nusabali

Timba Ilmu ke Sejumlah Barista di Bali, Sasar Pelanggan Umat Hindu dan Umum

Made Genta Wedangga, Anak Muda Hindu yang Buka Coffee Shop Dekat Pura Kertajaya, Tangerang

  • www.nusabali.com-timba-ilmu-ke-sejumlah-barista-di-bali-sasar-pelanggan-umat-hindu-dan-umum

Usaha ini diharapkan dapat menginspirasi kalangan muda Hindu untuk menerapkan entrepreneurship dan bisa menjadi benchmark (tolok ukur) Pura lain agar berkembang.

JAKARTA, NusaBali

Metode penyeduhan kopi yang keren menginspirasi I Made Genta Wedangga membuka usaha minuman kopi di Pura Kertajaya, Jalan KS Tubun Dalam No 108, RT004/RW004, Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Padahal pemuda berdarah Bali yang lahir di Tangerang, 2 September 1995 ini merupakan sosok yang tidak terlalu menyukai kopi. Namun hal itu tak mempengaruhinya.

Apalagi sejak kuliah menempuh pendidikan S1 Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat pada 2014 lalu, dia sudah bermimpi ingin memiliki usaha sendiri sehingga menambah motivasi dirinya untuk mewujudkan impian tersebut. Made Genta berkolaborasi dengan dua orang teman. Salah satunya adalah Ketua Perhimpunan Pemuda Pemudi Hindu Tangerang (Permudhita), Nyoman Sidiartha.

"Awalnya saya tidak suka kopi. Lantaran makin ke sini, kopi semakin tren dan metode seduhnya banyak serta keren membuat saya ingin membuka usaha minuman kopi. Saya selanjutnya menceritakan itu kepada teman. Ternyata mereka sepemikiran," ujar Genta kepada NusaBali, Senin (1/3). Mereka pun sepakat membuka Maya Coffee and Tea dengan modal Rp 400 juta. Nama Maya mereka ambil karena memiliki makna kekuatan supranatural yang baik dan buruk disatukan. Mereka berharap melalui nama itu bisa menjadi pemersatu.

Plus tonggak kolaborasi dari berbagai kalangan dan latar belakang sehingga dapat menghasilkan karya-karya hebat dari kolaborasi anak bangsa. Mereka menyewa tempat di depan Pura Kertajaya dengan panjang 16 meter dan lebar 6,5 meter. Maya Coffee and Tea saat ini masih dalam tahap pengenalan atau private event pada 28 Februari 2021 lalu, sehingga Made Genta belum mengejar omzet.

Mereka mengambil moment saat syukuran kantor baru PHDI Provinsi Banten dan pengumuman peraih hadiah pembeli sertifikat punia kantor PHDI Provinsi Banten di Pura Kertajaya. Private event dilakukan selama dua minggu dengan menyediakan 10 kg kopi. Genta turun langsung melayani para pemesan. Bahkan dia yang meracik. Pujian pun dilayangkan kepada Genta, karena rasa minuman kopinya pas.

Meski begitu ada masukan pula, khususnya di minuman cookies and cream yang kurang terasa. Masukan tersebut menjadi perbaikan ke depan bagi Genta, termasuk ketika pemesan minuman kopi banyak, dia kewalahan. Lalu cleaning dan manajemen kerja juga akan diperbaiki.

Anak kedua dari tiga bersaudara ini mengaku, kemampuan meracik minuman kopi dia peroleh secara otodidak. "Bisa dikatakan 90 persen saya otodidak. Saya belajar dari Youtube," papar Genta. Genta pun melakukan praktek langsung. Dia membeli blender, stemer dan mesin kopi.

Kemudian belajar metode manual brew dengan membuat Vietnam Drip, V60 dan French Press berulang-ulang. Minuman itu, Genta tawarkan kepada orangtua. Saat mereka menyatakan rasa sudah cocok, Genta tidak berdiam diri. Dia selanjutnya belajar membuat Espresso dan Latte.

Guna menambah pengetahuan, adik dari Ni Putu Fredika Destre Dewi dan kakak dari Ni Komang Widyantari ini bertanya dengan sejumlah barista. Dia memilih ke Bali, karena di sana terdapat barista yang memiliki kemampuam bagus dalam meracik minuman kopi. Genta terbang ke Bali pada November 2020 lalu.

Dia menuju Kintamani, Klungkung dan Denpasar. Setelah itu, Genta memulai proses pembukaan Maya Coffee and Tea. Untuk kopi, Genta memesan kopi Arabika Semendo dari Sumatera Selatan. Dia memilih kopi itu lantaran rasanya cocok dengan selera mereka. Rencananya Maya Coffee and Tea buka secara resmi pada pertengahan Maret 2021. Kini Genta sedang mencari barista dan tukang masak lantaran di tempatnya juga menyediakan makanan kecil seperti kentang goreng dan sandwich. Pengumuman Genta pasang di media sosial.

Hasilnya ada 30 pelamar. "Minggu depan, saya akan interview mereka," ucap pria yang baru saja lulus dari Magister Manajemen Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat ini. Kelak bila sudah memiliki pegawai, Genta tidak lagi membuat minuman kopi secara langsung. Dia hanya memantau serta fokus pada manajemen dan pemasaran.

Maya Coffee and Tea membidik konsumen berusia 18-30 tahun, karena mereka adalah orang yang menyukai minuman kopi serta kerap bekerja di luar kantor sehingga membutuhkan tempat yang nyaman. Maya Coffee and Tea pun dapat memenuhi itu. Apalagi mereka menyediakan Wifi di sana. Harga minuman di sana berkisar Rp18.000-38.000. Sementara makanan kecil Rp 20.000-30.000. Genta nantinya menargetkan omzet sebesar Rp 60 juta per bulan dan cost Rp 20 juta per bulan. Pria yang pernah bekerja di industri kimia ini optimis mencapai target tersebut.

Sebab, posisi Maya Coffee and Tea strategis, yakni berada di depan Jalan KS Tubun Dalam Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Banten. Alhasil kalangan umum bisa membeli pula. Anak dari pasangan I Ketut Jono dan Limus Budiyati ini berharap, usahanya dapat menginspirasi kalangan muda Hindu untuk menerapkan entrepreneurship dan bisa menjadi benchmark (tolok ukur) Pura lain agar berkembang.

Walau belum buka secara resmi, Maya Coffee dan Tea menunjukan kepedulian sosial. Mereka menyalurkan bantuan berupa sembako kepada Pinandita di wilayah Tangerang yang terkena banjir. Penyerahan dilakukan Genta dengan disaksikan Ketua Yayasan Vidya Kertajaya I Ketut Jono dan Ketua Banjar Tangerang I Gusti Made Artha. *k22

Komentar