nusabali

Korban Kadek Kumaradita Sempat Curhat Ngaku Diancam Orang

Kasus Siswa Kelas I SMA yang Ditemukan Tewas Mengambang di Bendungan Kampus Unud

  • www.nusabali.com-korban-kadek-kumaradita-sempat-curhat-ngaku-diancam-orang

Seorang saksi ngaku sempat lihat ada tiga orang cekcok di pintu masuk Bendungan Kampus Unud, Minggu malam. Ketiganya kemudian masuk ke areal bendungan. Beberapa lama kemudian, hanya dua orang dari mereka yang keluar

MANGUPURA, NusaBali

Kematian tragis I Kadek Kumaradita, 16, pelajar SMA yang ditemukan tewas mengambang di Bendungan Kampus Unud, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (4/1) sore, masih menyisakan teka-teki. Informasinya, sebelum ditemukan tewas mengenaskan, korban sempat curhat kepada pacarnya, Ni Wayan P, 16, mengaku diancam oleh orang tak dikenal.

Korban I Kadek Kumaradita merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan I Wayan Gama, 45, dan Ni Made Sulasi, 40, pasutri yang tinggal di Jalan Lingkar Timur Udayana kawasan Banjar Perarudan, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Korban tercatat sebagai siswa Kelas I SMA Stikom Jimbaran.

Kakak sepupu korban, I Made Sumarna, 33, mengatakan sehari sebelum ditemukan tewas mengambang di Bendungan Kampus Unud, Kadek Kumaradita masih sempat berkomunikasi dengannya. Namun, korban tiba-tiba menghilang sejak Minggu (3/1) malam pukul 19.00 Wita, sampai kemudian ditemukan sudah menjadi mayat keesokan harinya.

"Anaknya baik dan suka bergaul, tabi tiba-tiba hilang kabar sejak Minggu malam. Makanya, keluarga besar di sini melakukan pencarian. Kami menemukan sepeda motornya parkir di dekat Bendungan Kampus Unud. Sedangkan orangnya (korban) ditemukan tewas mengambang di bendungan," ungkap Made Sumarna saat ditemui NusaBali di rumah duka kawasan Banjar Perarudan, Desa Adat Jimbaran, Selasa (5/1) siang.

Menurut Sumarna, pihak keluarga masih menunggu proses penyelidikan yang dilakukan kepolisian, termasuk terkait pemnyebab pasti kematian korban Kadek Kumaradita. Selain itu, pihak keluarga juga ikut mengumpulkan sejumlah bukti untuk bantu polisi mengungkap kasus ini. Salah satu bukti yang dikumpulkan keluarga dan kini sudah diserahkan ke polisi adalah chat WhatsApp korban Kadek Kumaradita dengan pacarnya, Ni Wayan P.

Sumarna menyebutkan, sebelum menghilang dan kemudia ditemukan tewas mengambang, korban sempat curhat melalui WA ke pacarnya, Ni Wayan P, gadis asal Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta terkait keselamatan dirinya. "Dari pengakuan pacarnya, adik sepupu saya ini curhat bahwa diteror dan diancam oleh seseorang. Namun, tidak dijelaskan secara rinci siapa yang meneror itu,” katanya.

Pihak keluarga, kata Sumarna, berharap bukti chat soal adanya ancaman itu bisa memudahkan polisi dalam men gungkap kasus ini. “Kami masih menunggu hasil penyelidikan kepolisian,” tandas Sumarna.

Hingga Selasa kemarin, jenazah korban Kadek Kumaradita masih dititipkan di Instalasi Kedokteran Foirensik RSUP Sanglah. Pihak keluarga belum diizinkan untuk mengambil jenazah korban. Karena itu, sejauh ini belum ada persiapan kapan jenazah korban akan diupacarai.

Sementara, salah seorang saksi, Chris, 45, yang ditemui NusaBali di lokasi TKP mengatakan sehari sebelum korban ditemukan tewas mengambang di Bendungan Kampus Unud, sejumlah warga melihat 3 orang terlibat cekcok di pintu masuk bendungan, Minggu malam. Mereka yang cekcok terdiri dari dua pria dan satu perempuan. Setelah cekcok, ketiga orang itu masuk ke areaal Bendungan Kampus Unud.

"Saya tak tahu lagi apa yang terjadi setelah ketiga orang itu berada di area bendungan. Yang jelasm dua orang sempat terlihat keluar dari area bendungan, sementara satunya lagi tidak keluar. Besok siangnya, pihak keluarga menemukan motor korban, lalu memeriksa ke area bendungan," ungkap Chris, yang kesehariannya buka usaha bengkel motor di dekat lokasi TKP.

Chris bersama keluarga korban sempat melakukan pencarian dengan menyusuri sekitar lokasi bendungan. Namun, tidak menemukan apa-apa. Kemudian, keluarga curiga kalau korban tenggelam di bendungan, sehingga dilakukan upacara ritual. Nah, setelah upacara itu, akhirnya jenazah korban Kadek Kumaradita mendadak muncul ke permukaan air.

Menurut Chris, ini untuk kedua kalinya terjadi kasus orang tewas misterius di lokasi Bendungan Kampus Unud. Sebelumnya, juga sempat terjadi kasus serupa tahun 2016. Kala itu, seorang pelajar SMP tewas mengenaskan setelah jatuh ke bendungan saat memancing. "Bendungan itu cukup licin karena dialasi terpal. Kedalaman air bendungan sekitar 15 meter," terang pria asal Medan, Sumatra Utara yang buka usaha bengkel di sekitar Bendungan Kampus Unud ini.

Sementara itu, Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) yang bertugas di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Dudut Rustyadi SpFM(K) SH, mengatakan jenazah korban Kadek Kumaradita diterima di RSUP Sanglah, Senin (4/1) petang pukul 18.35 Wita. “Kondisi jenazah saat ditemukan dalam keadaan basah, kemudian sudah mulai terbentuk tanda-tanda pembusukan,” ujar dr Dudut kedpada NusaBali, Selasa kemarin.

Tanda-tanda pembusukan dimaksud adalah perubahan warna pada jenazah menjadi hijau kehitaman di wajah dan perut, serta terdapat pelebaran-pelebaran pada pembuluh darah. “Itu menunjukkan bahwa jenazah ini sudah meninggal sekitar dua hari,” terang dr Dudut.

Dari pemeriksaan luar (PL) yang dilakukan, kata dr Dudut, tidak ditemukan adanya luka-luka atau tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban. “Tanda lain yang ditemukan adalah tanda-tanda kekurangan Oksigen atau mati lemas, berupa bibir yang berwarna kebiruan, kemudian ada pelebaran pembuluh darah di mata. Jadi, kalau memang ditemukan di air, kuat dugaannya bahwa ini memang karena tenggelam,” jelasnya.

Terkait otopsi jenazah, kata dr Dudut, pihaknya masih menunggu koordinasi dari Polsek Kuta Selatan. Begitu pula dengan tes swab Covid-19, masih akan dikoordinasikan dengan penyidik. “Kalau memang dari penyidik menginginkan otopsi, tentu akan dilakukan. Tapi, kalau tidak, artinya cukup periksa luar saja, itu dikembalikan ke keluarga atau penyidik,” kata dr Dudut. *dar,cr74

Komentar