nusabali

Bali Diminta Kembali ke Sektor Pertanian

  • www.nusabali.com-bali-diminta-kembali-ke-sektor-pertanian

Bisa jadi bemper untuk  kurangi guncangan ekonomi akibat jebloknya sektor pariwisata

DENPASAR,NusaBali

Sektor Pertanian yang sempat ‘dinomor duakan’ diminta dikembalikan lagi sebagai sektor unggulan  tulang punggung perekonomian Bali. Ungkapan seperti kasuwakan (irigasi) parlak (subak), gaga (ladang) dari masa lampau menunjukkan perekonomian Bali sejati sejak masa lampau sesungguhnya  bertumpu pada sektor pertanian. Booming dan dominasi industri turis justru baru dimulai sejak 2004.

Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KPwBI) Bali M Setyawan Santoso mengingatkan Kamis (18/2). Hal tersebut disampaikan M San, sapaan M Setyawan Santoso menyusul pertumbuhan negative ekonomi Bali sebesar -9,3 persen pada 2020, yang merupakan ekses dari pandemi Covid-19.

Menurut M San, kontraksi ekonomi Bali bersumber dari dua sisi. Pertama penurunan kinerja sektor hotel dan restoran atau akmamin akibat anjloknya kunjungan wisatawan karena pandemi Covid-19. Karena perekonomian Bali sangat didominasi sektor pariwisata, maka penurunan kinerja pariwisata berdampak signifikan pada pertumbuhan perekonomian Bali.

Faktor kedua yang mempengaruhi kontraksi dalam ekonomi Bali adalah  sektor-sektor non pariwisata. Sektor-sektor di luar sektor pariwisata pertumbuhannya tidak cukup tinggi. Karena  sektor-sektor tersebut tidak mampu menahanan penurunan kinerja sektor pariwisata.

Kata M San, beberapa daerah tujuan wisata di Indonesia juga mengalami penurunan kinerja sektor pariwisata akibat pandemi.  Daerah wisata tersebut dintaranya Provinsi Kepulauan Riau (Kepri)  dan DI Yogyakarta. Namun kontraksi pertumbuhan pada kedua daerah tersebut, tidak sedalam yang dialami Bali.

Hal itu disebabkan kinerja sektor non pariwisata di Kepri dan Yogya lumayan bagus, sehingga mampu ‘menambal’ penurunan kinerja  sektor pariwisata.

Kepri yang memiliki Pulau Bintan dan Penyengat kehilangan jutaan wisatawan. Namun perekonomian hanya terkontraksi -3,8 persen pada 2020 lalu. Hal itu disebabkan Kepri memiliki sektor industri maju dan kawasan ekonomi khusus.

Demikian juga Yogyakarta dengan ikon keraton dan candi-candi bersejarah di sekitarnya  juga sepi wisman. Namun industri pendidikan dan industri rumah tangganya berperan signifikan menopang, sehingga Yogya hanya mengalami kontraksi -2,69 persen.

Berkaca dari itulah, kata M San, ke depan Bali harus memperhatikan sektor non pariwisata. Tujuannya  sebagai bemper untuk  mengurangi guncangan ekonomi akibat jebloknya sektor pariwisata.

“Sehingga kinerja perekonomian Bali dapat terjaga,” tandasnya. Salah satu sektor non pariwisata yang memiliki potensi untuk itu adalah sektor pertanian. Selain dari fakta sejarah, potensi itu ditunjukkan kontribusi sektor pertanian sebagai sektor kedua setelah sektor akmamin (pariwisata). Kontribusi sektor pertanian pada perekonomian Bali tahun 2020 sebesar 13,5 persen. Angka ini merupakan kontribusi kedua setelah sektor pariwisata.

Sektor pertanian kata M San  memiliki ketahanan yang cukup kuat menghadapi tekanan permintaan dan penawaran. Hal ini terbukti dengan masih tumbuhnya sektor pertanian pada saat terjadi krisis. Sektor ini menyerap tenaga kerja hingga 19,6 persen, yang terbanyak menyerap tenaga kerja di Bali.

Sifat lapangan kerja di sektor pertanian juga fleksibel; dapat mengirim  tenaga kerja ke sektor lain pada saat ada yang membutuhkan. Sebaliknya dapat menyerap tenaga kerja pada saat terjadi pengangguran.

Indikasi ditunjukkan pada saat pandemi jumlah naker yang bekerja di sektor pariwisata (hotel dan restoran) turun dari 13,3 persen tahun 2019  menjadi 9,7 persen pada tahun 2020. Ternyata kata M San, sebagian besar terserap ke sektor pertanian. Sehingga pangsanya meningkat dari 18,7 persen menjadi 22,5 persen.

Sektor pertanian tumbuh stabil. Data dari BPS pada akhir kuartal akhir 2020, sektor pertanian hanya terkontraksi tipis 0,53 persen. Sedang sektor hotel dan restoran kontraksi sangat dalam sampai -31,8 persen, perdagangan  dan industri minus -9,8 persen dan -7,5 persen.

Karena itulah  M San menegaskan Bali untuk kembali pada sektor pertanian. “Ingat bukan beralih, tetapi kembali karena sektor pertanian sejatinya sudah ada dan eksis,” tandas M San. *K17

Komentar