nusabali

Gajah Mina Kolaborasikan Puisi Sahadewa dan Karya Lukisan Gunawan

Buku Gajah Mina Jadi Sumber Bahasan di Acara Timbang Pandang 'Alih Kreasi Puisi, Lukisan, dan Sketsa'

  • www.nusabali.com-gajah-mina-kolaborasikan-puisi-sahadewa-dan-karya-lukisan-gunawan

Penyair dr Dewa Putu Sahadewa akui karya-karya lukisan dan sketsa Made Gunawan yang luar biasa telah memicu imajinasinya untuk menulis 27 puisi sebagaimana tertuang di dalam buku ‘Gajah Mina’

DENPASAR, NusaBali
Buku bertajuk ‘Gajah Mina’ menjadi sumber topik bahasan dalam acara Timbang Pandang ‘Alih Kreasi Puisi, Lukisan, dan Sketsa’ yang digelar di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali, Jalan Nusa Indah Denpasar, Rabu (17/3). ‘Gajah Mina’ menjadi sangat spesial, karena mempertemukan dua genre berbeda, puisi-puisi karya penyair dr Dewa Putu Sahadewa dan seni visual (lukisan, sketsa) karya perupa Made Gunawan. Ini disebut Pasatmian dalam Alih Kreasi Puisi, Lukisan, dan Sketsa Gajah Mina.

Buku ‘Gajah Mina’ terbitan Bali Mangsi Foundation (2021) ini memuat 27 puisi karya penyair Dewa Putu Sahadewa dan 41 lukisan serta sketsa kreasi dari perupa Made Gunawan. Buku inilah yang menjadi titik berangkat perbincangan dalam acara Timbang Pandang yang digelar secara luring dan daring di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali hari itu.

Kegiatan Timbang Pandang yang dimoderatori penyair Warih Sisatsana tersebut menghadirkan dua narasumber, yakni Prof Dr Nyoman Darma Putra MLitt (kritikus sxastra yang juga akademisi dari Fakultas Ilmu Budaya Unud) dan Dr Jean Couteau (budayawan asal Prancis yang lama tinggal menetap di Bali). Penyair Dewa Putu Sahadewa dan perupa Made Gunawan juga hadir langsung dalam acara tersebut.

Timbang Pandang yang disiarkan secara daring ini, diikuti 103 peserta dari berbagai latar melalui saluran zoom. Acara juga berlangsung secara luring di Ruang Cinema Lantai I Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali, dengan hadirin terbatas dan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Timbang Pandang dengan titik awal perbincangan buku ‘Gajah Mina’ itu sendiri membahas bagaimana upaya alih kreasi dan kolaborasi kedua kreator, penyair Dewa Sahadewa dan perupa Made Gunawan. Disinggung pula perihal kedalaman tematik, keunggulan karya, berikut kemungkinan penciptaannya di masa datang.

Dalam acara itu, penyair Dewa Putu Sahadewa dan perupa Made Gunawan mengemukakan bagaimana proses kreatif penciptaan karya-karya yang terangkum di buku ‘Gajah Mina’. Mereka juga mengungkapkan awal mula kolaborasinya. “Karya-karya lukisan maupun sketsa Made Gunawan yang luar biasa, memicu imajinasi saya untuk menulis puisi sebagaimana tertuang di dalam buku ‘Gajah Mina’,” ujar Sahadewa.

Menurut Sahadewa, proses kreatif ini berlangsung alami, terlebih karena ada komunikasi dan kontak personal yang intens antara dirinya dengan Gunawan. Dalam proses memaknai pertemuan, mereka kemudian sepakat melibatkan Hartanto dari Penerbit Bali Mangsi Foundation untuk mewujudkan karya kolaborasinya dalam sebuah buku.

Sahadewa sendiri adalah seorang dokter lulusan Fakultas Kedokteran Unud yang kini bertugas di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Eksponen Sanggar Minum Kopi Denpasar ini sudah menulis puisi sejak SMA. Puisi-puisinya telah disertakan dalam beberapa festival sastra, sudah pula diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Rusia, bersama beberapa penyair Indonesia lainnya. ‘Gajah Mina’ adalah kumpulan puisi tunggal ketiga Sahadewa, setelah 69 puisinya di ‘Rumah Dedari’ dan antologi puisi bilingual bertajuk ‘Penulis Mantra’.

