nusabali

Bayi Usia Tiga Bulan di Buleleng Derita Penyakit Hirschsprung

Kondisinya Kritis di RSUD Buleleng, Menunggu Tindakan Operasi

  • www.nusabali.com-bayi-usia-tiga-bulan-di-buleleng-derita-penyakit-hirschsprung

SINGARAJA, NusaBali
Bayi berusia 3 (tiga) bulan asal Banjar Dinas Tangeb, Desa Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, Buleleng terlahir dengan menderita penyakit hirschsprung (gangguan pada usus besar).

Saat ini kondisi bayi bernama Ketut Adi Sri Karlida ini sedang kritis dan dirawat di ruang NICU Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Buleleng. Pantauan NusaBali, orangtua bayi, yakni pasangan suami istri (pasutri) Ketut Budayasa, 40, dengan Sang Ayu Komang Sugiani, 37, terlihat pasrah di depan ruang NICU Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Buleleng saat ditemui, Sabtu (27/3) sore. Keduanya sedang mencemaskan anak keempatnya.

Rasa cemas diperparah dengan kondisi ekonomi orangtua dari bayi Ketut Adi Sri Karlida ini pas-pasan. Sejak dibawa dan diputuskan menjalani rawat inap pada, Kamis (25/3) lalu, bayi yang terlahir pada 28 Desember 2020 lalu ini disarankan untuk dioperasi. Hanya saja saat ini kondisi bayi melemah dan harus dibantu sejumlah alat medis.

Menurut cerita ibu bayi, Sang Ayu Komang Sugiani, anak keempatnya itu terlahir normal dengan usia kandungan sembilan bulan dan berat 2,5 kilogram. Awalnya tak ada kejanggalan yang dirasakan Sugiani saat merawat buah hatinya. Namun saat menginjak umur 10 hari sejak kelahirannya di bidan desa, bayi Sri Karlida mulai rewel karena perutnya kembung.

Penyakit kelainan usus besarnya itu datang kambuhan. Hingga pada saat bayi Sri Karlida berumur satu bulan, ibu dan ayahnya memutuskan memeriksakannya ke dokter spesialis anak. “Awalnya kembungnya itu kumat-kumatan, dikasih obat sama dokter spesialis katanya pencernaannya bermasalah. Tidak ada perubahan, satu bulannya lagi saya bawa ke Rumah Sakit Paramasidhi, karena kembungnya kumat dan sesak napas juga,” ujar Sri Sugiani.

Kondisi bayi perempuannya ini pun semakin parah satu bulan terakhir. Buang Air Besar (BAB) bayi Sri Karlida tidak lancar dan harus dicolok obat pencahar terlebih dahulu agar bisa buang air besar (BAB). Lalu pada, Kamis (25/3) penyakit Karlida kumat dan membuatnya menangis sepanjang hari. Sugiani dan Budayasa memutuskan untuk membawa anaknya ke RSUD Buleleng. Setelah mendapat pemeriksaan dokter diputuskan harus menjalani rawat inap.

Selama dirawat di rumah sakit bayi Karlida terus menangis tanpa henti, sehingga selain didiagnosa hirschsprung juga ada pneumonia. “Satu hari di ruang Sakura nangis terus sampai tersedak katanya paru-parunya juga kemasukan ASI karena terus menerus nangis, sampai hilang suaranya dan langsung kejang, terus dibawa ke NICU dipasang oksigen,” tutur Sugiani. Dia juga mengatakan selama kehamilannya Sugiani rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan desa dan minum vitamin. Hanya saja belum sempat USG sebelum kelahiran putri keempatnya ini. Dia pun menyakinkan di keluarga besarnya tak ada keturunan hirschsprung dan tak menduga akan diderita anak bungsunya.

Budayasa dan Sugiani pun mengaku bingung, mengingat kondisi perekonomian mereka yang pas-pasan dengan biaya operasi yang cukup mahal. Belum lagi anak keempatnya ini belum memiliki jaminan kesehatan. Budayasa kesehariannya hanya sebagai tukang kayu membuat berbagai furniture ketika ada pesanan. Budayasa, istri dan ketiga anaknya sebenarnya sudah di tanggung KIS-PBI pemerintah daerah. Hanya saja karena anak keempat bayi Karlida tak masuk tanggungan.

Dirut RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha dihubungi terpisah, Sabtu kemarin mengatakan dari keterangan dokter yang menangani pasien, belum ada jadwal operasi. Hal tersebut mengingat bayi Karlida kondisinya sedang koma dan dibantu ventilator. Sehingga tim medis yang menangani bayi Karlida masih menunggu kondisinya membaik. “Tindakan operasi itu ada aturan dan kelayakannya dari berat badan, umur dan kondisi pasien, ini yang sering menjadi kendala. Tetapi kalau kasus hirschsprung begini sesuai SOP medis terapinya adalah pembedahan,” jelas Dirut Arya Nugraha yang juga dokter spesialis penyakit dalam ini.

Sedangkan jika tindakan operasi memungkinkan setelah kondisi pasien stabil, idealnya dilakukan di rumah sakit yang memiliki dokter bedah anak di RSUP Sanglah. Namun jika keluarga pasien menolak dirujuk penanganan dapat dilakukan di RSUD Buleleng oleh dokter bedah saluran cerna. Tindakan operasi disebut dokter Arya Nugraha adalah penanganan satu-satunya dengan tingkat keberhasilan di atas 90 persen jika kondisi pasien stabil.

Sementara itu kondisi yang menimpa keluarga Budayasa difasilitasi Dinas Sosial Buleleng. Kepala Dinas Sosial Buleleng, I Putu Kariaman didampingi Kasi Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Niken Pujiastuti Tri Utami juga terlihat menjenguk bayi Karlida, Sabtu sore kemarin. Dinas Sosial disebut Kadis Kariaman akan menfasilitasi jaminan kesehatan bayi malang itu dari KIS-PBI APBD.

“KIS-PBI sedang dalam proses, kami juga buka komunikasi dengan seluruh elemen masyarakat dari komunitas, yayasan sosial untuk membantu meringankan beban orangtua bayi terkait penyiapan biaya operasi yang diperlukan,” ungkap Kariaman. Bahkan donasi yang dibuka, Jumat (26/3) malam sudah terkumpul sebanyak Rp 45 juta.

Penyakit Hirschsprung merupakan salah satu jenis kelainan bawaan yang ditemukan pada bayi. Kelainan terdapat pada usus besar (kolon), berupa tidak adanya saraf pada salah satu bagian usus besar yang menyebabkan kontraksi usus terganggu. Bayi dengan penyakit Hirschsprung seringkali mengalami kesulitan dalam buang air besar. Hal ini disebabkan karena gangguan yang terdapat pada sel saraf yang bertugas untuk mengendalikan pergerakan usus. *k23

Komentar