nusabali

YKKS dan Bali Rare Ubah Limbah Plastik Menjadi Kaki Palsu untuk Penyandang Disabilitas

  • www.nusabali.com-ykks-dan-bali-rare-ubah-limbah-plastik-menjadi-kaki-palsu-untuk-penyandang-disabilitas

DENPASAR, NusaBali.com 

Berawal dari mencari solusi agar harga kaki palsu bisa lebih murah, Yayasan Kaki Kita Sukasada (YKKS) yang diketuai I Made Adiasthana mendapatkan ide membuat kaki palsu dari sampah atau limbah plastik.

Berkolaborasi dengan komunitas Bali Rare Paduraksa yang memiliki divisi Pengembangan Teknologi yakni Wedoo Workshop, dimulailah inovasi dan eksperimen pembuatan kaki palsu. “Saat ketemu dan ngobrol dengan teman-teman pemerhati lingkungan, ada usulan membuat kaki palsu dari sampah plastik,” ujar Made saat ditemui di Wedoo Workshop yang berlokasi di Jalan Subita 17A, Denpasar, Senin (1/2/2021). 

Pemakaian limbah plastik sebagai bahan baku pembuatan kaki palsu ini dinilai efisien dan menjadikan lebih terjangkau karena materialnya banyak dan mudah ditemukan. “Jadi satu sisi bahan baku banyak, mudah ditemukan, membuat harga kaki palsu jadi lebih murah, ketiga mengangkat isu sosial dan lingkungan,” ungkap Made lagi.

Dengan tiga bahan baku utama yakni pipet, tutup botol dan plastik bekas, Bali Rare dan Wedoo membantu dari alat-alat pembuatan dan koneksi untuk penjualannya. “Kita buat pick up point, seperti ada di Nusa Dua, Kuta juga beberapa perumahan di Canggu. Di Denpasar sendiri pick up point di Wedoo,” jelas Gede Sinu Pradnyana atau yang lebih akrab disapa Gede Sleeper selaku Ketua Komunitas Bali Rare.

Lebih lanjut Sleeper juga mengungkapkan dengan pengumpulan tiga jenis sampah ini juga menjadi bahan edukasi bagi masyarakat untuk mulai memilah sampah. “Bahkan ada yang dari daerah Papua juga ikut mengumpulkan. Tapi kami sudah tawarkan untuk bantu pelatihan agar mengurangi biaya pengiriman juga,” ujar Sleeper.

Project kaki palsu sendiri merupakan salah satu program YKKS yang sudah dimulai sejak 2004. Program lainnya ada perawatan luka diabetes yang cenderung terjadi pada kaki dan pemberdayaan penyandang disabilitas. “Seiring berjalannya waktu, kita mulai melakukan inovasi dan eksperimen salah satunya kaki palsu dari sampah plastik ini yang dimulai sejak Maret 2020 lalu,” jelas Made lagi.

Kaki palsu dari sampah plastik ini juga sudah sempat melakukan uji coba pada remaja disabel yang amputasi kaki kanan di bawah lutut. YKKS dan Bali Rare serta Wedoo akan terus melakukan inovasi dan penyempurnaan eksperimen kaki palsu ini.

Proses pembuatan kaki palsu sendiri diungkap Made memakan waktu paling lama seminggu. Setelah proses pembuatan butuh penyesuaian atau disebut rehabilitasi tergantung dengan kaki pasien. Biasanya pasien amputasi karena diabetes lebih lama penyesuaiannya daripada pasien akibat kecelakaan.

Selain pembuatan kaki palsu dari sampah plastik, project YKKS dan Bali Rare lainnya yang saat ini sedang berjalan yaitu memberdayakan teman-teman disabel untuk membuat meja belajar anak-anak, kursi, dan furnitur lain yang berbahan sampah plastic. “Karena saat memberi bantuan justru ada teman-teman disabel yang menyatakan ‘saya masih bisa kerja masa diberi bantuan’ sehingga mereka kita beri pekerjaan dan pengalaman belajar lebih lagi,” ungkap Gede Sleeper.

Ide pengumpulan sampah ini diakui Made dan Sleeper cukup unik. “Biasanya kan yayasan membutuhkan donasi berupa dana uang namun kali ini kita buat programnya lebih edukasi dengan pengumpulan sampah. Jadi jika ingin bergabung dengan kegiatan sosial kita bisa melalui donasi sampah, tidak harus uang,” ungkap keduanya tertawa hangat.

YKKS sendiri memiliki basis di Singaraja. Sementara itu Bali Rare sendiri awalnya banyak bergerak pada bidang kebudayaan. Lalu, seiring berjalannya waktu Wedoo Workshop menjadi bagian dari Divisi Pengembangan Teknologi Bali Rare. Wedoo Workshop sendiri dikoordinatori oleh Putu Hermawan sebagai CEO Direction production. Bali Rare juga bekerjasama dengan DLHK Tabanan untuk pengolahan sampah.

“Saat ini Wedoo sedang banyak melakukan workshop pembuatan mesin cacah organik dan anorganik. Jadi tidak hanya dibeli tetapi juga diajarkan cara pembuatannya. Kemudian ada juga dari Divisi Organik Bali Rare yang melakukan pelatihan pembuatan komposter skala rumah tangga. Pelatihan baru-baru ini dilakukan di Desa Manggis, Karangasem bekerjasama dengan Discova Travel, Sanur,” imbuh Gede Sleeper lagi.

Project kaki palsu sampah plastik ini diharapkan dapat membantu warga yang kurang mampu terutama di daerah pedesaan sehingga harga kaki palsu menjadi lebih murah dan terjangkau. “Jika ada yang ingin belajar membuat kaki palsu juga bisa difasilitasi oleh Bali Rare. Sekalian mengolah sampah plastik bukannya dibuang begitu saja sehingga dapat mencemari lingkungan,” jelas Gede Sleeper.

Made juga menyatakan harapannya agar project mulia ini bisa mendapat dukungan lebih dari pihak-pihak terkait yang tertarik dengan program ini. “Karena pembuatan kaki palsu perlu penyempurnaan apalagi alat-alat yang digunakan untuk pembuatan tersebut cukup terbatas,” tandas Made.*

Komentar