nusabali

Sriwijaya Air SJ181 Jatuh di Kepulauan Seribu

Rute Jakarta-Pontianak, Ada 53 Penumpang dan 12 kru Dalam Pesawat

  • www.nusabali.com-sriwijaya-air-sj181-jatuh-di-kepulauan-seribu

Pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak di Kepulauan Seribu tidak lama lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta.

JAKARTA, NusaBali
Pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak dan dipastikan jatuh, Sabtu (9/1) sekitar pukul 14.40 WIB. Lokasi jatuhnya pesawat diduga di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang di Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, menyebut ada 53 penumpang dan 12 orang kru di dalam pesawat tersebut.

"Total penumpang 50 orang bersama 12 kru, yang terdiri dari 40 dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi," kata Budi Karya dalam jumpa pers yang disiarkan via Zoom, Sabtu (9/1) malam. Lokasi jatuhnya pesawat diduga di antara Pulau Laki dan Pulau Lancang di Kepulauan Seribu. Budi Karya menyatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memberikan arahan agar pencarian dilakukan secara maksimal. "Mohon doa restu dari seluruh masyarakat agar proses pencarian dan penyelamatan berjalan dengan lancar. Hotline dari Sriwijaya Air untuk informasi penumpang pada 021-80637817," ucapnya.

Tim SAR gabungan dari Basarnas hingga TNI-Polri, menurut Budi Karya, telah bergerak ke lokasi dengan mengerahkan kapal-kapal evakuasi. Pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak di Kepulauan Seribu tidak lama lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta. Situs FlightRadar24 menyebut pesawat itu kehilangan ketinggian 10 ribu kaki dalam 1 menit.

Dipantau dari situs FlightRadar24, pesawat Sriwijaya Air sempat mencapai ketinggian 10.900 kaki. Mendadak, ketinggian berubah menjadi 8.950 kaki, turun ke 5.400 kaki, hingga terakhir terpantau di 250 kaki. Setelah itu, pesawat hilang kontak.

Pesawat ini merupakan jenis Boeing 737-500 dengan nomor registrasi PK-CLC. Pesawat Sriwijaya Air SJ182 hilang kontak saat terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Sriwijaya Air menyebut sempat ada delay di bandara sekitar 30 menit sebelum penerbangan. "Jadi tadi delay menurut informasi yang saya terima juga bahwa itu akibat hujan deras," kata Dirut Srwijaya Air, Jeff Jauwena dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Sabtu malam. "Makanya ada delay 30 menit saat boarding," imbuh dia.

Sementara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menginvestigasi penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu. KNKT saat ini masih mengumpulkan informasi terkait pesawat Sriwijaya Air SJ182. "Kami KNKT dalam rangka investigasi, kami dalam fase pengumpulan informasi semuanya," kata Ketua KNKT, Suryanto dalam jumpa pers di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, semalam.

Suryanto mengatakan pihaknya saat ini tengah mengumpulkan seluruh informasi terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182. "Sesuai prosedur, kami masih mengumpulkan data semua, data pesawat, data penerbangan ketika dirilis seperti apa kondisinya semua sedang kami kumpulkan," katanya. Pada, Minggu (10/1) hari ini pihaknya akan melakukan survei ke lokasi kejadian untuk menyiapkan peralatan yang diperlukan.

Hingga semalam petugas kepolisian masih terus mencari puing-puing dari pesawat tersebut. "Kita masih mencari terus, yang berangkat itu dari tim sar poloair dan juga tim sar dari Polres Kepulauan Seribu bersama-sama mencari puing-puing tersebut," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus. Selain itu, Yusri mengatakan Polda Metro Jaya pun telah menyiapkan pos ante mortem yang akan dibangun malam ini di RS Polri Kramat Jati.

"Kita telah menyiapkan malam ini pos antemortem/ DVI di RS Kramat Jati yang akan melayani keluarga korban pesawat yang akan mencari keluarga apabila di temukan Jenazah korban. Jadi kekuargaa korban yang akan mencari info silahkan ke RS Keramat Jati," ujar Yusri dilansir detik.com.

