nusabali

Cegah Jatuhnya Korban, Kagama Gelar Webinar 'Sesana Tari Rangda'

  • www.nusabali.com-cegah-jatuhnya-korban-kagama-gelar-webinar-sesana-tari-rangda

DENPASAR, NusaBali
Jatuhnya korban jiwa dalam melakukan sasolahan Rangda membuat Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada) angkat bicara. Berkaca dari peristiwa-peristiwa sasolahan Rangda yang berujung duka tersebut, Kagama Bali bakal menggelar webinar bertajuk ‘Sesana Tari Rangda’ pada Sabtu (6/3) besok.

Webinar ini akan membahas mengenai etika-etika dalam masolah Rangda, agar krama Bali memiliki pemahaman, bahwa terdapat sesana atau etika-etika yang perlu diperhatikan dalam menarikan tarian Rangda.

“Webinar ini tidak untuk menyalahkan siapa-siapa, tapi lewat seminar ini bisa memberikan pemahaman apa yang boleh dan tidak, khususnya saat menari Rangda yang sifatnya sakral,” ungkap Ketua Panitia Webinar I Putu Eka Mahardika dalam jumpa pers di Kubu Kopi Denpasar, Kamis (4/3).

Beberapa tokoh yang akan memberikan pandangan terkait sesana Tari Rangda tersebut di antaranya, Mangku Kadek Serongga dan Mangku Nyoman Ardika (Sengap) yang merupakan seniman, serta akademisi sekaligus Ketua Sanggar Gases Dr I Komang Indra Wirawan SSn MFilH.

Sejatinya, seminar dengan tema serupa telah dilakukan pada 2015 silam, namun masih terdapat penari yang menarikan tarian sakral ini tanpa memperhatikan sesananya. Putu Eka Mahardika menyebutkan, ada enam kasus serupa yang pernah tercatat.

Webinar bidang Sosial-Budaya Kagama Bali ini terselenggara atas kolaborasi Perkumpulan Among Budaya Capung Mas, DPP Peradah Bali, literasipedia.id, dan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali.

Mangku Nyoman Ardika (Sengap) akan memaparkan materi mengenai wilayah-wilayah rohani dalam menarikan Rangda, siapa saja yang boleh menarikan Rangda, dan waktu-waktu untuk menarikan sasolahan sakral tersebut.

“Sebenarnya proses menarikan Rangda, kalau digunakan untuk ritual, itu sakral. Jadi penarinya pun harus mengikuti proses pawintenan, proses mesakapan. Sudah dikategorikan sebagai pemangku, karena kita itu memahami orang itu menarikan Rangda untuk kebutuhan apa. Itu yang pertama, sehingga sekarang banyak yang kemudian bisa menari Rangda memiliki Rangda, kemudian langsung menarikan,” ujarnya.

Lanjutnya, seorang penari Rangda harus memiliki tiga taksu. Yang pertama, bagaimana seorang penari itu sesaluknya digunakan dengan benar, pas, dan layak. Kedua, bagaimana seorang penari memiliki sebuah aura. Ketiga, yaitu tentang bagaimana penari memiliki wawasan.

Sehingga penari memiliki kesadaran bahwa tarian ini tak hanya untuk ditarikan, namun lebih kepada fungsi spiritual. “Kalau kemudian konteksnya adalah sebuah barang seni maka yang ditunjukkan hanya dalam konteks seni saja, jangan disangkut pautkan dengan ritual,” paparnya.

Sementara itu, Komang Indra Wirawan atau yang juga dikenal dengan Komang Gases akan memaparkan tentang tetuak atau lelaku dalam menarikan Rangda. Terakhir, Mangku Kadek Serongga akan memaparkan materi mengenai eksistensi tarian Rangda. *cr74

Komentar