nusabali

Prof Dibia Terima Penghargaan Seni Tertinggi dari Negara India

  • www.nusabali.com-prof-dibia-terima-penghargaan-seni-tertinggi-dari-negara-india

DENPASAR, NusaBali
Budayawan dan maestro seni, Prof Dr I Wayan Dibia SST MA, mendapat anugerah bergengsi dari pemerintah India. Mantan Guru Besar Institut Seni Indonesia ((ISI) Denpasar ini menerima penghargaan seni tertinggi bernama Padma Shri Award 2021.

Dianugerahinya penghargaan istimewa ini, tak urung membuat Prof Dibia merasa kaget, karena dengan kekaryaan yang dilakoni sejak tahun 70-an dirinya hanya ingin mengabdi dan berkarya di bidang seni dan tak terlintas di pikirannya bakal menerima penghargaan. Terlebih, pengakuan ini datang dari negara lain, yaitu India.

“Padma Shri Award adalah penghargaan untuk bidang seni, penghargaan ke empat tertinggi dari 11 penghargaan bergengsi pemerintah India,” ujar Prof Dibia kepada NusaBali, Senin (1/3). Surat pemberitahuan dari Kedutaan Besar (Kedubes) India di Indonesia ini, sebutnya, telah diterima pada pertengahan Februari 2021 lalu. “Awalnya sempat dinfokan pihak kedutaan bahwa saya mendapat Padma Shri Award 2021 dari pemerintah India lewat telepon saja. Namun saya belum berani meyakini kebenaran ini, dan setelah mendapat surat resmi tertanggal 11 Februari 2021 baru yakin. Rencananya penyerahan penghargaan ini diperkirakan berlangsung akhir tahun ini di India dan langsung diserahkan oleh Presiden India,” ungkapnya.

Diterimanya penghargaan ini bagi Prof Dibia merupakan sebuah tantangan baru dalam berdedikasi dalam dunia seni, utamanya seni tari. “Dengan penghargaan ini bagi saya suatu tantangan untuk mendedikasi kemampuan di bidang seni, kalau dilihat kekaryaan saya memang sering mengambil lakon cerita Mahabharata dan Ramayana,” lanjut budayawan kelahiran Singapadu, Gianyar pada 14 April 1948 ini.

Pertama kali dirinya berkarya, yakni sejak tahun 1971, berupa prembon yang mengambil kisah Gatotkaca Sraya, dan dilihat garapan itu, otomatis memperkuat posisi sastra India, dan mulai dikenal masyarakat Bali melalui seni pertunjukan. Selanjutnya pada tahun 1972, barulah dirinya memulai garapan kecak gugurnya Prabu Drestaratha. Garapan seni selanjutnya dituangkan dalam wujud kecak yang isinya banyak mengangkat epik India, seperti epos Ramayana dan Mahabharata.

“Tahun 1969, pertama kali saya tampil menari ke India menarikan Hanoman, dan terakhir saya menarikan Hanoman 2013. Kemudian muncul kolaborasi karya body cak, juga mengangkat Ramayana, di mana mengisahkan Sugriwa perang, kolaborasi Kaliyudha, melibatkan penari Cak Rina, juga penulis sastra Gunawan Muhammad tentang Ramayana,” jelasnya.

Kemudian di tahun 2016 dengan garapan Lata di Toronto, bersama dengan San Pradaya, dengan garapan seni berjudul Pralaya, yaitu sebuah pementasan seni teater tari, di mana cerita itu tidak saja digerakkan, tapi juga diucapkan dan cerita yang diangkat juga kembali mengisahkan Mahabarata.

Garapan ini merupakan kombinasi Tari Baratanatya (India) dan tari klasik Bali. “Ketika ditampilkan di Kanada dan di India, ternyata dua budaya Bali-India masih bisa berdialog dan secara politik ada jembatan yang terjalin, bahkan ahli-ahli India memberi respons positif,” ucap pria yang mengabdikan dirinya selama 44 tahun di lembaga seni sejak berstatus ASTI, kemudian STSI hingga menjadi ISI Denpasar.

Kiprahnya dalam menjalin karya seni antara dua budaya ini, menurut Prof Dibia, bisa jadi menjadi dasar pertimbangan pemerintah India memberi penghargaan seni tertinggi. “Bagi saya tentu bukan kemenangan pribadi melainkan menjadikan penghargaan ini sekaligus pengakuan kepada  seniman Bali,” ujar dedengkot seni tari yang namanya disegani di jagat seni ini.

Prof Dibia sendiri juga memiliki harapan kepada seniman di Bali agar senantiasa merancang karya-karya baru. Sisi positifnya memberikan motivasi dari aktivitas berkesenian bagi seniman di Bali dan untuk mencapai kualitas dalam berkarya. Untuk Indonesia, baru tiga tokoh yang mendapatkan penghargaan Padma Shri dari Pemerintah India, yakni pematung Nyoman Nuarta dan Agus Indra Udayana (pendeta Hindu), kemudian Prof Wayan Dibia menerima penghargaan di bidang kesenian. *cr74

Komentar