nusabali

Waspada Baby Blues Pada Ibu Melahirkan

  • www.nusabali.com-waspada-baby-blues-pada-ibu-melahirkan

Kelahiran seorang anak dalam kehidupan pernikahan merupakan dambaan pasangan yang baru berumahtangga.

Statistisi Badan Pusat Statistik Provinsi Bali 

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Bali mencatat pada tahun 2019 terdapat 675.115 pasangan usia subur di Bali dimana Kabupaten Buleleng menduduki posisi pertama jumlah pasangan usia subur terbanyak di Bali yaitu 134.469 pasangan usia subur. Sementara Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat terdapat 65.722 kelahiran bayi tahun 2018.

Namun di balik kebahagiaan atas kelahiran bayi tersebut, terdapat fase di mana seorang ibu baru melahirkan mengalami emosi yang berlebihan dan diliputi oleh perasaan sedih dan kemudian berlanjut pada tangisan tanpa alasan yang jelas. Sebagain ibu baru melahirkan merasa sangat khawatir, cemas, dan tegang. Hal ini juga berkaitan juga dengan perubahan kadar hormon seorang ibu setelah melahirkan , dan keadaan fisik dimana sebagian besar merasa lelah, lesu dan tentunya sulit tidur sementara mereka harus merawat bayinya yang baru lahir. 

Sementara itu kondisi tersebut biasanya diperparah dengan kurangnya dukungan positif dari lingkungan sekitar kepada ibu yang baru melahirkan sehingga memicu seorang ibu yang baru melahirkan mengalami depresi ringan yang populer dengan istilah Sindrom Baby Blues. Baby Blues adalah gangguan perasaan berupa sedih, cemas dan emosi meningkat yang umumnya terjadi pada 50-80% wanita setelah melahirkan, kondisi ini umum terjadi pada dua minggu pertama setelah melahirkan dan kemudian umumnya akan menghilang sendirinya jika diberikan pelayan psikologis yang baik. Namun pada kenyataannya di Indonesia, kurangnya perhatian terhadap masalah Sindrom Baby Blues semakin diperparah oleh masyarakat yang menganggap Sindrom Baby Blues hanya dialami oleh wanita di luar Indonesia. Sehingga saat seorang ibu mengalami sindrom ini maka sebagain besar masih menyepelekan hal tersebut bahkan membuat keadaan lebih buruk dengan membuat stigma negatif terhadap ibu tersebut. 

Sindrom Baby Blues juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya dukungan sosial, keadaan dan kualitas bayi, komplikasi kelahiran, persiapan persalinan dan kesiapan menjadi ibu dan faktor ekonomi. Masyarakat Bali menganut sistem patriaki dimana sistem sosial menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan tanggung jawab dalam keluarga, sehingga sebagian masyakarat Bali tentunya mendambakan memiliki keturunan anak laki-laki sebagai penerus keturunan keluarga mereka. Tidak jarang ibu yang mendambakan bayi laki-laki mengalami Sindrom Baby Blues saat melahirkan bayi perempuan karena harapan mereka yang besar untuk mendapatkan bayi laki-laki, belum lagi kondisi kesiapan seorang ibu yang mungkin saja mengalami kehamilan diluar nikah sehingga belum memiliki kesiapan yang cukup secara mental untuk menjadi ibu dan keadaan ekonomi yang belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Pada Bulan November 2018, seorang WNA asal Amerika Serikat membuang bayinya di wilayah Sanur, Denpasar Bali. Ibu tersebut diduga mengalami depresi berat sehingga pada akhirnya membuat bayinya kehilangan nyawa. Kejadian ini merupakan contoh dari efek dari Sindrom Baby Blues yang tidak tertangani dengan baik.

Penelitian yang dilakukan oleh dr. Irawati, Sp.Kj di Jakarta menunjukkan 25% dari 580 responden mengalami Sindrom Baby Blues setelah melahirkan. Sindrom Baby Blues menjadi perlu diwaspadai ketika ibu yang mengalami sindrom ini mengalami gangguan emosi yang tak kunjung hilang setelah 2 minggu. Sekitar 70% dari semua ibu yang melahirkan pernah mengalami Baby Blues, dan sekitar 10%-20% dari ibu yang baru melahirkan mengalami Postpartum Depression (PPD) atau depresi pasca persalinan. Depresi ini perlu ditangani serius oleh psikiater atau psikolog, ibu yang mengalami depresi pasca persalinan dapat terus merasakan depresi sampai 2 tahun dan berdampak buruk tidak hanya kepada ibu tetapi juga kepada bayinya. Perasaan depresi yang berlebih dapat memicu keinginan bunuh diri dan mencelakai bayinya, sementara sebagian ibu baru melahirkan mengalami depresi yang menyebabkan ketidak inginan seorang ibu untuk menyusui dan mengurus bayinya. 

Penanganan PPD dan Sindrom Baby Blues akan lebih efektif jika mendapat dukungan dari keluarga. Maka dari itu perlunya menjaga kualitas masa nifas seorang ibu baru melahirkan dengan mendapingi dan mendukung pemulihan ibu yang baru melahirkan sehingga mereka merasa lebih diperhatikan dan didukung dalam melewati fase tersebut. Peran suami dan keluarga dalam mendampingi ibu yang baru melahirkan sangat penting untuk menghindari depresi. Perlunya dukungan lingkungan sekitar ibu melahirkan dengan tidak menghakimi kondisi ibu yang baru melahirkan dan dengan tidak membandingkan kondisi ibu yang baru melahirkan dengan ibu lainnya merupakan salah satu bentuk dukungan yang positif yang dapat mengurangi peluang seorang ibu baru melahirkan untuk mengalami Sindrom Baby Blues. Dengan terbukanya wawasan masyarakat tentang Sindrom Baby Blues yang dialami ibu pasca melahirkan diharapkan dapat meningkatkan kualitas tumbuh kembang bayi, karena kondisi ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas bayinya, termasuk kesuksesan seorang ibu untuk dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. 

Menjadi lingkungan yang mendukung ibu yang baru melahirkan adalah hal yang positif dan berpengaruh terhadap keberlangsungan perkembangan bayinya. Pergaulan bebas yang berdampak pada kehamilan diluar nikah juga dapat meningkatkan jumlah ibu yang mengalami Sindrom Baby Blues karena faktor ketidaksiapan secara mental untuk menjadi seorang ibu. Pentingnya ibu hamil dan keluarga untuk memiliki wawasan tentang Sindrom Baby Blues menurunkan resiko Sindrom Baby Blues berkembang kearah depresi. 

Harapan kedepannya, Sindrom Baby Blues dan Postpartum Depression (PPD) pada ibu yang melahirkan dapat diminimalisir dengan dukungan dari lingkungan sekitar dan kesiapan mental ibu dalam menjalani persalinan dan pasca persalinannya karena kualitas tumbuh kembang anak tentunya juga dipengaruhi oleh kualitas mental ibunya.*


*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Komentar