nusabali

Kera Alas Kedaton Ogah Makan Buah Import, Pilih Pisang dan Pepaya

  • www.nusabali.com-kera-alas-kedaton-ogah-makan-buah-import-pilih-pisang-dan-pepaya

Ngrebeg woh-wohan yang digelar pada Saniscara Kliwon Uye atau Tumpek Kandang, Sabtu (26/11), merupakan naur sesangi untuk mengembalikan kejayaan Alas Kedaton.

Tumpek Kandang di Alas Kedaton, Gebogan Buah Setinggi 2 Meter  


TABANAN, NusaBali
Desa Pakraman Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, untuk kedua kalinya menggelar upacara ngrebeg gebogan woh-wohan (gunungan buah) di Pura Dalem Kahyangan Kedaton pada Saniscara Kliwon Uye atau Tumpek Kandang, Sabtu (26/11). Dibanding enam bulan lalu, jumlah gebogan yang digunakan sesaji lebih meningkat. Selain Desa Pakraman Kukuh yang membuat gebogan woh-wohan setinggi 2 meter, Kelompok Pedagang Alas Kedaton (KPAK) berpartisipasi dengan menghaturkan 10 gebogan alit.

Sebelum prosesi ngrebeg dimulai, Pamangku Pura Dalem Kahyangan Kedaton I Ketut Sudira memimpin upacara ngotonin wre (kera) penghuni Alas Kedaton. Selanjutnya sembahyang bersama prajuru Desa Pakraman Kukuh, kelian adat se-Desa Kukuh, Perbekel Kukuh, dan kelian dinas se-Desa Kukuh serta pengurus dan anggota KPAK. Usai persembahyangan digelar upacara ngrebeg di jaba tengah Pura Dalem Kahyangan Kedaton. Prosesi ngrebeg lengkap dengan bebandrang, tedung, dan lelontek. Di belakangnya berjejer belasan anggota KPAK yang membawa gebogan. Iring-iringan terakhir gebogan setinggi 2 meter.

Iring-iringan ini mengitari areal jaba tengah Pura Dalem Kedaton sebanyak tiga kali. Setelah itu baru ke jaba sisi untuk menggelar mapeed gebogan. Atraksi mapeed gebogan woh-wohan ini menjadi daya tarik bagi wisatawan. Mereka mengabadikan tradisi itu dalam bentuk rekaman video maupun foto. Suasana mapeed makin meriah dengan iringan tabuh blaganjur dari Sekaa Teruna Bhuana Dharma Putra Banjar Adat Lodalang, Desa Kukuh, Kecamatan Marga. Setelah diputar sekali di areal jaba sisi atau areal parkir, gebogan buah ditempatkan di tengah-tengah untuk memancing kera mendekat dan berebut buah. 

Pantauan di lapangan, begitu gebogan ditempatkan, para pengayah langsung menjauh dengan harapan kera mendekat. Benar saja, satwa kera Alas Kedaton yang populasinya mencapai seribuan mulai mendekat. Hanya saja jumlah kera yang mendekat sekitar puluhan dari kelompok barat pura. Sementara kelompok kera lainnya dibawakan gebogan kecil persembahan KPAK. Tampak kera berebut buah lokal yakni pisang dan pepaya. Kera juga mengambil daun sawi dan daun pepaya untuk dimakan. Sementara buah import hingga satu jam setelah acara tak disentuh kera.

Bendesa Adat Kukuh I Gede Subawa mengatakan, ngerebeg gebogan woh-wohan merupakan impelentasi Tri Hita Karana, khususnya palemahan yakni hubungan manusia dengan lingkungan alam. Dijelaskannya, pada Saniscara Kliwon Uye merupakan upacara memuliakan sato (hewan) baik piaraan maupun hewan liar. “Kami punya kera dan kelelawar di Alas Kedaton, kami gelar upacara otononan untuk binatang tersebut,” ungkap Subawa.

Sementara ngrebeg woh-wohan buat kedua kalinya merupakan naur sesangi untuk mengembalikan kejayaan Alas Kedaton. Pada era tahun 1990-hingga tahun 2001, Alas Kedaton menjadi objek wisata favorit dengan kunjungan per hari rata-rata 5.000 wisatawan. Terkait buah-buahan untuk sesaji pada acara berikutnya akan dievaluasi. * k21

Komentar