinsi lainnya, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat diminta waspada.

Keempat daerah ini berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai kilat atau petir dan angin kencang. Selain hujan lebat, gelombang setinggi 2,5-4,0 meter juga berpeluang terjadi di perairan selatan Jawa, Samudra Hindia di selatan Bali hingga Nusa Tenggara Timur. Sedangkan tinggi gelombang 4,0-6,0 meter berpeluang terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa.

Berdasarkan analisis BMKG pada Kamis pagi pukul 08.00 Wita, sebagaimana dilansir detikcom, posisi Siklon Tropis Seroja telah berada di Samudra Hindia sebelah selatan Bali atau 16,3 LS-112,6 BT atau sekitar 890 kilometer sebelah selatan-barat daya Denpasar. Dari perkem-bangan arah geraknya, siklon ini cenderung bergerak menuju barat-barat daya dengan kecepatan 29 kilometer per jam, menjauhi wilayah Indonesia.

Menurut prediksi BMKG, dalam kurun 24 jam atau Jumat (9/4) pukul 08.00 Wita, posisi Siklon Tropis Seroja akan berada di Samudra Hindia sebelah selatan Bali atau sekitar 1.120 kilometer sebelah selatan-barat daya Denpasar dan dipastikan menjauhi wilayah Indonesia. Kekuatannya diperkirakan akan mencapai 100 kilometer per jam.

"Melihat adanya hasil analisa dan prakiraan cuaca ekstrem dari BMKG tersebut, maka pemangku kebijakan di daerah diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan mengambil tindakan yang dianggap perlu guna mitigasi dan pengurangan risiko bencana ke depannya," papar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati. *k23

Komentar