nusabali

Portugal Puncaki Grup A

Ban Kapten Ronaldo Dilelang

  • www.nusabali.com-portugal-puncaki-grup-a

LUKSEMBURG, NusaBali
Portugal memetik tiga poin keduanya usai mengalahkan Luksemburg 3-1, dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup A zona Eropa di Stade Josy Barthel, Luksemburg, Rabu (31/3) dinihari Wita.

Tuan rumah unggul lebih dulu lewat Gerson Rodrigues. Namun Portugal membalas tiga gol lewat Diogo Jota, Cristiano Ronaldo dan Joao Palhinha.

Kemenangan ini membuat Portugal memuncaki Grup A dengan 7 poin usai menyamai poin Serbia. Namun  Portugsl unggul selisih gol (+3 banding +2). Serbia sendiri menang 2-1 atas Azerbaijan.

Di balik satu golnya, sejauh ini Ronaldo hobi menjebol gawang Luksemburg. Ronaldo sendiri sedianya nyaris mencetak dua gol. Di menit ke-77, dia gagal memaksimalkan peluang satu lawan satu melawan kiper Luksemburg. Skor 3-1 pun bertahan hingga laga bubar.

Bagi Ronaldo, torehan satu gol itu menambah koleksi golnya ke gawang Luksemburg, menjadi 6 gol dari 10 pertemuan sejak 2004.

Ronaldo menjadikan Luksemburg lawan favoritnya. Sebab, jumlahnya hanya kalah dari Lithuania dan Swedia, yang sudah 7 kali dijebol. Luksemburg sama dengan Andorra, yang sudah enam kali ia jebol.

Sementara itu, ban kapten yang dilemparkan Ronaldo ke tanah setelah tendangannya dianggap tidak sah saat lawan Serbia, akhirnya dilelang dalam upaya membantu seorang bayi yang mengidap penyakit langka.

Saat skor 2-2, Ronaldo mengira mencetak gol di injury time, saat bola tampak melewati garis gawang sebelum Stefan Mitrovic menyapu bola.

Ronaldo marah mendapat kartu kuning karena protesnya bersamaan dengan peluit tanda berakhirnya pertandingan. Dia pun melemparkan ban kaptennya ke tanah.

Salah satu petugas di stadion mengambil ban kapten tersebut, dan segera menghubungi saluran olahraga regional dengan ide melelang untuk amal bagi bayi enam bulan, Gavrilo Djurdjevic, yang menderita penyakit langka.

Bayi Gavrilo menderita atrofi otot tulang belakang, yang ditemukan pada satu dari 10.000 kelahiran. Hal itu mengakibatkan kematian atau kebutuhan ventilasi permanen pada usia dua tahun dalam 90 persen kasusnya.

Gavrilo diharapkan mendapat pengobatan Zolgensma, juga dikenal sebagai "obat termahal di dunia," yang menelan biaya lebih dari dua juta euro atau sekitar Rp 34,2 miliar. *ant

Komentar