nusabali

Kariyasa Pertanyakan Batas Usia Penerima Vaksin Covid-19

  • www.nusabali.com-kariyasa-pertanyakan-batas-usia-penerima-vaksin-covid-19

JAKARTA, NusaBali
Anggota Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana menyoroti sejumlah masalah saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi IX DPR RI bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

Kariyasa antara lain mempertanyakan kenapa di Indonesia yang divaksinasi Covid-19 terlebih dahulu adalah orang-orang produktif pada rentang usia 18-59 tahun. “Di Norwegia, yang divaksin orang lanjut usia (lansia) dahulu atau di atas 59 tahun. Kami dari Komisi IX DPR RI ingin meminta penjelasan terkait itu. Mana lebih penting yang divaksin dahulu, apakah lansia berusia di atas 59 tahun atau usia produktif,” kata Kariyasa saat RDPU secara virtual, Selasa (19/1).

Anggota dari Fraksi PDIP ini berpandangan, masa pandemi Covid-19 ini banyak dari kalangan lansia atau di atas usia 59 tahun meninggal dunia. Karenanya, kenapa tidak lebih dahulu dari kalangan mereka yang divaksinasi.

Kariyasa juga meminta penjelasan, kenapa memilih vaksin buatan Sinovac. Sebab masih banyak yang meragukan. Bahkan di Malaysia, vaksin Sinovac ditolak. “Oleh karena itu, ini harus dijelaskan kembali kepada masyarakat kenapa kita memilih Sinovac,” imbuh Kariyasa.

Kariyasa berharap agar ke depan Indonesia mandiri dalam vaksin. Dia yakin Indonesia bisa melakukan hal itu, karena memiliki kemampuan dari sisi teknologi maupun dari perguruan tinggi untuk membuatnya.

Bagi pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Bali periode 2014-2019, ini mandiri dalam vaksin sangat penting. “Agar kita jangan cenderung menjadi negara pasar. Apalagi harga vaksin mahal, sehingga kita perlu mandiri,” ucap Kariyasa.

Pertanyaan Kariyasa mendapat tanggapan dari Ketua ITAGI Profesor Sri Rezeki Hadinegoro, khususnya mengenai pemilihan Sinovac dan usia produktif yang terlebih dahulu divaksin.

Menurut Profesor Sri Rezeki, alasan usia produktif divaksin terlebih dahulu karena mereka banyak berada di luar rumah, sehingga rawan terpapar Covid-19. Oleh karena itu, mereka diamankan lebih dahulu sebelum ada vaksin untuk lansia.

“Usia produktif bukan hanya mencari nafkah, tapi mereka ini sering wara-wiri dari rumah ke kantor atau ke pasar. Saat pulang mereka bertemu anak dan keluarga lain. Jadi kita amankan mereka dahulu. Jika 70 persen dari usia 18-59 tahun sudah divaksin, setidaknya herd immunity mereka terjaga,” ujar Profesor Sri Rezeki.

Alasan kenapa Indonesia memilih vaksin Sinovac, lanjut Profesor Sri Rezeki, karena vaksin itu sudah melewati fase satu dan dua di China. Hasilnya baik dan aman. Untuk menilai vaksin aman dapat dilihat nilai anti bodinya yang naik dari empat kali sebelumnya. “Di sini 26-28 kali. Jadi Sinovac bukan vaksin yang jelek,” tegas Profesor Sri Rezeki. *k22

Komentar