nusabali

Mertua dan Menantunya Jatuh ke Laut, 1 Tewas

Musibah Dekat Pelabuhan Padangbai

  • www.nusabali.com-mertua-dan-menantunya-jatuh-ke-laut-1-tewas

AMLAPURA, NusaBali 

Musibah maut terjadi dalam pelayaran di Selat Lombok (rute Pelabuhan Lembar, NTB-Pelabuhan Padangbai, Karangasem), ketika mertua dan menantunya jatuh dari Kapal Motor (KMP) Marina Primera, Jumat (12/2) sore.

Informasi di lapangan, korban Sriyati (asal Bandung, Jawa Barat) dan menantunya, Siti (asal Kelurahan Panaraga, Kecamatan Raba, Kabupaten Bima, NTB) awalnya berlayar dari Bima. Begitu memasuki perairan Bali di Selat Lombok yang berjarak sekitar 5 mil dari Pelabuhan Padangbai, Jumat sore pukul 15.00 Wita, mertua dan menantunya ini nyemplung ke laut dari kapal secara bergantian.

Korban Sriyati, yang lebih dulu nyemplung, terjatuh dari kapal ketika berniat melihat suasana laut, menikmati desiran angin dari dinding kapal setinggi sekitar 1,2 meter. "Sedang enak-enak menikmati desiran angin, sepertinya saya ada yang mendorong, langsung nyemplung," tutur Sriyati, yang selamat dari maut dan hingga tadi malam dirawat di Puskesmas Manggis I.

Selama terombang-ambing di dalam laut, perempuan berusia 61 tahun ini terus berdoa agar nyawanya terselamatkan. "Jika Tuhan masih memberkati umur panjang, agar saya terselamatkan, saya terus berdoa begitu. Akhirnya saya berhasil diangkat ke kapal," cerita Sriyati.

Menurut Sriyati, dirinya merasa ada yang aneh. Sebab, di sekitarnya tidak ada pe-numpang, tetapi punggungnya seperti ada yang mendorong. "Agak lama juga saya berendam di laut, kepala jadi pusing dan kedinginan," tutur ibu 5 anak ini. Sriyati mengisahkan, tak lama setelah dirinya jatuh ke laut, sang menanti, Siti, juga ikut nyemplung dari kapal. Sesaat sebelum dirinya nyemplung, Sriyati masih melihat menantunya itu main HP.

Sejumlah anak buah kapal (ABK) KMP Marina Primera pun langsung berupaya menye-lamatkan dan mengevakuasi mertua-menantunya ini dari laut. Nyawa Sriyati berhasil diselamatkan, sementara nyawqa tak tertolong.

Saat berhasil dievakuasi beberapa men it pasca jatuh dari kapal, korban Siti sudah dalam keadaan meninggal. Jasad perempuan berusia 35 tahun ini kemudian dititipkan di RSUD Karangasem. Sebaliknya, korban Sriyati kemarin dilarikan ke Puskesmas Manggis I di Banjar Belong, Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem, untuk mendapatkan perawatan.

Mertua dan menantu korban nyemplung ke laut ini, Sriyati dan Siti, tercatat berlayar ke Pelabuhan Padangbai, Desa Padangbaiu, Kecamatan Manggis sebagai penumpang Bus Rasa Sayang EA 7266 M, jurusan Bima-Jakarta. Keduanya tidak masuk daftar penumpang resmi.

Kasat Pol Air Polres Karangasem, AKP I Gusti Agung Bagus Suteja, mengatakan kasus mertua-menantu terjun ke laut ini masih dalam penyelidikan. "Sementara baru memeriksa sopir dan kondektur Bus Rasa Sayang," kata AKP Bagus Suteja.

Sedangkan sopir Bus Rasa Sayang EA 7266 M, Ali Yanto, 31, kendaraannya yang dua penumpangnya kecebur ke laut, berangkat dari Pelabuhan Lembar menuju Pelabuhan Padangbai, Jumat siang pukul 14.00 Wita. Sesaat sebelum berangkat, bus ini didekati kedua korban yang berniat menumpang cuma-cuma, karena kehabisan bekal dan tidak punya uang. Ibu mertua dan menantinya ini akan  pulang ke Bandung.

Maka, sopir Ali Yanto mengajak mereka naik Bus Rasa Sayang dan ditempatkan di tempat duduk paling belakang, agar tidak kena pemeriksaan saat memasuki kapal. Sedangkan dalam Bus Rasa Sayang tercatat hanya 26 penumpang resmi. “Setelah perjalanan sekitar 1 jam, tepatnya pukul 15.00 Wita, di mana posisi kapal sekitar 5 mil dari Pelabuhan Padangbai, terjadilah musibah itu. "Saya kurang tahu apakah niatnya memang nyemplung atau ada yang mendorong," kilah Ali Yanto.

Sementara itu, korban Sriyati mengakui sebelumnya ke Bima, 8 Februari 2021, setelah dijemput menantunya, Siti, di Bandung. Sriyati datang ke Bima untuk menengok anaknya, Wahyu, 37 (suami dari Siti) yang kecelakaan. “Saat balik ke Bandung hari ini, saya kembali diantar menantu (Siti) jelas Sriyati saat ditemui NusaBali di Puskesmas Manggis I, Jumat petang. *k16

Komentar