nusabali

Gubernur Koster Tutup Bulan Bahasa Bali 2021

Diakhiri Sasolahan Sendratari ‘Aji Janantaka’ SMKN 3 Sukawati

  • www.nusabali.com-gubernur-koster-tutup-bulan-bahasa-bali-2021

Belum ada Provinsi lain di Indonesia yang mengupayakan pemuliaan terhadap bahasa ibunya, melalui pelaksanaan Bulan Bahasa seperti di Bali ini.

DENPASAR, NusaBali

Gubernur Bali, Wayan Koster secara resmi menutup Bulan Bahasa Bali ke 3 tahun 2021 yang mengangkat tema 'Wana Kerthi-Sabdaning Taru Mahottama' yang bermakna Bulan Bahasa Bali sebagai Altar Pemuliaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Tertaut Jelajah Pemaknaan Hutan sebagai Prana Kehidupan.

Acara penutupan Bulan Bahasa Bali ke 3 yang tanpa penonton ini berlangsung sukses pada, Redite Kliwon Tolu, Minggu (28/2) di Taman Budaya Provinsi Bali (Art Centre) Denpasar dan dilaksanakan secara Hibrid Luring-Daring.

Dalam sambutannya, Gubernur Koster mengatakan Pulau Bali sejatinya tidaklah besar. Tetapi di tempat yang kecil bernama Bali memiliki Bahasa Bali yang merupakan Bahasa Ibu, begitu juga dengan Aksara Bali yang berperan menuliskan kemuliaan pemikiran para leluhur, dan Sastra Bali yang bisa kita jadikan pedoman kehidupan sekala maupun niskala.

"Dari 718 bahasa daerah yang ada di Indonesia, hanya 11 bahasa daerah yang memiliki aksara daerah, salah satunya Bahasa Bali," ujar Gubernur Bali yang dikenal getol melestarikan adat, tradisi, seni dan budaya, serta kearifan lokal Bali ini.

Gubernur Koster kemudian menjelaskan bahwa di Bali terdapat Aksara Bali yang kembali dibagi menjadi tiga, antara lain Aksara Wréastra, Swalalita, dan Modré yang digunakan dalam menulis berbagai hal ikhwal kehidupan maupun kematian. Selain itu, Sastra Bali juga banyak tertulis di dalam lontar-lontar.

"Berdasarkan penyampaian Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali di tahun 2020, jumlah lontar yang telah dicatat hingga diidentifikasi telah mencapai 29.658 dengan berbagai kondisi. Hal ini menunjukkan bahwa kita di Bali memiliki sebuah kebudayaan yang adi luhung, mulia, dan sangat utama jika dibandingkan dengan daerah lainnya," ujar mantan Anggota Komisi X DPR RI membidangi pendidikan, pariwisata, adat, budaya dan ekonomi kreatif ini.

Mengetahui tentang keutamaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali yang demikian adanya, maka Gubernur Koster dengan konsep kepemimpinannya di Pemprov Bali telah berupaya membuatkan regulasi Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali, serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.

"Peraturan ini menunjukkan secara jelas bahwa Pemerintah Provinsi Bali menaruh harapan besar agar keberadaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali semakin berkembang dan semakin mampu bersaing dalam perkembangan jaman. Peraturan ini juga sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi Bali, Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, yang intinya adalah mengutamakan pembangunan Bali dengan didasari atas adat, tradisi, seni, budaya, dan kearifan lokal lainnya yang ada di Bali," sebut Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng ini didampingi Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Ny Putri Suastini Koster, Sekda Bali Dewa Made Indra, dan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Wayan 'Kun' Adnyana.

Atas keberadaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali di Pulau Dewata ini, Gubernur Koster yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PDIP Provinsi Bali ini dengan tegas menyatakan hanya masyarakat Bali yang memiliki Bulan Bahasa Bali. Belum ada Provinsi lain di Indonesia yang mengupayakan pemuliaan terhadap bahasa ibunya, melalui pelaksanaan Bulan Bahasa seperti di Bali ini.

"Boleh kita cinta bahasa Indonesia, belajar bahasa asing, tapi nomor satu yang wajib adalah menjaga dan menggunakan bahasa Bali. Jadi cara hidup kita di Bali, lokal, nasional, global. Jangan bisa bahasa Inggris, tapi lupa bahasa Bali. Wajib bahasa Bali, kalau tidak kita siapa lagi. Kepercayaan untuk menjaga budaya Bali, harus kita percayakan kepada orang Bali," tambah Gubernur jebolan ITB ini.

