nusabali

Cuaca Ekstrem, Dua Pesawat Berputar-putar di Udara

  • www.nusabali.com-cuaca-ekstrem-dua-pesawat-berputar-putar-di-udara

MANGUPURA, NusaBali
Dua pesawat yang bertolak dari Jakarta itu harus berputar-putar di udara, sebelum mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, Rabu (3/2) malam.

Dua pesawat tersebut melakukan hal itu karena kondisi angin kencang yang menerjang kawasan bandara.

Stakeholder Relation Manager Angkasa Pura I Taufan Yudhistira, mengatakan dua pesawat yang menunda untuk mendarat di Bandara Ngurah Rai masing-masing Garuda Indonesia (GA) dengan nomor penerbangan GA-424 dan Citilink dengan nomor penerbangan QG-196. Pesawat pertama yang menunda mendarat adalah pesawat Citilink yang berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Pesawat yang mengangkut 48 penumpang itu seharusnya mendarat pada Rabu malam pukul 22.10 Wita. Namun, karena kondisi angin kencang dan hujan lebat, pesawat tersebut baru bisa mendarat pada pukul 22.35 Wita.

“Pesawat Citilink sempat berputar di sekitar kawasan bandara selama 25 menit. Pesawat tidak diizinkan mendarat karena kondisi anginnya ekstrem di landasan,” kata Taufan, Kamis (4/2) siang.

Pesawat kedua yang juga berputar-putar, karena menunda mendarat adalah pesawat Garuda Indonesia. Pesawat yang terbang dari bandara Cengkareng, Jakarta, dengan mengangkut 44 penumpang itu seharusnya mendarat pada pukul 21.45 Wita. Namun pesawat baru bisa mendarat pada pukul 22.47 Wita atau lebih satu jam dari perkiraan awal. Pesawat tersebut terpaksa terus berputar di udara karena kondisi di Bandara Ngurah Rai tidak mendukung untuk melakukan pendaratan. “Garuda Indonesia lebih lama berputar di udara. Alasannya sama yakni kecepatan anginnya dikategorikan ekstrem,” jelas Taufan.

Sementara Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar Iman Fatchurochman, mengatakan cuaca di Pulau Dewata, secara umum sudah masuk puncak musim penghujan. Kondisi cuaca ekstrem juga diperparah adanya pertemuan tekanan angin rendah di Selatan Bali, yang memicu terjadinya awan cumolonimbus (CB) di sekitar Pulau Dewata.

“Dari analisa, bahwa ada pergerakan awan CB yang memicu terjadinya hujan lebat dan angin yang kencang di sekitar Pulau Dewata, termasuk di sekitar bandara,” kata Iman.

Dampak dari awan cumolonimbus, memicu angin yang dikategorikan ekstrem. Dari data yang dimiliki, pergerakan angin pada Rabu malam mencapai 57 kilometer per jam atau 33 knot. Padahal, relatif kecepatan angin di seputaran bandara maupun Bali, pada umumnya hanya mencapai 25 knot per jam. “Kecepatan 25 knot itu sudah masuk angin kencang. Namun, tergolong aman untuk penerbangan atau aktivitas di masyarakat. Pada Rabu malam itu sudah 33 knot, itu sudah masuk kategori ekstrem,” tandas Iman. *dar

Komentar