nusabali

Komunitas Bipolar Bali Semangati Penyintas dengan Pertemuan Rutin

  • www.nusabali.com-komunitas-bipolar-bali-semangati-penyintas-dengan-pertemuan-rutin

MANGUPURA, NusaBali.com 

 Isu kesehatan mental mendapat perhatian berbagai kalangan hingga melahirkan komunitas untuk membahas lebih dalam mengenai isu ini.

Jenis-jenis gangguan kesehatan mental sendiri ada banyak sebutannya. Depresi, gangguan kecemasan, bipolar dan masih banyak lainnya. Treatment dan perawatannya pun bisa dilakukan dengan terapi atau obat sesuai anjuran psikolog ataupun psikiater.

Komunitas Bipolar Bali adalah salah satu komunitas penyintas dan Caregiver Bipolar dengan keanggotaan lebih dari 50 orang. “Sebenarnya komunitas ini sudah ada sejak lama, tapi memang belum berkegiatan rutin. Baru sejak beberapa bulan terakhir ini kami mengadakan kegiatan-kegiatan rutin,” kata Yarra Rama, Ketua Komunitas Bipolar Bali di sela-sela event The Unseen, Minggu (4/4/2021).

Yarra mengembalikan geliat komunitas ini dengan kegiatan rutin yang diberi nama Bipolar Support Group. Kegiatan dilakukan dua minggu sekali di Rumah Pintar Denpasar. “Berawal dari membentuk sebuah support group sebagai wadah bagi para anggota KBB yang rutin dilakukan setiap dua minggu sekali, akhirnya saya di percayakan menjabat sebagai ketua Komunitas Bipolar Bali (KBB),” ungkap Yarra, penyintas  yang juga menjabat Chairwoman Komunitas Bipolar Bali saat ini.

Support grup yang digelar di Jalan Kamboja, Dangin Puri Kangin, Denpasar Utara ini terbuka bagi para ODB (Orang Dengan Bipolar) yang ingin berbagi cerita dan didengarkan keluh kesahnya, serta berbagi motivasi. Pihak komunitas juga menyediakan psikolog dan psikiater profesional agar anggota bisa berkonsultasi dengan nyaman dan aman.

Selain support group, komunitas ini juga rutin melakukan kegiatan bagi-bagi sembako yang bekerja sama dengan Crisis Kitchen Bali, Movement of Recovery, dan Bali bersama Bisa untuk masyarakat terdampak pandemi.  “Jadi kami melakukan assessment pada masyarakat yang terkena pandemi, karena tingkat pemikiran untuk bunuh diri pada kasus bipolar itu tinggi jadi pada saat saya bertemu dengan beberapa orang yang terkena dampak pandemi, mereka banyak yang nangis dan mengeluh. Ternyata sampai sekitar enam persen mereka pun berpikir untuk bunuh diri. Dari situlah kita bisa saling berempati dan mendengarkan keluh kesah mereka sehingga kita bisa bersyukur dengan kondisi yang hanya bipolar. Saya tahu itu berat, tapi banyak orang yang lebih berat tapi mereka sanggup bertahan,” jelas Yarra.

Ada juga aksi turun ke jalan sambil membagikan nasi bungkus, juga bekerja sama dengan Crisis Kitchen Bali. Dengan adanya kegiatan ini, para anggota KBB bisa lebih bersyukur dengan kondisi kita khususnya melihat area perkampungan yang bisa dikatakan kurang layak sebagai area tinggal.

Komunitas Bipolar Bali sendiri juga tergabung dalam Komunitas Bali Bersama Bisa yakni jaringan kolaborasi yang mendukung kesejahteraan Bali dan kelompok minoritas, baik secara emosional dan fisik dengan inklusivitas dan tanpa stigma. Ada Komunitas Tuna Netra (Kostra), Transpuan Gaya Dewata, Love Strong Women, Movement of Recovery dan lainnya.

Komunitas ini juga sering berkolaborasi mengadakan event bersama. Pada 4 April lalu misalnya, digelar event bertajuk The Unseen untuk memperingati Hari Bipolar Sedunia di Hard Rock Café Kuta. “Itu adalah acara besar pertama yang kami buat setelah vakum lama karena pandemi juga,” imbuh Yarra tentang acara talk show dan art performance yang juga bekerjasama dengan Kostra tersebut.

Di event ini terlahirlah sebuah karya seni berbentuk lukisan. Ketua dari Kostra yaitu Pak Didon melukis dengan materi kanvas, tanpa penglihatan dan hanya mengandalkan imajinasinya. Sedangkan rekan dari KBB, Ardhan mendampingi dalam pemilihan warna. Selain itu, ada juga kolaborasi antara Kostra dan KBB dalam bentuk music performance. 

Sebagai penyintas bipolar, Yarra berharap masyarakat bisa mulai mematahkan stigma yang salah pada orang dengan bipolar atau ODB.

“Dengan mengadakan event dan rutin mengadakan support grup di Rumah Pintar Denpasar, menunjukkan bahwa society sudah bisa menerima bipolar dengan lapang dada,” kata Yarra.

Dia pun berharap masyarakat bisa melihat gejala bipolar ini sebagai hal yang dapat dimaklumi karena para penyintas juga tidak menginginkan kondisi tersebut. “Komunitas kami beragam dari  berbagai kalangan. Ke depannya juga diharapkan semoga komunitas ini bisa semakin berkembang, bertambah keluarga dan kami bisa memberi info kepada orang-orang dan teman-teman ODB yang mungkin belum tahu ada kegiatan aktivitas yang selama ini kita lakukan,” kata Yarra sembari menyebut akun @komunitasbipolar.bali bagi mereka yang ingin bergabung.  *clau

Komentar