nusabali

Sesolahan Basur Tampil di Bulan Bahasa Bali

Oleh Sanggar Mahasaba Fakultas Ilmu Budaya Unud

  • www.nusabali.com-sesolahan-basur-tampil-di-bulan-bahasa-bali

Garapan ‘Basur Tresnasih Kembang Ni Sokasti’ sesungguhnya upaya mengajak penonton mengungkap kebenaran diri, yaitu pengendalian diri, mawas diri, dan menasehati diri.

DENPASAR, NusaBali

Para pecinta sastra Bali tentu tak asing dengan kisah I Gede Basur. Dalam rangkaian Bulan Bahasa Bali 2021, kisah ini kembali disajikan dalam sasolahan sastra ‘Basur: Tresnasih Kembang Sokasti’ oleh Sanggar Mahasaba Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana (FIB Unud) yang sudah ditayangkan melalui YouTube Dinas Kebudayaan Provinsi Bali pada, Rabu (17/2).

Drama ini mengisahkan I Nyoman Karang dari Banjar Sari mempunyai dua putri cantik jelita, yaitu Ni Sokasti yang sulung dan adiknya Ni Rijasa. Ketika I Nyoman Karang sedang asyik bertuturan dengan kedua putrinya menyesali takdirnya, yakni ditinggalkan pergi oleh istrinya, ibu mereka berdua karena diracun oleh I Made Rampag, tiba-tiba datanglah I Gede Basur.

Kedatangan sosok orang kaya ke rumahnya tentu disambut hangat oleh I Nyoman Karang. Setelah disuguhi pacanangan (sirih), I Gede Basur menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu ingin melamar Ni Sokasti agar dinikahkan dengan putra kesayangannya, I Wayan Tigaron.

Belum mendapat jawaban yang pasti, tiba-tiba datang bertamu I Made Tanu, sepupu dari I Nyoman Karang. Tujuannya menyampaikan hal yang sama dengan I Gede Basur, agar anaknya I Tirtha dinikahkan dengan Ni Sokasti. Saat bersamaan datang Ni Sokasti dan langsung menyuruh supaya I Tirtha lekas-lekas diajak ke rumahnya. Mendengar perkataan Ni Sokasti seperti itu, I Gede Basur merasa dilecehkan oleh Ni Sokasti sehingga tanpa pamit ia pergi dari rumah I Nyoman Karang.

Karena merasa jengah maka I Gede Basur melakukan jalan hitam, meneluh Ni Sokasti. Ni Sokasti tiba-tiba pingsan. Keluarga dan tetangganya gempar. Atas bantuan I Kaki Balian (Kakek Dukun Sakti), Ni Sokasti dapat diselamatkan. I Gede Basur pun sadar akan perbuatannya yang salah, yakni meneluh Ni Sokasti

Drama Film ini melibatkan 30 orang sebagai pemain dan crew. Drama ini disutradarai oleh Dewa Jayendra. Selain menyutradari, dirinya juga yang mengurus semua yang berkaitan dengan film ini. Termasuk melatih anak-anak Mahasaba dalam beracting serta melatih vokal dan ekspresi.

Musik merupakan garapan dari komposer Kadek Suardana (alm) bersama I Wayan Sadra (alm) dan Ari Wijaya Palawara. Musik yang digarap oleh para komposer itu dipilih sang Sutradara, yang kemudian dipilah, sehingga cocok untuk menguatkan adegan.

Dewa Jayendra mengatakan, garapan ‘Basur Tresnasih Kembang Ni Sokasti’ sesungguhnya upaya mengajak penonton mengungkap kebenaran diri, yaitu pengendalian diri, mawas diri, dan menasehati diri. Dengan dasar tersebut, ia mencoba menuangkan lewat  skenario dan menampilkan secara visual lewat audio visual. “Harapan saya lewat garapan secara virtual dengan mudah pesan tersampaikan” ujarnya.

Dalam proses pembuatan garapan ini membutuhkan kesabaran dan ketabahan. Walaupun kendala tetap ada seperti kesibukan pemain, cre, dan cuaca hujan yang kadang kurang bersahabat. “Sebagai sutradara saya berupaya merangkul bagaimana berproses dalam berkesenian apalagi beberapa pemain belum mengenal dunia akting. Menanggalkan egoisme adalah jalan terbaik mempercepat proses produksi. Pengertian inilah yang saya terapkan pada seluruh pendukung. Melalui media virtual ini saya ingin cerita -cerita  rakyat yang penuh dengan tuntunan dengan mudah ditonton berulang-ulang,” terangnya. *cr74

Komentar