nusabali

6 Orang Sekeluarga Disambar Petir, Satu Tewas

Musibah Saat Hujan Lebat di Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani

  • www.nusabali.com-6-orang-sekeluarga-disambar-petir-satu-tewas

BANGLI, NusaBali
Musibah maut terjadi saat hujan lebat disertai petir di Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, Bangli, Selasa (2/2) petang.

Satu keluarga beranggotakan 6 orang disambar petir saat menghangatkan tubuh di depan api unggun dalam dapur. Satu di antara mereka tewas mengenaskan, sementara 5 orang lainnya se-lamat.

Korban tewas dalam musibah tersambar petir, Selasa petang sekitar pukul 18.00 Wita, adalah Ni Komang Indah, 25. Sedangkan 5 korban selamat, masing-masing I Wayan Adi Putra, 26 (suami korban Komang Indah), Ni Putu Tariasih, 7 (anak sulung korban), Ni Kadek Sintia Bela, 2 (anak bungsu korban), Ni Luh Tance, 45 (bibi korban), dan Ni Kadek Tari, 11 (keponakan korban).

Dari 5 korban selamat, hanya si bungsi Ni Kadek Sintia Bela yang terluka ringan di bagian dahi. Balita perempuan berusia 2 tahun ini bukan luka bakar karena tersambar petir, namun jatuh dalam pangkuan ibunya yang tersambar petir. Sedangkan 4 korban lainnya, termasuk suami dan anak sulung Komang Indah, selamat dari maut tanpa terluka.

Korban Komang Indah sendiri langsung tewas mengenaskan di lokasi TKP, dalam kondisi luka bakar dan lebam pada bahu kiri hingga dada. Jajaran Polsek Kintamani pun sudah terjun ke lokasi melakukan olah TKP dan meminta keterangan saksi-saksi. Dari hasil pemeriksaan, kejadian maut yang merenggut nyawa Komang Indah ini murni peristiwa alam tersambar petir.

“Pihak keluarga sudah menerima ini sebagai musibah, sehingga tak mau dilakukan otopsi jenazah,” ungkap Kapolres Bangli, AKBP I Gusti Agung Dhana Aryawan, saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu (3/2).

Korban Komang Indah berpulang buat selamanya dengan meninggalkan suami tercinta I Wayan Adi Putra dan dua anak perempuan yang masih kecil-kecil. Hingga Rabu kemarin, jenazah korban tersambar petir masih disemayamkan di rumah duka. Rencananya, jenazah korban akan dikuburkan di Setra Desa Adat Pinggan pada Radite Wage Landep, Minggu (7/2) mendatang.

Saat NusaBali berkunjung ke rumah duka, Rabu siang, suasana duka sangat terasa. Suami korban, Wayan Adi Putra, masih shock berat hingga terus ngumpet di dalam kamar dan belum bisa diajak bicara. Sejumlah keluarga, kerabat, dan krama sebanjar juga berada di rumah duka. Sebagian dari mereka habis metetulung (bantu-bantu) membongkar bangunan yang jadi lokasi TKP tersambar petir.

Korban Komang Indah bersama keluarga besarnya dari pihak suami tinggal di Tegalan Dimel Da-ngin, yang berada di sisi timur pusat Desa Pinggan dengan dibatasi tukad (sungai kecil). Rumah korban dikelilingi sejumlah pohon tahunan, termasuk pohon cemara yang tampak terkelupas usai disambar petir yang menewaskan korban.

Dalam pekarangan rumah korban terdapat beberapa bangunan untuk tempat tinggal keluarga besarnya yang terdiri dari sejumlah kepala keluarga (KK). Termasuk rumah keluarga Jro Mangku Rimin (mertua korban Komang Indah). Ada pula bangunan semi permanen yang dimanfaatkan untuk kandang dan dapur. Nah, di bangunan semi permanen yang berjarak sekitar 20 meter dari rumah induk inilah korban Komang Indah tewas tersambar petir.

Paman korban, I Nyoman Setat, mengatakan saat peristiwa maut, Selasa petang, turun hujan lebat. Korban bersama 5 orang lainnya saat itu sedang menghangatkan tubuh di dapur.

“Tiba-tiba, ada petir menggelegar hingga Komang Indah tersambar,” ujar Nyoman Setat di rumah duka, Rabu kemarin. Bangunan semi permanen di mana korban tersambar petir, tidak sampai terbakar. Sedangkan pohon cemara di sebelah bangunan tersebut, terkelupas.

Paparan hampir senada juga disampaikan Kepala Dusun (Kadus) Banjar Pinggan, Desa Pinggan, I Nyoman Nyangleg, 47, yang notabene masih kerabat korban Komang Indah. Menurut Nyoman Nyangleg, saat kejadian petang itu, Komang Indah menghangatkan tubuh sambil memangku anak bungsunya, Kadek Sinta Bella, usai mandi.

Posisi duduk korban Komang Indah dan keluarga laiinnya juga berdekatan. Namun, hanya Komang Indah yang tubuhnya tersambar petir. "Anaknya terselematkan karena dalam posisi dipangku ibunya. Sedangkan petir menyambar bagian bahu ibunya," papar Nyangleg sembari menunjukkan lokasi bangunan yang tersambar petir.

Begitu tersambar petir, kata Nyangleg, korban Komang Indah langsung tersungkur tak sadarkan diri dengan kondisi luka bakar bagian punggung. Sedangkan anaknya yang dipangku terjatuh, sehingga mengalami luka di bagian dahi. Sebaliknya, suami, anak sulung, bibi, dan keponakan korban Komang Indah selamat dari maut tanpa terluka.

Menurut Nyangleg, sehari pasca musibah maut, bangunan semi permanan di mana korban Komang Indah tersambah petir hingga tewas, langsung dibongkar keluarganya, Rabu pagi. Pasalnya, sesuai dengan keyakinan setempat, bangunan tersebut sudah leteh (kotor secara niskala). "Nanti akan dilakukan upacara pembersihan di lokasi ini," terang Nyangleg.

Korban Komang Indah sendiri merupakan perempuan asal Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem yang menikah dengan Wayan Adi Putra di Desa Pinggan. Kesehariannya, ibu dua anak berusia 25 tahun ini berkebun sayur mayur. Sedangkan suaminya, Wayan Adi Putra, kesehariannya bekerja sebagai supir truk. *esa

Komentar