nusabali

Mahasiswa Undiksha Jawara di London

Pamerkan Karya Seni Prasi dalam Event Gelaran PBB

  • www.nusabali.com-mahasiswa-undiksha-jawara-di-london

SINGARAJA, NusaBali
Prestasi membanggakan ditorehkan mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Yohanes Soubirius De Santo, 22.

Mahasiswa tingkat akhir Program Studi Pendidikan Seni Rupa Undiksha Singaraja ini terpilih sebagai pemenang dalam ajang pameran United Nations Development Programme from The Desk of The Executive Secretary yang diselenggarakan oleh PBB. Dia jawara berkat karya Seni Prasi.

Bukan hanya itu, Yohanes Soubirius De Santo juga tampil sebagai juara tingkat internasional lainnya, yakni Art And Artisans yang diselenggarakan oleh Integrated Learning Institute For Sustainable Development dan Forum Global Challenges di Kanada. Kedua event internasional di mana Yohanes berjaya tersebut berlangsung Januari-Februari 2021 ini.

"Untuk event United Nations Development Programme from The Desk of The Executive Secretary itu digelar di London, Inggris. Saya terpilih sebagai pemenang. Sedangkan untuk event di Kanada yang mengukuhkan saya sebagai juara I, digelar di kawasan Lombard Ave," ungkap Yohanes di Singaraja, Kamis (4/2).

Menurut Yohanes, peserta yang mendaftar ikut hajatan internasional ini mencapai puluhan ribu orang asal 193 negara, terdiri dari serikat pekerja, asosiasi, badan perusahaan, seniman, pekerja seni, dan perajin seni. Dalam event yang digelar PBB di London, Yohanes memamerkan karya tugas akhir penciptaan dalam kuliah, yaitu karya Seni Prasi.

"Pada karya ini, saya mengangkat tema tentang kebudayaan dari daerah asal leluhur saya yaitu NTT. Di sini saya mencoba memvisualisasikan tentang beberapa kebudayaan yang ada di sana," ungkap mahasiswa yang lahir dan dibesarkan di Desa Sangket, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini.

Yohanes mengakui, persiapan dalam mengikuti gelaran internasional tersebut tidak berlangsung lama. Karya yang dipamerkan telah dibuat setahun lalu. Menurut Yohanes, tujuan utama berkarya tidak untuk kepentingan pameran, melainkan bisa menjadi terapi kesehatan bagi setiap makhluk.

"Inilah sudut pandang saya tentang dunia kesenian. Kesenian memang tidak bisa menjadi obat dari suatu penyakit, namun dapat menjadi suatu terapi kesehatan yang bisa memulihkan segala ketidaknyamanan yang ada dalam jiwa dan raga setiap makhluk," tegas mahasiswa kelahiran Singaraja, 24 Juni 1998 ini.

Sedangkan untuk event di Kanada, Yohanes memamerkan karya seni drawing yang bertemakan tentang perebutan peran di masa pandemi Covid-19. "Karena saya merasa masa pandemi ini bukan dijadikan sebagai masa peralihan dalam perbaikan diri, tetapi sebagai ajang berebut peran dalam mengambil materi, kekuasaan, jabatan, dan lainnya," terang anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Yohanes Sudir dan Dewa Ayu Made Suani Wirani ini.

Yohanes sendiri mengaku tidak pernah menyangka bisa meraih prestasi tingkat internasional. Apalai, dia harus bersaing dengan banyak peserta dari 193 negara yang menampilkan karya-karya yang tak kalah hebat. "Tentu saya sangat senang dan mengucapkan syukur kepada Tuhan atas berkat dan rahmat-Nya. Sebab, semula saya juga tidak menyangka akan terpilih sebagai pemenang dalam kedua event besar tersebut. Hanya bermodalkan keyakinan dan rasa percaya diri, saya memberanikan diri untuk ikut serta," katanya.

Sebelum berjaya dalam event di London dan Kanada ini, Yohanes juga sering tampil dalam berbagai ajang kompetisi dan pameran, baik skala lokal, nasional, maupun internasional. Selain itu, alumnus SMAN 1 Sukasada ini juga terlibat dalam bagian pembuatan buku skala internasional. Bagi Yohanes, hal ini untuk membangkitkan rasa keyakinan dan optimisme pada diri setiap orang di masa pandemi Covid-19.

"Untuk tahun 2021 ini, selain 2 event besar di London dan Kanada tersebut, saya juga mengikuti kegiatan pameran di Lampung. Saat ini, saya juga ikut Pameran Seni Prasi yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dalam rangka Bulan Bahasa Bali di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Art Centre Denpasar," papar Yohanes. *m

Komentar