Dia juga menyatakan dirinya melihat Bulan Bahasa Bali tahun ini sudah diikuti oleh banyak sekali masyarakat Bali, hingga datang dari luar Bali seperti Sulawesi, Jogja, Bandung, dan banyak lagi dari daerah lainnya, karena acara dilaksanakan secara virtual. Hal ini menurut Gubernur Koster merupakan bukti bahwa keberadaan Bahasa Bali sudah dijadikan sebagai tempat berdiskusi, mencurahkan pemikiran, belajar, serta sebagai ajang hiburan oleh masyarakat. Pandemi Covid-19 ini pun diharapkan segera berakhir, sehingga Bulan Bahasa Bali dapat terlaksana dengan dukungan peserta yang lebih banyak dari tahun ini.

"Krama Bali sareng sami sane dahat kusumayang titiang,

Malarapan antuk pasuécan Hyang Widhi Wasa, acara Bulan Bahasa Bali warsa kalih tali selikur puniki paripurna sineb titiang. Sapisanan titiang nunas pangampura yéning wénten atur titiang sané nénten manut ring sajeroning pikayun. Pinaka wesananing atur, puputang titiang antuk parama shanti. Om Santih, Santih, Santih Om," tutup Gubernur Koster.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Wayan 'Kun' Adnyana melaporkan Bulan Bahasa Bali 2021 yang digelar Pemprov Bali telah berlangsung selama 27 hari (1-28 Februari 2021) dan berjalan sukses.

Bulan Bahasa Bali 2021 menyajikan sejumlah kegiatan  yang dikemas dalam bentuk Widya Tula (seminar), Kriya Loka (lokakarya), Prasara (pameran), Wimbakara (lomba), Utsawa (festival), Sesolahan (pergelaran), dan pemberian penghargaan Bali Kerti Nugraha Mahottama. Selama pagelaran ini berlangsung, antusias peserta cukup tinggi, walaupun acara dilaksanakan secara terbatas dengan melaksanakan protokol kesehatan (prokes) secara ketat.

Untuk Widyatula (seminar), kami menghadirkan para pembicara andal. Mereka adalah para penekun sastra, penekun usadha, akademisi maupun tokoh intelektual. Widyatula mengangkat enam topik, yakni Kalimosaddha, Widyosadha, Sastra Panaweng Gering, Usadhi Pranawa, Usadhikanda dan Dharma Usadha.

Sedangkan kegiatan Kria Loka (lokakarya) juga menghadirkan enam narasumber dengan mengangkat tiga materi, yakni Pangenter Acara (Pembawa Acara), Ngreka Baligrafi, dan Ngracik Loloh. Kemudian Prasara (pameran) melibatkan 60 seniman prasi lintas generasi. Pameran ini merupakan penampilan karya seni prasi terbesar di Bali. Mengenai Wimbakara (lomba) selama bulan bahasa Bali, tercatat ada sebanyak 17 jenis lomba, ada yang kategori untuk umum dan ada juga peserta merupakan hasil seleksi dari tingkat kabupaten/kota. Untuk lomba kategori umum meliputi Lomba Pidarta Tingkat Universitas, Lomba Vlog, Lomba Artikel, Lomba Musikalisasi Puisi, Lomba Foto dan Caption Berbahasa Bali, Lomba Cipta Puisi, Lomba Cerpen, Lomba Prasi, Lomba Poster, dan Lomba Komik Strip. Bagi pemenang juara I, II dan III akan menerima hadiah uang tunai dan piagam.

Kemudian lomba yang diikuti perwakilan Kabupaten/Kota yakni Lomba Nyatua Bali Krama PKK, Lomba Pidato Berbahasa Bali Bendesa Adat, Lomba Debat Bahasa Bali, Lomba Baligrafi, Lomba Mengetik Aksara Bali di Komputer, Lomba Ngwacen Lontar Daa Taruna, dan Lomba Nyurat Aksara Bali Tingkat SD. Untuk juara I, II dan III akan menerima uang tunai dan piagam.

Selanjutnya Sesolahan (pergelaran) melibatkan 16 Sanggar yang telah ditayangkan secara virtual di chanel YouTube Disbud Provinsi Bali. Selama kegiatan berlangsung 27 hari, jumlah penonton secara aktif lewat daring  mencapai 14.000 orang lebih. Penonton sesolahan seni sastra melalui pentas virtual disaksikan 13.191 penonton, peserta seminar daring (6 kali) diikuti 1.200 peserta dan peserta workshop (4 kali dengan  prokes) sebanyak 100 orang, ada juga pengikut instagram atau follower 2.000 lebih.

Dalam acara penutupan tersebut, Gubernur Koster secara simbolis nibakang toya ring jun dan diakhiri dengan acara sasolahan sendratari Aji Janantaka dari Sanggar Seni Gita Lestari yang dibawakan oleh SMKN 3 Sukawati, Gianyar. *nat

Komentar