nusabali

Daha Lingsir Tewas di Kamar dengan Tangan Terikat

Temuan Heboh di Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng

  • www.nusabali.com-daha-lingsir-tewas-di-kamar-dengan-tangan-terikat

Sebelum ditemukan tewas dalam kondisi mulut tersumpal dan tangan terikat, korban Ketut Mintaning sudah dua hari menghilang sejak Minggu pagi.

SINGARAJA, NusaBali
Seorang daha lingsir (perawan tua) yang tinggal di Jalan Pulau Natuna Nomor 3 Singaraja kawasam Lingkungan Pendes, Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng, Ketut Mintaning, 66, ditemukan tewas dalam kondisi tangan terikat dan mulut tersumbap di kamar rumah kontrakannya, Senin (29/3) siang. Belum diketahui pasti, apakan daha lingsir berusia 66 tahun ini jadi korban perampokan atau apa.

Informasi di lapangan, kematian tragis korban Ketut Mintaning pertama kali diketahui keponakannya, Kadek Ayudiani, 30, Senin siang sekitar pukul 13.00 Wita. Ketika itu, Kadek Ayudiani yang tinggal terpisah sekitar 500 meter dari lokasi TKP, curiga melihat pintu rumah korban dalam kondisi terkunci. Ayudiani sendiri sengaja datang ke rumah korban untuk mengetahui kondisi bibinya. Maklum, korban Ketut Mintaning, yang tak pernah menikah hingga usia 66 tahun, sudah 2 hari tidak terlihat.

Siang itu, Ayu Diani datang ke rumah korban bersama rekannya, dan, Gede Mas Budiasa, 24. Melihat pintu rumah terkunci, Ayudiani langsung memanggil-manggil bibinya, namun tidak ada jawaban. Karena itu, Ayudiani dan Mas Budiasa kemudian mendobrak pintu samping rumah korban dengan menggunakan palu.

Nah, saat berhasil masuk, Ayudiani dan Budiasa kaget menemukan korban Ketut Mintaning sudah dalam kondisi tak bernyawa. Korban yang mengenakam celana pendek motif bunga dan kaos berwarna ungu, tewas dalam posisi tengadah, di mana darah keluar dari telinga, perut kembung, dan kaki menekuk di pintu masuk kamar tidurnya. Yang lebih mengagetkan, korban tewas dalam kondisi mulut tersumpal dan tangan terikat kain.

Temuan heboh ini kemudian dilaporkan Ayudiani ke Polsek Kota Singa-raja untuk segera ditindaklanjuti. Begitu menerima laporan tersebut, jajaran Polsek Singaraja langsung mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP, meminta keterangan lapangan, dan mengevakuasi jasad korban. Olah TKP berlangsung hingga sore pukul 17.00 Wita.

Jasad korban Ketut Mintaning kemudian dievakuasi ke RSUD Buleleng di Singaraja untuk diotopsi. "Jenazah korban sudah dibawa ke RSUD Buleleng untuk dilakukan otopsi besok (hari ini),” ujar Kapolsek Kota Singaraja, Kompol Dewa Ketut Darma Aryawan.

Menurut Kompol Darma Aryawan, pihaknya masih mengumpulkan barang bukti yang berkaitan dengan kejadian ini. Rencananya, polisi akan kembali melanjutkan olah TKP bersama petugas gabungan dari Tim Labfor Polda Bali, Selasa (30/3) ini.

Hingga Senin kemarin, belum diketahui pasti, apa penyebab kematian korban. Terkait kemungkinan korban tewas akibat aksi perampokan sadis, Kompol Darma Aryawan belum bisa menyimpulkan. "Dugaan korban perampokan, masih kami dalami," katanya.

Disebutkan, polisi juga masih memeriksa sejumlah saksi, termasuk untuk mengetahui apakah ada barang-barang berharga milik korban yang hilang. Menurut Kompol Darma Aryawan, pihaknya hanya memastikan jasad korban ditemukan dalam kondisi mulut tersumpal dan tangan terikat kain. Selain itu, juga ditemukan bercak darah di bawah tubuh korban.

Sementara itu, saksi Kadek Ayudiani, yang notabene keponakan korban Ketut Mintaning, mengungkapkan awalnya dia menerima informasi dari seorang tetangga, Luh Janten, 53, bahwa bibinya sudah 2 hari tidak pernah kelihatan. Ayudiani kemudian coba menghubungi bibinya melalui sambungan telepon, namun tidak ada jawaban.

Selanjutnya, Ayudiani yang tinggal di Gang Walet Jalan Pulau Natuna Singaraja pilih mendatangi langsung rumah bibinya itu bersama Mas Budiasa. Mereka menemukan rumah korban dalam kondisi terkunci. "Kemudian, saya loncat pagar dan mendobrak pintu rumah pakai palu," tutur Ayudiani saat ditemui NusaBali di lokasi TKP, Senin kemarin.

Ayudiani mengungkapkan, korban Ketut Mintaning tinggal sendirian di rumah kontrakan itu. Kesehariannya, daha lingsir kelahiran 31 Desember 1956 itu membuka warung sembako di depan rumah. Ayudiani sendiri mengaku terakhir kali bertemu bibinya itu, Sabtu (27/3) malam, dan sempat nongkrong di warungnya.

Saat terakhir bertemu malam itu, kata Ayudiani, bibinya terlihat biasa saja. Selama ini, korban tidak pernah cerita ada masalah apa pun. "Bibi saya sudah lama tinggal sendiri di sini. Saya jarang bertemu dengannya. Kalau ditelepon minta tolong, biasanya baru saya ke sini. Dua hari belakangan, pas saya lewat warungnya memang tutup, saya kira tutup karena ditinggal ke pasar," kenang Ayudiani. Menurut Ayudiani, pihak keluarga masih menunggu proses penyelidikan yang dilakukan kepo-lisian, termasuk terkait penyebab kematian bibinya.

Sementara, tetangga korban, Luh Janten, mengatakan almarhum Ketut Mintaning tidak pernah terlihat lagi sejak Minggu (28/3) pagi. Padahal, korban biasanya membuka warung pagi-pagi. Luh Janten pun sempat memanggil-manggil korban, namun tidak ada sahutan. Sedangkan rumah dan warungnya dalam keadaan terkunci.

Luh Janten kemudian menghubungi keponakan korban, Kadek Ayudiani, untuk mengecek kondisi daha lingsir tersebut. Saat dicek ke dalam rumah, ternyata korban sudah tewas. Menurut Luh Janten, tidak ada tanda-tanda mencurigakan di rumah korban sebelum ditemukan tewas. "Saya nggak dengar ada orang masuk atau suara berisik yang mencurigakan. Korban juga tidak pernah cerita ada masalah apa. Biasanya selalu cerita, karena akrab sama saya. Kalau dia sakit, saya yang biasa merawatnya," tutur Luh Janten.

Luh Janten mengaku terakhir bertemu korban, Sabtu malam sekitar pukul 20.00 Wita. "Hari itu (Sabtu), sejak pagi sampai malam kami ngobrol-ngobrol. Korban terlihat biasa saja. Nah, sejak Minggu pagi, dia tidak pernah kelihatan," katanya. *m

Komentar