nusabali

Wariskan Buku Berjudul 'Selonding Tinjauan Gamelan Bali Kuno Abad X-XIV'

Peneliti Selonding, Mpu Sri Dharmapala Vajrapani, Meninggal di Usia 79 Tahun Akibat Sakit Komplikasi

  • www.nusabali.com-wariskan-buku-berjudul-selonding-tinjauan-gamelan-bali-kuno-abad-x-xiv

Upacara palebon Mpu Sri Dharmapala Vajrapani akan dilaksanakan pada Anggara Umanis Kuningan, Selasa, 20 April 2021. Sedangkan prosesi ritual munggah tumpang salu sudah dilaksanakan paa Sukra Umanis Warigadean, Jumat kemarin

AMLAPURA, NusaBali

Peneliti gamelan kuno selonding Bali, Mpu Sri Dharmapala Vajrapani, 79, lebar (meninggal dunia) dalam perawatan di RS BaliMed Amlapura, Minggu (21/3) lalu. Sulinggih dari Geriya Pasarman Bauddha Taman Saraswati Asrama, Banjar Pande Tunggak, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem ini berpulang dengan mewariskan buku hasil penelitian berjudul ‘Selonding Tinjauan Gamelan Bali Kuno Abad X-XIV’ dan sejumlah karya satra tradisional.

Almarhum Mpu Sri Dharmapala Vajrapani lebar Minggu pagi pukul 06.00 Wita, setelah sempat selama 5 hari menjalani perawatan di RS BaliMed Amlapura. Sulinggih dan peneliti selonding berusia 79 tahun ini dirawat akibat mengalami komplikasi 7 jenis penyakit, termasuk jantung, diabetes, hipertensi, paru, dan mata. Bahkan, jantungnya sudah dipasangi ring sejak 2 tahun silam.

Salah satu putra almarhum, I Wayan Astika, yang kini menjabat Kepala Dinas Per-pustakaan dan Kearsipan Kabupaten Karangasem, mengatakan Mpu Sri Dharmapala awalnya memiliki riwayat sakit jantung, hingga dioperasi untuk dipasangi ring pada 2019 lalu. Selanjutnya, almarhum mengalami komplikasi banyak penyakit.

“Bahkan, almarhum sempat dua kali menjalani operasi mata. Nah, operasi yang kedua menyebabkan glukoma, hingga almarhum tidak bisa melihat,” ungkap Wayan Astika di Griya Pasarman Bauddha Taman Saraswati Asrama, Banjar Pande Tunggak, Desa/Kecamatan Bebandem, Jumat kemarin. Pasca menderita komplikasi itu, almarhum Mpu Sri Dharmapala tidak bisa lagi katuran mapuja sejak setahun terakhir.

Mpu Sri Dharmapala Vajrapani sendiri semasa walaka (sebelum jadi sulinggih) bernama Jro Pande Mangku Wayan Tusan. Dia dikenal sebagai seniman sastra dan peneliti selonding yang ada di Bali. Hasil penelitiannya selama periode 1992-2001 kemudian dibukukan dalam buku berjudul ‘Selonding Tinjauan Gamelan Bali Kuno Abad X-XIV’. Buku setebal 553 halaman itu dicetak tahun 2001.

Selama melakukan penelitian Selonding Bali, sulinggih yang madwijati pada 27 September 2007 ini lebih banyak menemukan selonding di kawasan Kabupaten Ka-rangasem dan Bangli. Semua hasil penelitiannya dibukukan, lengkap dengan pemaparan bilah-bilah selonding tiap desa, jenis-jenis tabuh, upacara, dan sejarahnya. Termasuk juga melakukan rekonstruksi seperangkat tabuh selonding. Berkat terbitnya buku ‘Selonding Tinjauan Gamelan Bali Kuno Abad X-XIV’ karya Mpu Sri Dharmapala, banyak kalangan menjadikannya sebagai referensi.

Selain peneliti selonding, almarhum Mpu Sri Dharmapala juga dikenal sebagai seniman satra tradisional Bali. Karya sastranya terbilang cukup banyak. Karya sastra terakhir sebelum lebar adalah ‘Gitanjali Stuti’, yang mengisahkan perjalanan Sang Buddha.

Almarhum juga menulis prasasti, salah satunya Prasasti Pura Penataran Pande Besakih Tahun 2000. Atas ketekunan bergelut di dunia sastra dan seni tabuh klasik, Pemkab Karangasem sempat menganugerahi Mpu Sri Dharmapala penghargaan sebagai seniman tua ‘Wija Kusuma’ Tahun 1997. Disusul kemudian penghargaan ‘Dharma Kusuma’ dari Pemerintah Provinsi Bali Tahun 2001.

Kini, sulinggih yang seniman satra dan peneliti selonding ini telah berpulang buat selamanya. Almarhum Mpu Sri Dharmapala berpulang dengan meninggalkan 2 istri: Mpu Istri Pramodha Wardana dan Mpu Istri Pramodha Wardhani, serta 6 anak dan 12 cucu.

Jenazah sulinggih kelahiran 10 November 1942 ini akan diupacarai palebon pada Anggara Umanis Kuningan, Selasa, 20 April 2021 mnendatang. Sedangkan upacara ritual munggah tumpang salu sudah dilaksanakan di rumah duka, Geriya Pasraman Bauddha Taman Saraswati Asrama, Banjar Pande Tunggak, Desa/Kecamatan Bebandem pada Sukra Uma-nis Warigadean, Jumat, 26 Maret 2021 sore pukul 15.00 Wita.

Upacara munggah tumpang salu kemarin dipuput oleh dua sulinggih, masing-masing Ida Sri Mpu Sri Dharma Svani (dari Geriya Buddha, Banjar Geria, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli) dan Sire Mpu Dharma Dasa (dari Geriya Taman Sari, Banjar Pande, Desa Tamanbali, Kecamatan Bangli).

Pantauan NusaBali, prosesi diawali dengan ritual nyiramang layon (memandikan jenazah), lalu pasang kewangen, lanjut mengenakan wewalungan, dan terakhir ngeringkes. Kemudian, jenazah almarhum diusung ke Bale Sakanem (bertiang 6). Setelah itu, segenap pamangku melakukan pembersihan di areal pekarangan geriya, disertai persembahyangan yang diikuti pretisentana.

Menurut Wayan Astika, upacara munggah tumpang salu ini bertujuan untuk mene-mpatkan layon di atas bumi, dengan harapan sang atma menemui kasucian. "Ini prosesi awal memohon kasucian untuk sang atma, sebelum upacara palebon," jelas Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Karangasem ini. *k16

Komentar