Industri Ikan Pindang Mampu Bertahan
Terdampak Pandemi
DENPASAR,NusaBali
Pandemi Covid-19 berdampak di semua sektor dan sub sektor perekonomian masyarakat.
Mulai dari usaha besar, sampai usaha mikro kecil (UMK). Salah satunya usaha pemindangan ikan di pusat pemindangan ikan di Pantai Segara Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.
Para pemindang mengakui usaha pemindangan juga tak luput dari dampak pandemi. Hal itu ditandai penurunan volume produksi. Namun demikian kegiatan memindang tetap jalan. Tak sampai berhenti sama sekali.
“Sebelum pandemi kami bisa memindang 300 keranjang setiap hari. Sekarang berkurang,” ujar I Made Sregeg,57, seorang pemindang (buruh pembuat pindang) di bangsal pemindangan di Pantai Segara Kusamba, Sabtu (27/2).
Berapa persisnya jumlah penurunan tidak tentu, karena juga tergantung dari pasokan bahan baku yakni ikan laut. “Bisa 200 keranjang saja,” lanjut Sregeg ditemani Ni Ketut Srengkig, istrinya.
Memang menurun, namun beruntung be pindang tetap menjadi lauk pauk rakyat yang favorit. Bukan saja harganya yang relatif terjangkau, namun juga rasa be pindang yang enak, gurih tetap disuka banyak kalangan. Itulah yang menyebabkan industri ikan pindang Kusamba tak ‘goyah’ di tengah pandemi.
Puluhan pemindang di bangsal pemindangan tetap punya pekerjaan, membersihkan ikan kemudian memasaknya menjadi pindang matang. Asap dari puluhan tungku pemindangan tetap ngebul. Hanya jumlah ikan yang dipindang berkurang, karena daya beli masyarakat berkurang akibat pandemi. *K17
Para pemindang mengakui usaha pemindangan juga tak luput dari dampak pandemi. Hal itu ditandai penurunan volume produksi. Namun demikian kegiatan memindang tetap jalan. Tak sampai berhenti sama sekali.
“Sebelum pandemi kami bisa memindang 300 keranjang setiap hari. Sekarang berkurang,” ujar I Made Sregeg,57, seorang pemindang (buruh pembuat pindang) di bangsal pemindangan di Pantai Segara Kusamba, Sabtu (27/2).
Berapa persisnya jumlah penurunan tidak tentu, karena juga tergantung dari pasokan bahan baku yakni ikan laut. “Bisa 200 keranjang saja,” lanjut Sregeg ditemani Ni Ketut Srengkig, istrinya.
Memang menurun, namun beruntung be pindang tetap menjadi lauk pauk rakyat yang favorit. Bukan saja harganya yang relatif terjangkau, namun juga rasa be pindang yang enak, gurih tetap disuka banyak kalangan. Itulah yang menyebabkan industri ikan pindang Kusamba tak ‘goyah’ di tengah pandemi.
Puluhan pemindang di bangsal pemindangan tetap punya pekerjaan, membersihkan ikan kemudian memasaknya menjadi pindang matang. Asap dari puluhan tungku pemindangan tetap ngebul. Hanya jumlah ikan yang dipindang berkurang, karena daya beli masyarakat berkurang akibat pandemi. *K17
Komentar