nusabali

Ekonomi Bali Tumbuh 0,94 Persen

Lapangan Usaha Penyediaan Akmamin Mendominasi

  • www.nusabali.com-ekonomi-bali-tumbuh-094-persen

DENPASAR,NusaBali
Ekonomi Bali pada triwulan IV 2020 mengalami pergerakan positif. Hal tersebut tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan sebesar 0,94 persen.

Penerapan tatanan kehidupan era baru atau new normal dan libur panjang  Nataru, diduga memberikan andil besar lapangan usaha meningkatkan produksinya. Kepala BPS Provinsi Bali Hanif Yahya mengatakan Jumat (5/2).

Dikatakan Hanif Yahya, ada 13 kategori lapangan usaha yang tercatat tumbuh positif. Dari jumlah tersebut, 3 lapangan usaha mengalami pertumbuhan tertinggi,

Ketiganya yakni lapangan usaha pengadaan listrik dan gas, yang tumbuh 5,46 persen. Yang kedua lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum (akmamin) tumbuh 3,61 persen. Dan yang ketiga adalah penyediaan lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Yang ketiga ini tumbuh 3,01 persen.

“Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas merupakan pendukung lapangan usaha lain mengalami peningkatan seiring menggeliatnya aktivitas ekonomi,” jelasnya.

Tak hanya itu, pelaksanaan upacara diantaranya upacara pernikahan, penyelenggaraan pilkada, aktivitas jelang tahun baru diduga ikut mendorong peningkatan kebutuhan konsumsi listrik.

Di pihak lain memomentum liburan Nataru pada triwulan IV mendorong peningkatan nilai tambah pada lapangan usaha penyediaan akomodasi, makan dan minum. Hal tersebut terkait peningkatan  kunjungan wisatawan yang didominasi wisatawan domestik.

Tingkat hunian hotel berbintang pada triwulan IV juga meningkat dua kali lipat. Tingkat hunian pada triwulan IV sekitar 12,62 persen. Sedang pada triwulan III hanya 3,84 persen.

“Kunjungan wisman juga tercatat meningkat,” ujarnya. Walau belum sampai menyamai level kunjungan saat sebelum pandemi Covid-19.

Sementara dari sisi produksi, struktur ekonomi Bali pada 2020 didominasi  lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, senilai Rp 41,19 triliun(18,37 persen). Disusul lapangan usaha pertanian kehutanan dan perikanan sebesar Rp 33,83 triliun (15,09 persen) dan lapangan usaha konstruksi dengan nilai Rp 23,75 triliun atau 10,59 persen.

Terpisah pengamat ekonomi  yang juga akademisi dari  FE Unud Prof I Wayan Ramantha menyatakan dominasi produksi lapangan usaha akmamin memang masuk akal. Karena itu menyangkut konsumsi, sebagai bagian dari kebutuhan primer.

“Jadi yang besar itu yakin lapangan usaha makan dan minum. Bukan akomodasinya,” analisanya. Hal itu  karena justru dalam masa pandemi makan dan minum tentu  paling utama. Apalagi dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

“Ingat akmamin, khususnya makan dan minum bukan hanya kebutuhan wisatawan. Tetapi kebutuhan kita semua,” terangnya. *K17.

Komentar