nusabali

Sejak 1998 Cuma Mampu Bangun Padmasana, Kini Mulai Galang Donasi

Umat Hindu di Kecamatan Pamukan Barat, Kotabaru, Kalimantan Selatan Berupaya Bangun Pura

  • www.nusabali.com-sejak-1998-cuma-mampu-bangun-padmasana-kini-mulai-galang-donasi

Umat Hindu dari Suku Dayak Kaharingan yang kini berupaya membangun Pura Jagat Raya Setia Dharma di Desa Batuah, Kecamatan Pamukan Barat, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan mencapai 13 KK dengan jumlah 35 orang.

JAKARTA, NusaBali
Umat Hindu di Desa Batuah, Kecamatan Pamukan Barat, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan tengah berupaya membangun pura. Pembangunan tempat suci yang diberi nama Pura Jagat Raya Setia Dharma tersebut sudah dirintis sejak tahun 1998, namun hingga kini belum kunjung tuntas. Umat Hindu setempat pun mulai menggalang donasi untuk menyelesaikan pembangunan pura terebut.

Sekretaris Pembangunan Pura Jagat Raya Setia Dharma, Wahyuni Frengky, 27, mengatakan selama 21 tahun sejak dirintis pada 1998, pembangunannya pura tersebut tidak kunjung menunjukkan perkembangan berarti. Sampai saat ini, baru terbangun Palinggih Padmasana setinggi 3 meter di Pura Jagat Raya Setia Dharma.

“Kami pun berupaya menggalang donasi, yang kami buka sejak Desember 2020 lalu. Donasi ini akan kami buka sampai waktu yang belum ditentukan. Sejauh ini, donasi yang terhimpun baru sekitar Rp 27 juta," ujar Frengky kepada NusaBali di Jakarta per telepon, Sabtu (6/3) lalu.

Menurut Frengky, sumbangan yang terhimpun mencapai Rp 27 juta itu tidak hanya berasal dari umat Hindu di Kecamatan Pamukan Barat, Kabupaten Kotabaru saja. Tapi, ada juga donasi dari umat Hindu di Bali, DKI Jakarta, hingga Papua. Dana yang sudah terhimpun ini rencananya akan digunakan untuk membangun tembok penyengker terlebih dulu, agar Pura Jagat Raya Setia Dhaarma lebih aman dan nyaman.

Frengky menyebutkan, selama ini penyengker Pura Jagat Raya Setia Dharma hanya berupa pagar yang terbuat dari bambu. Pagar tersebut dibuat secara gotong royong tahun 2019 lalu. Selanjutnya, pada 2020 pagar bambu diganti dengan kawat. “Nantinya, dari hasil donasi akan dibuat tembok penyengker pura dari beton degan ukuran 20 meter × 20 meter,” papar Frenky.

"Rencananya, minggu depan kami akan memulai membangun pondasi pagar (tembok penyengker). Dana yang dibutuhkan diperkirakan mencapai Rp 80 juta, sementara yang terkumpul sampai saat ini baru Rp 27 juta. Semoga ke depan semakin banyak umat Hindu dari berbagai daerah memberikan donasi agar pagar pura bisa segera selesai," lanjut tokoh muda berusia 27 tahun ini.

Frengky menyatakan, sebagai Sekretaris Panitia Pembangunan Pura Jagat Raya Setia Dharma, dirinya telah mengajukan proposal kepada Bupati Kotabaru. Hanya saja, proposal tidak tembus, sehingga pihak-nya akan mengandalkan donasi dari umat Hindu asal berbagai wilayah di Indonesia. “Kami telah memasang informasi tersebut ke media sosial,” kata Frengky, yang kesehariannya bekerja di kebun kelapa sawit.

Menurut Frengky, bila nanti donasi yang diperoleh sudah banyak, panitia akan lanjut membangun Padmasana setinggi 7 meter dan Bale Pertemuan Pura Jagat Raya Setia Dharma. "Mudah-mudahan tercapai, agar umat di sini memiliki tempat ibadah yang memadai," harapnya.

Ide pembangunan Pura Jagat Raya Setia Dharma sendiri, kata Frengky, berawal ketika kakeknya, Ucit, merantau ke Bali tahun 1995. Di Bali, sang kakek mendapat pengetahuan tentang agama Hindu. Setelah pulang kampung ke Desa Batuah, Kecamatan Pamukan Barat, Kota Baru, Kalimantan Selatan, sang kakek memberi informasi kepada masyarakat setempat yang merupakan Suku Dayak Kaharingan mengenai agama Hindu.

Dari situ, mereka akhirnya masuk agama Hindu dan berusaha membangun Pura Jagat Raya Setia Dharma bersama masyarakat transmigran asal Bali pada 1998. Namun, karena lokasi Pura Jagat Raya Setia Dharma cukup jauh sekitar 10 kilometer dari lokasi tempat tinggal transmigran Bali, akhirnya pembangunan mandek. Masalahnya, krama Bali perantauan (transmigran) pilih membuat pura sendiri.

Pura yang dibangun krama Bali perantauan itu bernama Pura Jagat Hitta, berlokasi di Desa Mayang Sari, Kecamatan Pamukan Barat, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Pembangunan Pura Jagat Hitta ini dimulai tahun 2000 silam.

Walhasil, umat Hindu di Desa Batuah, Kecamatan Pamukan Barat, Kabupaten Kotabaru yang merupakan Suku Dayak Kaharingan, bahu membahu berusaha membangun Pura Jakat Raya Setia Dharma secara mandiri, sejak tahun 1998. Menurut Frengky, pembangunan pura ini dilakukan 13 kepala keluarga (KK) Hundu berjumlah sekitar 35 orang. Namun, saat hari-hari besar keagamaan seperti Galungan, transmigran asal Bali kerap sembahyang di pura ini. *k22

Komentar