Dilaporkan tiga anggota keluarga besar TNI AU masuk manifes penumpang pesawat tersebut. "Betul (ada keluarga besar TNI AU), mohon doa rekan-rekan sekalian," kata Kadispen AU, Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah dalam keterangannya, Sabtu kemarin.  

Dikatakannya tiga anggota keluarga tersebut merupakan anak dan istri Kadislog Lanud Supadio Pontianak Kol Tek Ahmad Khaidir. Ketiganya disebut berada dalam penerbangan Sriwijaya Air SJ182. Mereka terdiri atas istri dan anak Kadislog Lanud Supadio Pontianak Kol Tek Ahmad Khaidir, yakni Rahmania Ekananda (istri) seat 16 A, Fazila Ammara (anak) seat 16 D, dan Dinda amelia (anak), seat 16 C. Tak hanya itu, Indan menyebut, pilot pesawat Sriwijaya Air SJ182, Capt Afwan, ternyata penerbang TNI AU periode 1987-1998. Afwan disebut jadi alumni IDP IV tahun 1987.

"Capt Afwan adalah penerbang TNI AU periode 1987-1998. Beliau terbang di Skadron Udara 4 dan Akadron Udara 31. Alumni IDP IV tahun 1987," ucapnya. Tidak hanya itu, salah satu kader elite DPP Partai Hanura yang menjabat sebagai Ketua Organisasi DPP Hanura, Mulyadi P Tamsir juga dilaporkan menjadi penumpang pesawat Sriwijaya Air SJY-182 yang jatuh di perairan Pulau Laki, Kepulauan Seribu. Menurut Sekjen DPP Hanura, Gede Pasek Suardika, setelah mendengar informasi mengenai pesawat tersebut jatuh dirinya berusaha menghubungi Mulyadi.

"Sejak sore tadi sampai saat ini, saya berusaha menghubungi nomornya. Namun tidak bisa dikontak," ujar Pasek dihubungi NusaBali, semalam. Pasek menjelaskan, dia mengetahui pesawat yang ditumpangi Mulyadi jatuh saat sedang bersama Ketua DPP Hanura, Oesman Sapta Odang (OSO) membahas berbagai hal di kediamannya.

Di tengah pembahasan itu, OSO mendapat kabar jika salah satu kadernya menjadi penumpang pesawat jurusan Jakarta-Pontianak yang jatuh. Pasek segera mencari informasi dengan menghubungi yang bersangkutan, tapi sampai saat ini belum tersambung. Dia pun tetap menunggu perkembangan yang ada.

"Karena saat ini masih proses evakuasi pesawat. Untuk itu, kami menunggu kabarnya. Semoga ada keajaiban. Mohon doanya agar beliau dalam keadaan baik-baik," ucap Pasek. Mulyadi sendiri berasal dari Pontianak dan tinggal di Jakarta. Dia terbang ke Pontianak, karena ada urusan keluarga. Dia terbang bersama istrinya Makrufatul Yeti Srianingsih serta mertuanya Khasanah. Selain kader Hanura, Mulyadi juga mantan Ketua PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) periode 2015-2017.

Sementara informasi yang dihimpun menyebutkan saat kejadian nelayan di Pelabuhan Tanjung Kait, Kepulauan Seribu mengaku sempat mendengar dentuman suara di tengah laut. "Denger ledakan siang abis ngelaut. Cuma denger ledakan. Kayak geluduk-petir," kata Yakub, salah seorang nelayan. Senada dengan Yakub, nelayan lainnya menuturkan mendengar suara dentuman yang sama. Dia mendengar sekitar pukul 15.00 WIB saat melaut. "Sekitar jam 3. Pesawat nggak lihat. Cuma mendengar saja. Karena gelap hujan-angin. Tahu-tahunya boom... sekali saja," kata Sholeh. *k22

Komentar