nusabali

Jadi Tempat Nunas Tamba, Mohon Restu Pejabat Hingga Caleg

Kisah Pamereman Raja Ki Gusti Panji Sakti di Pura Pajenengan Panji Sakti, Desa Panji, Kecamatan Sukasada

  • www.nusabali.com-jadi-tempat-nunas-tamba-mohon-restu-pejabat-hingga-caleg

Dalam bangunan pamereman Ki Gusti Panji Sakti di Pura Pajenengan Panji Sakti terdapat tempat tidur yang terbuat dari kayu zaman dahulu. Di situ juga ada tempat penyimpanan sejumlah benda pusaka peninggalan raja, seperti tombak dan keris

SINGARAJA, NusaBali
Salah satu pura di Buleleng yang sangat familiar bagi krama setempat adalah Pura Pajenengan Panji Sakti. Pura yang berlokasi di Banjar Dangin Pura, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini dulunya aadalah sebagai pamereman (tempat peristirahatan) Raja Buleleng pertama, Ki Gusti Panji Sakti. Pura Pajenengan Panji Sakti menjadi salah satu tempat favorit bagi pejabat hingga caleg untuk memuluskan kariernya.

Pura Pajenengan Panji Skati berada tepat di sebelah timur Pura Desa Adat Panji, Desa Panji. Pura ini menjadi istimewa karena di areal madya mandala-nya masih berdiri bangunan tempat pamereman Raja Ki Gusti Panji Sakti saat berkuasa di Buleleng.

Menurut Ratu Mangku Pura Pejenengan Panji Sakti, Anak Agung Ngurah Juhendra, pura ini memiliki serjarah yang masih terkait erat dengan kisah Raja Buleleng pertama, Ki Gusti Panji Sakti. Bahkan, Pura Pajenengan Panji Sakti ini sebelumnya merupakan puri (tempat tinggal) Raja Ki Panji Sakti. Selain pamereman, Puri Panji Sakti juga dilengkapi dengan pamerajan (pura keluarga).

Seperti umumnya pura-pura di Bali, Pura Pajenengan Panji Sakti juga terbagi dalam tiga halaman, yakni Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Utama Mandala (Jeroan) merupakan Pamerajan Panji Sakti. Sedangkan Madya Mandala adalah tempat pamereman Raja Ki Gusti Panji Sakti. Sebalijnya, Nista Mandala adalah tempat berinteraksi krama.

Bangunan pamereman Ki Gusti Panji Sakti di Madya Mandala Pura Pajenengan Panji Sakti terlihat sangat klasik, meskipun sudah sempat sempat beberapa kali direnovasi. Terakhir, renovasi dilakukan tahun 2002 lalu.

“Sebelumnya, pernah juga direnovasi tahun 1967 karena bencana alam, hingga diubah menjadi pura sebagai wujud menjaga peninggalan Ida dan juga sebagai wujud bhakti memuja leluhur yakni Raja Buleleng pertama,” jelas Ratu Mangku Juhendra saat ditemui NusaBali di Pura Pajenengan Panji Sakti, beberapa hari lalu.

Menurut Ratu Mangku Juhendra, renovasi yang dilakukan sampai beberapa kali tetap mempertahankan bentuk asli pamereman Ki Gusti Panji Sakti. Bangunan itu sangat sederhana, hanya terdiri dari satu ruang berdinding batu bata merah. Di depan ruang yang disebut pameraman itu, berdiri dua tiang kayu penyangga. Sayangnya, situasi dalam ruang pamereman tidak dapat dilihat langsung, karena pangem-pon Pura Pajenengan Panji Sakti hanya membukanya 6 bulan sekali atau 210 hari sistem penanggalan Bali.

Ruang pamareman ini dibuka saat piodalan Pura Pajenengan Panji Sakti tepat sat Tumpek Landep pada Saniscara Kliwon Landep. Pura Pajenengan Panji Sakti ini diempon oleh kelurga besar seluruh puri yang ada di Buleleng.

Ratu Mangku Juhendra menyebutkan, dalam pamereman Ki Gusti Panji Sakti di Pura Pajenengan Panji Sakti ini, terdapat tempat tidur yang terbuat dari kayu zaman dahulu. Selain itu, juga ada tempat penyimpannan sejumlah benda pusaka peninggalan Raja Ki Gusti Panji Sakti, seperti tombak dan keris.

Berdasarkan babad dan cerita tetua, kata Ratu Mangku Juhendra, awal mula Raja Ki Gusti Panji Sakti tinggal dan membangun Kerajaan Buleleng cukup unik. Berawal saat Ki Gusti Panji Sakti dan ibunya, Si Luh Pasek, diasingkan dari Kerajaan Gelgel di Klungkung yang saat itu dipimpin Raja Dalem Sri Anom Sagening---ayah dari Ki Gusti Panji Sakti sendiri. Ki Gusti Panji Sakti yang lahir dari rahim Si Luh Pasek, selir raja asal Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng, dianggap menjadi ancaman bagi tahta sang putra mahkota.

