nusabali

'Pandemi COVID-19, Mahasiswa Apa Kabar?' Melihat Pandemi Dari Mata Mahasiswa

  • www.nusabali.com-pandemi-covid-19-mahasiswa-apa-kabar-melihat-pandemi-dari-mata-mahasiswa

Kasus pertama COVID-19 di Indonesia dikonfirmasi pada 2 Maret 2020. Hanya dalam waktu 8 hari, penyebarannya telah meluas ke 34 provinsi di Indonesia. Sampai dengan saat ini, yaitu bulan Januari 2021, jumlah kasus terpapar COVID-19 di Indonesia mencapai 965.000 kasus.

Mahasiswi London School Of Public Relations Bali

Dan resmi pada bulan Maret 2020, hampir seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di perguruan tinggi pada akhirnya diliburkan. Dengan rencana awal diliburkan selama 2 pekan dan perkiraan libur berakhir pada bulan November 2020. Pada kenyataannya sampai saat ini, Januari 2021, sekolah maupun perguruan tinggi masih diliburkan sementara dan kegiatan belajar mengajar dialihkan ke sistem daring. 

Peralihan sistem pengajaran ini cukup membutuhkan beberapa waktu untuk pelajar dan pengajar untuk beradaptasi. Dampak-dampak yang ditimbulkan sangatlah beragam kepada masing masing individu. Terutama mengenai pengerjaan Skripsi serta pelaksanaan wisuda untuk mahasiswa tingkat akhir. Sebenarnya, apa saja dampak pandemi yang Mahasiswa rasakan?

Seperti yang kita ketahui, masa masa perkuliahan adalah masa aktif bagi para mahasiswa dalam menjalani beberapa kegiatan. Seperti organisasi, bimbingan mata kuliah, dan lain lain. Dengan adanya kebijakan Physical Distancing, Social Distancing, dan maraknya himbauan untuk dirumah saja menjadikan seluruh kegiatan perkuliahan Offline menjadi Online. Hal ini ternyata menyebabkan adanya keterbatasan mahasiswa dalam menjalani aktifitas perkuliahan.

“Biasanya saya bisa bimbingan untuk beberapa mata kuliah langsung ke Dosen saya. Lebih jelas karena tatap muka secara langsung. Tetapi karena semua serba Online, konsultasi jadi terbatas dan kadang jadi terhambat akibat jaringan yang kurang stabil.” Kata Azim Ryan, mahasiswa semester 3 Universitas Islam Indonesia.

Dalam masa perkuliahan daring, hampir seluruh universitas di Indonesia menggunakan beberapa media aplikasi penyedia layanan tatap muka. Berupa audio dan juga video yang dapat membantu dan memperlancar jalannya kegiatan belajar mengajar. Seperti aplikasi ZOOM, Google Meet, dan lain lain. Permasalahan lain yang tidak jarang dihadapi oleh mahasiswa adalah jaringan yang tidak stabil. Jaringan yang kurang stabil ini dapat menghambat kelancaran kegiatan perkuliahan. 

Jika membahas kuota, Bantuan atau subsidi kuota internet telah diberikan kepada mahasiswa dan dosen sebagai bentuk dukungan terhadap pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berlangsung selama pandemi COVID-19. Paket kuota internet untuk mahasiswa dan dosen mendapatkan 50 GB per bulannya dengan rincian 5 GB kuota umum dan 45 GB kuota belajar.

Pada masa pandemi COVID-19 ini, tidak hanya kegiatan belajar mengajar saja yang dialihkan menjadi Daring, namun juga kegiatan wisuda. Seperti yang kita ketahui sebelum adanya proses wisuda, mahasiswa harus menyelesaikan skripsi dalam penentuan kelulusan. Dalam masa transisi ini tidaklah mudah untuk sebagian mahasiswa di Indonesia. Salah satunya Ananda Mayang Pramadita, mahasiswi Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan.

