nusabali

Harga Tahu Tempe akan Naik

  • www.nusabali.com-harga-tahu-tempe-akan-naik

Harga kedelai impor naik, pengusaha terpaksa beli agar tetap produksi

JAKARTA, NusaBali
Gabungan Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo) mengeluhkan harga kedelai yang terlalu tinggi di dalam negeri. Ketua Umum Gakoptindo Aip Syaifuddin mengatakan sebagian pengusaha tahu dan tempe sebenarnya sempat akan menaikkan harga sekitar 10-20 persen. Namun, rencana ini tak disepakati semua pengusaha secara kompak.

Sebagian pengusaha, katanya, justru tetap menjual tahu dan tempe dengan harga normal agar dagangan tetap laku. Hal ini membuat harga jual tetap rendah pada akhirnya dan membuat sebagian produsen merugi.

"Tapi ternyata yang ambil kesempatan itu juga kewalahan karena harga kedelai naik terus. Akhirnya rapat lah Puskopti di berbagai daerah mereka meminta mogok produksi supaya kompak atau sepakat semua," ucap Aip seperti dilansir cnnindonesia.com.

Untuk itu, rencana mogok produksi pun diserukan kepada seluruh pengusaha. Tujuannya, agar pemerintah bisa memberi solusi terhadap tingginya harga kedelai dari keran impor.

Hasil sementara, para pengusaha setuju untuk membeli kedelai impor untuk melanjutkan produksi, sehingga stok tahu dan tempe di masyarakat akan kembali normal pada pekan depan. Tapi, kemungkinan harga tahu dan tempe di tingkat konsumen akan naik.

"Ada kemungkinan penyesuaian harga karena pembelian kedelai oleh pengrajin tahu tempe ke importir sudah ada kenaikan, kasihan juga kalau mereka tidak naikkan, nanti merugi," ujarnya.

Kendati begitu, ia belum bisa memperkirakan berapa besar kemungkinan kenaikan harga tahu dan tempe nanti. Namun, ia memberi gambaran bahwa kenaikan harga kedelai impor saat ini sekitar 3,3 persen dari harga normal.

"Apakah nanti kenaikannya akan linier juga 3,3 persen atau tidak, atau bahkan 5 persen, itu saya belum tahu. Tapi saya sudah pesan ke mereka (pengrajin tahu tempe) agar jangan terlalu tinggi kenaikannya, yang penting tetap ada untung, tapi jangan membebani masyarakat juga," tuturnya.

Sementara itu, Alek Permana, salah seorang pengusaha tahu di Bali mengaku terpaksa memperkecil ukuran produknya, sebagai imbas dari kenaikan harga kedelai impor.

Alek mengatakan belakangan ini harga kedelai impor mengalami kenaikan. Jika sebelumnya harga Rp 6.500 per kilogram, saat ini kisaran Rp 9.500 per kilogram.

"Seminggu lalu saya masih beli Rp 9.100 per kilogram dan info terakhir harga sudah naik lagi," ungkapnya, Minggu (3/1).

Alek mengaku tidak berani menaikan harga. Selain takut dikeluhkan pembeli, juga pasti akan berimbas pada omzet penjualan. Pihaknya lebih memilih jalan tengah, yakni mengurangi ukuran produknya.

"Kami hanya bisa menyiasati kenaikan harga kedelai dengan memperkecil ukuran tahu," ujarnya. Alek memasarkan tahunya di beberapa pasar yang ada di Bangli, seperti pasar Singamandawa, Kintamani dan Pasar Kidul Bangli serta pasar desa.

Kondisi pandemi Covid-19, diakui Alek, berpengaruh terhadap produksi, dimana dalam sehari rata-rata hanya mengolah 100 kilo kedelai. Padahal sebelum pandemi jumlah produksinya lebih besar.

Terpisah Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma saat dikonfirmasi mengaku belum tahu terkait kenaikan harga kedelai impor.

"Kami belum melakukan pemantauan harga untuk kedelai, walaupun komoditi tersebut masuk dalam program unggalan Pajale (Padi Jagung dan Kedelai),” jelasnya. *esa

Komentar