nusabali

Pariwisata Sepi, Orderan Atap Buyuk Anjlok

  • www.nusabali.com-pariwisata-sepi-orderan-atap-buyuk-anjlok

NEGARA, NusaBali
Pandemi Covid-19 yang melumpuhkan sektor pariwisata di Bali, turut berdampak terhadap berbagai usaha lain.

Tidak terkecuali pengerajin atap daun buyuk (nipah). Orderan atap buyuk yang biasa dipesan untuk atap bangunan vila, mengalami penurunan yang signifikan. Seperti diungkapkan salah satu perajin atap buyuk, Ni Ketut Londri, 69, di Banjar Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, Jembrana, Rabu (17/2). Menurutnya, sebelum pandemi Covid-19, para ibu-ibu yang biasa membuat atap buyuk secara berkelompok, bisa mendapat orderan mencapai 5.000-6.000 batang atap buyuk per bulan. Namun sejak pandemi, paling banyak ada orderan 150 batang.

"Sekarang ini, hanya ada orderan 400 batang. Pembuatannya pun kita bagi-bagi, berbanyak orang. Saya sendiri hanya dapat jatah buat 25 batang. Sedangkan kalau ada banyak orderan, saya sendiri bisa dapat jatah sampai ratusan," ucap Londri yang sudah selama 5 tahun menjadi perajin atap buyuk ini.

Londri mengatakan, sebelum Corona, yang banyak mencari atap buyuk adalah untuk atap bangunan vila dan tempat-tempat wisata. Pemesannya juga ada dari Denpasar dan Buleleng. Tetapi sejak pandemi, yang memesan hanyalah warga lokal untuk atap jineng ataupun bangunan-bangunan kecil. "Pokoknya jauh sekali sebelum Corona. Tetapi walaupun sepi, setiap hari saya tetap buat 15 batang untuk dipakai stok kalau ada yang beli," ujar Londri.

Hal senada juga diungkapkan perajin atap buyuk, Luh Tarni, yang merupakan menantu Londri. Sebelum masa pandemi, Tarni mengatakan, sempat kewalahan memenuhi orderan. Namun saat ini, orderan sangat sepi. "Sekarang orderannya sepi, ini tumben ada orderan," ujar Tari yang juga belakang lebih banyak mengambil kerjaan sebagai perajin tenun ini.

Per batang atap buyuk di tempatnya, dijual seharga Rp 6.000. Untuk bambu yang digunakan sebagai bahan bentangan atap, dibeli seharga Rp 50 ribu per 50 batang bambu. Sedangkan untuk buyuk tidak membeli. Namun Tarni maupun Londri, menanam buyuk di lawan sewaan di daerah Desa Budeng, Kecamatan Jembrana. "Buyuknya tidak beli. Hanya saja bambu tetap beli," ucapnya.

Jelas Londri, jika pesanan maksimal, per orang bisa membuat 50 batang atap. Tetapi karena pesanan sepi, sekarang tetap juga buat 15 - 20 batang atap per hari, untuk stok. Menurunya, kendala kerajinan ini hanya orderan sepi. Bahan baku selalu tersedia. Kerena Londri ngontrak lahan di Desa Budeng untuk ditanami buyuk. ‘’Bahan baku daun buyuk banyak. Cuman bambu untuk rangka atap, saya beli,’’ ujarnya. *ode

Komentar