“Dalam pengerjaan skripsi tidaklah mudah. Salah satunya dalam proses tanda tangan secara Online. Karena belum terbiasa jadi masih perlu banyak bantuan. Lalu untuk pelengkapan skripsi, saya butuh eksperimen. Karena adanya pandemi ini, eksperimen ke Lab jadi tertunda dan waktu pengumpulan yang tetap sama menjadikan hasil skripsi tidak maksimal dan hasil yang kurang akurat karena hanya menggunakan teori.”

“Sedih juga aku harus merasakan wisuda yang ditunggu-tunggu dalam masa pandemi dan dilaksanakan Online jarak jauh. Momentumnya kurang dapat karena sinyal yang kurang lancar, tidak ada foto bersama, dan dilaksanakan dirumah masing masing. Ada yang bersama keluarga dan ada juga yang sendiri karena belum bisa bertemu keluarga akibat pandemi. Sayang sekali untuk melewati hari bahagia dengan keadaan kurang kondusif.”

Keberlangsungan seluruh kegiatan perkuliahan secara Online ini menghadirkan dampak positif dan negatif. Di luar dampak negatif dari pandemi yang dirasakan beberapa mahasiswa seperti kehilangan momen bersama teman, jaringan koneksi yang kadang tidak stabil, dan lain lain, ternyata menjalani perkuliahan secara daring  di tengah pandemi COVID-19 juga terdapat dampak yang positif bahkan dapat dikatakan sebagai hal yang menguntungkan. 

Salah satu dampak positif yang dirasakan bagi sebagian mahasiswa adalah mudahnya mengatur waktu perkuliahan. Seperti yang biasa kita ketahui, jam perkuliahan mahasiswa sangatlah beragam dan tidak jarang juga mahasiswa mendapat jam perkuliahan malam. Dengan masa transisi perkuliahan menjadi daring ini, mahasiswa lebih mudah untuk mengatur waktu dikarenakan kemudahan untuk mengakses kelas. 

Biasanya mahasiswa akan menghabiskan banyak waktu untuk datang dari satu kelas menuju kelas lainnya. Tetapi dalam masa perkuliahan jarak jauh, mahasiswa cukup membuka laptop untuk mengakses kelas. Dan keuntungan lainnya adalah mahasiswa tidak terlalu lelah karena perkuliahan dilaksanakan dirumah masing-masing.

“Dampak positif yang dapat saya rasakan salah satunya jadi cepat fokus terhadap materi perkuliahan. Karena kalau ada yang tidak saya mengerti dan membutuhkan informasi lebih, bisa langsung membuka Google tanpa meninggalkan kelas. Jadi pembahasan dan contoh akan lebih banyak. Dan biasanya sesi tanya jawab akan lebih lama. Jadi, semua mendapat kesempatan yang sama” kata Calysta Dwita, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang.

Tanpa disadari, sistem pembelajaran daring yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 ini menjadikan dosen maupun mahasiswa menjadi lebih kreatif. Dosen akan memberikan materi perkuliahan yang lebih interaktif agar mahasiswa lebih mudah mengerti dan tidak bosan.  

Keuntungan lain dari sistem perkuliahan jarak jauh yang tidak biasa didapatkan dalam perkuliahan tatap muka salah satunya adalah sesi perkuliahan yang dapat direkam. Dengan fitur teknologi yang kian semakin canggih dan inovatif, hasil rekaman sesi perkuliahan dapat disimpan dan dilihat ulang oleh mahasiswa maupun dosen. Sehingga materi perkuliahan dapat dipelajari lagi kapanpun dan dimanapun.

Dengan pandemi yang masih berlangsung dengan segala upaya dan kebijakan pemerintah yang berlaku, sebagai mahasiswa kita tidak boleh berhenti untuk menjalani kewajiban. Yaitu belajar dan meraih cita-cita. Tentunya diharapkan dengan munculnya dampak pandemi COVID-19 yang beragam, seluruh pendidik serta mahasiswa harus tetap menjaga kesehatan diri dan memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Semoga pandemi cepat berlalu dan dapat kita pelajari hikmah dibalik apa yang sedang kita lalui bersama.


*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Komentar