Maklum, Ki Gusti Panji Saksi sejak lahir sudah dipercaya memiliki sinar kepemimpinan. Ki Gusti Panji Sakti dan ibunya, Si Luh Pasek, diasingkan dari Kerajaan Gelgel sekitar tahun 1611. Saat itu, Ki Gusti Panji Saktu yang baru berusia 12 tahun dikawal 40 orang Pasukan Goak. Dalam perjalanannya, rombongan Pasukan Goak yang mengawal pengasingan putra Raja Gelgel itu memutuskan untuk tinggal di Desa Panji, dengan membangun sebuah gubuk sederhana. Lokasi gubuknya te-pat di Pura Pajenengan Panji Sakti saat ini.

Tak lama setelah tinggal di kawasan Desa Panji, ramalan kecemerlangan dan jiwa kepemimpinan Ki Gusti Panji Sakti akhirnya terbukti. Meski masih remaja, Ki Gusti Panji Sakti mampu memecahkan berbagai masalah yang ada di sekitarnya. Salah stau kisah heroiknya yang sangat terkenal adalah ketika Ki Gusti Panji Sakti berhasil menundukkan kekuasaan Ki Pungakan Gendis, penguasa Desa Panji saat itu yang dikenal sangat arogan dan tidak adil.

Ki Gusti Panji Sakti mengalahkan Ki Punggakan Gendis dengan Keris Ki Baru Semang, senjata pusaka yang dibawanya saat pengasingan dari Kerajaan Gelgel. Keberhasilannya mengalahkan Ki Punggakan Gendis menjadi awal kejayaan Ki Gusti Panji Sakti.

Atas dukungan dari masyarakat setempat saat itu, Ki Gusti Panji Sakti kemudian naik tahta dan membangun Kerajaan Buleleng yang pusat pemerintahannya kini menjadi Pura Desa Adat Panji. Sedangkan pameremannya dari gubuk sederhana, kini menjadi Pura Pajenangan Panji Sakti.

“Ida (Ki Gusti Panji Sakti) setelah menjadi raja tetap tinggal di sini bersama 40 orang Pasukan Goak, serta patih dan panglima. Ida juga meninggalnya di sini dengan jalan moksa,” terang Ratu Mangku Juhedra.

Selama kepemimpinnanya sebagai Raja Buleleng dari tahun 1611 hingga 1679, Ki Gusti Panji Sakti dikenal sebagai raja yang sangat sakti. Ki Gusti Panji Sakti tidak hanya melebarkan kekuasaannya hingga ke Blambangan, Jawa Timur, namun juga sempat menyelamatkan kapal dagang China yang karam di Pantai Penimbangan Singajara, Buleleng.

“Saat menolong kapal karam di Pantai Penimbangan itu, Ida mendapat hadiah semua isi kapal sebagai hadiahnya. Termasuk di dalamnya benda-benda berharga zaman dulu, seperti keramik China yang kami masih disimpan dengan baik di Pura Pajenengan Panji Sakti,” papar Ratu Mangku Juhendra.

Sementara itu, keberadaan Pura Pajenengan Panji Sakti memiliki taksu yang sangat kuat. Tak heran jika pamedek ke Pura Pajenengan Panii Sakti selalu ramai saat piodalan pada Tumpek Landep. Bahkan, pada hari-hari biasa pun, pamedek dari berbagai pelosok Bali banyak yang tangkil ke Pura Pajenengan Panji Sakti untuk nunas tamba (berkah obat) dan memohon restu.

Menurut Ratu Mangku Juhendra, pamedek yang ingin nunas tamba untuk menyembuhkan penyakitnya, biasa dimohon tamba pada pohon bidara besar di bagian belakang bangunan pamereman Ki Gusti Panji Sakti. Mereka biasanya tangkil atas pawisik (perunjuk niskala). “Ada pamedek yang nunas babakan, ada pula yang nunas buah bidara untuk berkah obat. Kalau saya hanya bertugas nunasang tirta (air suci),” jelas Ratu Mangku Juhendra.

Selain berkah tamba, Ida Sesuhunan yang berstana di Pura Pejenengan Panii Sakti juga diyakini pemurah dan dapat mengabulkan sejumlah permintaan, termasuk bagi mereka yang tangkil mohon jabatan dan keturunan. “Saat momen Pilkada atau Pileg, biasaya banyak yang tangkil ke Pura Pajenengan Panji Sakti. Para caleg biasanya mohon doa restu di pamereman Ida,” tegas Ratu Mangku Juhendra. *k23

Komentar