Sedangkan 41 lukisan dan sketsa kreasi dari perupa Made Gunawan dalam buku ‘Gajah Mina’ tersebut, sebelumnya sudah sempat dipamerkan di Galeri Komaneka at Keramas Beach, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, pada 23 Februari hingga 16 Maret 2021. Pameran tersebut juga digelar serangkaian peluncuran buku ‘Gajah Mina’ yang dilangsungkan 23 Februari 2021.

Perupa Made Gunawan sendiri telah aktif berpameran sejak tahun 1995, baik di dalam maupun luar negeri. Pameran tunggal terpilihnya, antara lain, Pameran Sketsa dan Lukisan ‘Nungkalik’ di rumah kos, Pameran di Galery Hadiprana Jakarta (2002), ‘Perempuan’ di Jenggala Keramik Jimbaran Bali, ‘Melody & Beauty From the Paradise Island’ di Galery Hadiprana Jakarta (2004), Pameran di Montiq Galery Jakarta (2007), pameran ‘Third Solo Exhibition’ di Galery Hadiprana Jakarta (2008), pameran di Art Village Gallery Malaysia (2009), Tree Of Life di Ha-diprana Gallery Jakarta (2014), ‘Garis Bali’ di AMBIENTE Jakarta (2015), dan Tree of Life at Hadiprana Gallery Jakarta (2018).

Sementara, kritikus sastra Prof Nyoman Darma Putra yang hadir sebagai narasumber dalam acara Timbang Pandang ‘Alih Kreasi Puisi, Lukisan, dan Sketsa’ di Gedung Ksirarnawa, mengungkapkan buku ‘Gajah Mina’ karya Dewa Putu Sahadewa dan Made Gunawan merupakan bentuk alih kreasi atau alih wahana yang menarik. Buku ini menyajikan karya alih wahana dari lukisan atau sketsa menjadi karya puisi.

Sisi uniknya, kata Darma Putra, adalah sejumlah karya lukisan Made Gunawan yang sejatinya berangkat dari sastra, seperti Lubdaka. Nah, ini kemudian direspons kembali oleh penyair Sahadewa menjadi puisi. “Gajah Mina boleh dikata memperkaya proses alih wahana dalam tradisi seni. Saya ingin menyebutnya sebagai Pasatmian, ini merupakan sebuah proses dialog estetik antara puisi dan lukisan,” jelas Darma Putra.

Pasatmian berasal dari kata Satmiya, yang dalam Bahasa Sanskerta berarti menjadi satu, dipersatukan, satu dalam hakikat, satu dalam sifat dasar, atau cocok dengan sifatnya. Pasatmian diartikan Darma Putra sebagai sebuah ‘hybrid’, bukan semata mencerminkan rwa bhineda. “Sebagai penyair, Sahadewa tidak berhenti pada karakteristik kasatmata atau penampakan saja, tetapi masuk ke dalam esensi,” papar Darma Putra.

Sedangkan budayawan Dr Jean Couteau mendalami lukisan-lukisan dan sketsa-sketsa Made Gunawan dalam buku ‘Gajah Mina’, yang secara stilistik dan estetik telah mempribadi.

Sementara itu, seniwati multitalenta Ni Putu Putri Suastini, yang juga istri Gubernur Bali Wayan Koster, mengapresiasi digelarnya acara Tim-bang Pandang ‘Alih Kreasi Puisi, Lukisan, dan Sketsa’ di Gedung Ksirarnawa. Menurut Putri Koster, ini adalah pertanda bahwa para seniman masih terus berkarya, meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19. Agenda-agenda kesenian sesungguhnya bisa menjadi ‘imun’ untuk masyarakat Bali. Dengan berkesenian penuh semangat dan tetap mengolah elan kreatif, daya imun seseorang atau masyarakat bisa terjaga.

Putri Koster mengatakan, para pegiat seni, termasuk sastra patut berbangga dan bersemangat, karena Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster tidak hanya telah memberi wadah untuk pengembangan seni tradisi, namun juga seni modern dan kontemporer melalui penyelenggaraan program Festival Seni Bali Jani. “Karena itu, saya mengajak seniman-seniman Bali multitalenta untuk tak henti berkreasi dan berkolaborasi antar bidang, serta terus bertumbuh menjadi sumber daya manusia yang kental dengan kekuatan seninya,” tandas Putri Koster, yang membuka acara Timbang Pandang melalui zoom. *nar

Komentar