nusabali

Pebisnis Hortikultura Bali Terpuruk

  • www.nusabali.com-pebisnis-hortikultura-bali-terpuruk

Jelang Imlek, omzet yang biasanya capai puluhan juta rupiah kini nihil order

DENPASAR,NusaBali
Para pelaku bisnis hortikultura nelangsa jelang Imlek  2572 yang jatuh nanti pada Jumat (12/2). Penyebabnya pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, yang mengakibatkan pariwisata Bali kolaps. Permintaan produk hortikultura sepi. Pebisnis hortikultura pun nihil order. Kondisi yang sangat berbeda dengan  perayaan Imlek pada tahun-tahun sebelumnya.

I Made Sianta, seorang petani/pebisnis hortikultura asal Pupuan Tabanan, menuturkan kesusahan yang dialami pebisnis seperti dirinya.

“Tidak bisa ngomong apa. Petani (hortikultura) benar – benar tidak bisa apa-apa sekarang,” ungkapnya, Selasa (9/2).

Dikatakan Sianta, pandemi Covid-19 menyebabkan bisnis hortikultura terpuruk. Tidak ada lagi pengiriman buah ke super market, pasar lokal maupun pengiriman hortikultura ke luar daerah. Keadaan yang sangat berbeda dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

Sebelumnya  Pemprov memfasilitasi pemasaran dengan berjualan di lingkungan instansi pemerintah. Petani horti dan pelaku UMKM merasa terbantu. Karena pemasaran produk mereka terjual, walau tidak banyak. Tetapi sekarang pameran atau semacam pasar murah itu tidak ada lagi terkait keputusan pemerintah untuk menghindari kerumunan.

Dan kondisi sepi berlanjut jelang Imlek tahun 2021. ”Dulu sepekan sebelum Imlek kami ramai mendapatkan orderan,” ungkap Sianta. Sebagai gambaran dalam rentang seminggu itu, omzetnya  tembus  Rp 30 – Rp 50-an juta. Hal tersebut tentu saja membuat pelaku bisnis horti seperti dirinya sumringah. Namun untuk Imlek 2021, tidak ada orderan.

“Makanya saya hanya ke ladang saja sekarang, untuk bersih-bersih,” ungkap Sianta.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Pelaku Usaha Hortikultura Indonesia Provinsi Bali (DPD Aspehorti Bali) Ir I Wayan Sugiarta, menyatakan ‘malu’ bicara tentang hortikultura saat ini.  Dia merasa ogah, karena bisnis hortikultura juga sama dengan pariwisata, kolaps.

 “Gimana ya jeg lek (malu) bicara itu (hortikultura),”  ujar Sugiarta. Pria asal Desa Blahkiuh, Badung ini mengatakan semua pintu pasar horti macet. Mulai di pasar lokal, domestik, antar daerah hingga ekspor.

“Pandemi Covid-19 ini memang membawa dampak dahsyat,” ucap Sugiarta. Perayaan Imlek yang biasanya merupakan salah satu momen pemasaran produk horti yang lumayan ramai, kini sepi. “Swalayan kan banyak yang sudah tutup,”  kata Sugiarta. *K17

Komentar