nusabali

Pengungsi Krama Bali di Sulbar Berkurang

  • www.nusabali.com-pengungsi-krama-bali-di-sulbar-berkurang

JAKARTA, NusaBali
Krama Bali yang mengungsi akibat gempa tektonik Magnitudo 6,2 di Kabupaten Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) berkurang.

Menurut Ketua DPD Peradah Sulbar I Made Artiyasa, di hari kedua mengungsi, sebagian krama Bali di Mamuju pulang ke desa. Sebagian lagi masih bertahan di dua lokasi pengungsian yaitu dekat rumah Ketua PHDI Mamuju I Wayan Puja dan areal Pura Agung Stana Dewata.

“Hari kedua pengungsian, tidak ada penambahan pengungsi krama Bali di dua titik pengungsian. Justru berkurang lantaran sebagian balik ke desa. Sebagian yang bertahan karena memang tinggal di Mamuju dan tidak memiliki kampung di sini,” ujar Artiyasa kepada NusaBali, Sabtu (16/1).

Sebelumnya ada 6 kepala keluarga (KK) mengungsi di dekat rumah Ketua PHDI Mamuju, 6 KK di areal Pura Agung Stana Dewata, dan 11 KK menyebar di rumah teman mereka. Kini pengungsi dekat rumah Ketua PHDI Mamuju menjadi 4 KK dan di areal Pura 5 KK. Pengungsi di areal Pura, kata Artiyasa, 6 di antaranya mengalami luka ringan dan 3 luka berat.

Hal tersebut akibat kena reruntuhan bangunan, kena timpa lemari, dan jatuh saat akan menyelamatkan diri ketika gempa terjadi pada Jumat (15/1) dinihari. Mereka luka ringan di kepala dan kaki. Mereka menjalani perawatan secara mandiri oleh keluarganya di Pura.

“Karena di sini kekurangan tenaga medis dan rumah sakit terdekat rusak. Ada rumah sakit regional, tapi jaraknya jauh. Dari Pura sekitar 5 kilometer. Oleh karena itu, krama Bali yang luka ringan menjalani perawatan mandiri oleh keluarganya,” ucap Artiyasa.

Mengenai sebagian krama Bali memilih pulang ke desa, kata Artiyasa, agar lebih aman. Apalagi Sabtu (16/1) pukul 08.00 Wita ada gempa susulan, namun tidak menyebabkan jatuh korban. Mereka yang pulang menuju desa di Kabupaten Pasang Kayu, Sulbar, jaraknya bisa ditempuh sekitar 6 jam dari Mamuju.

Ada pula ke daerah Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulbar. Lokasinya bisa ditempuh tiga jam dari Mamuju. Sementara mengenai kondisi tempat pengungsian saat ini, Artiyasa menjelaskan, listrik sudah menyala pada Sabtu (16/1) pukul 10.00 Wita.

Air PAM belum mengalir, tetapi mereka bisa menggunakan air sumur dengan menggunakan mesin karena listrik telah menyala. Terkait bantuan, mereka telah menerima sembako dari daerah Topoyo, Mamuju Tengah. Bantuan tersebut dari masyarakat umum.

“Kalau pengungsi di Pura, mereka bisa mengambil bahan baku dengan menggunakan motor. Mereka juga bisa membeli di warung terdekat yang masih buka. Kemudian memasaknya di Pura. Di Pura tersedia pula alat-alat masak,” papar Artiyasa. *k22

Komentar