nusabali

Puluhan Tahun Mengais Rejeki Demi Hidupi Keluarga dan Sekolah Anak

Mengulik Kisah Perempuan Tukang Suwun di Hari Ibu

  • www.nusabali.com-puluhan-tahun-mengais-rejeki-demi-hidupi-keluarga-dan-sekolah-anak

DENPASAR, NusaBali
Saat sebuah mobil datang membawa barang ke Pasar Kumbasari dan Pasar Badung yang terletak di Jalan Gajah Mada Denpasar, tiga orang perempuan yang awalnya duduk di bangku panjang depan pintu masuk bergegas menawarkan jasa.

Mereka pun sigap mengangkat barang itu, diletakkan di atas kepala lalu dibawa ke tujuan. Aksi para perempuan tukang suwun ini dapat dijumpai setiap hari di kawasan Pasar Kumbasari Denpasar. Mereka pun tak surut bekerja meski di tengah pandemi Covid-19.

Pantauan NusaBali, Senin (21/13) sekitar pukul 13.30 Wita, sebuah mobil berhenti di depan pintu masuk pasar. Sebanyak tiga orang perempuan tukang suwun langsung menyambut kedatangan pemilik barang. Perempuan tersebut menanyakan barang yang akan diangkut menggunakan jasa mereka. Ketika pemilik barang deal, perempuan-perempuan tersebut pun terlihat bersemangat mengangkutnya ke tujuan.

Sekali membawa barang mereka diupah sebesar Rp 5.000. Ketiganya mendapatkan jatah masing-masing sekali angkut kemarin. Kegiatan itu dilakukan mereka sejak bertahun-tahun lalu dan sampai sekarang masih dilakoni.

Salah seorang perempuan tukang suwun, Wayan Sawit, 43, yang diwawancarai, Senin kemarin  mengaku dirinya sudah menjadi tukang suwun hampir 35 tahun atau sejak usianya 8 tahun. Sawit yang berasal dari Bangli ini mengaku sudah merantau ke Denpasar saat teman-teman seusianyanya mulai menginjak bangku kelas I SD.

“Saya punya tujuh adik, karena jengah waktu itu tidak punya apa-apa di rumah saya nekat datang ke sini (Denpasar) walaupun tidak tahu apa-apa. Saya tidak sekolah dan di sini numpang sama bibi yang menikah sama orang Jawa,” jelas Sawit.

Sawit mengaku sekarang sudah memiliki dua orang anak yang harus ditanggungnya. Anak pertama SMA kelas XII dan anak kedua baru SMP. Sawit mengaku sudah menjadi tukang suwun saat upahnya masih Rp 25. Walaupun suaminya juga sudah bekerja, namun dia mengaku tidak cukup untuk biaya sehari-hari dan sekolah anak.

Sehingga dirinya harus tetap bekerja sebagai tukang suwun hingga kini. “Suami saya sudah kerja sebenarnya sebagai tukang panggul di Pasar Pidada, namun itu tidak cukup, sehingga saya harus ikut bekerja juga,” katanya.

Sebelum berangkat ke pasar, Sawit mengaku sudah bangun pukul 05.00 Wita untuk memasak dan mempersiapkan makanan untuk suami dan anaknya. Setelah sembahyang, saat waktu menunjukkan pukul 08.00 Wita Sawi baru datang ke pasar untuk menjadi buruh tukang suwun.

Di pasar dia biasanya bekerja hingga pukul 15.00 Wita atau kadang jika ada permintaan dia harus rela pulang pukul 16.00 Wita. Namun, dikarenakan pandemi Covid-19 penghasilannya sebagai tukang suwun pun terdampak. Dalam waktu normal, biasanya dalam sehari mampu mendapat Rp 60.000 hingga Rp 70.000.

Akan tetapi, akibat pandemi paling banyak dia sekarang hanya mendapat upah Rp 25.000 dalam sehari. “Bahkan karena Corona, suami saya kadang kerja kadang tidak. Ya mau tidak mau saya harus gali lubang tutup lubang untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya. Untuk ongkos sekali menjunjung barang biasanya Sawit dan rekan lainnya mendapatkan Rp 5.000, kadang juga ada yang memberinya Rp 10.000. Lalu apa harapannya di Hari Ibu yang jatuh pada, Selasa (22/12) hari ini? Wayan Sawit hanya ingin anaknya bahagia dengan kehidupan yang lebih baik.

Tukang suwun lainnya, Siti Masita, 50, juga memiliki pengalaman yang hampir sama dengan Sawit yang sama-sama menjadi tukang suwun saat kecil dan tak mengenyam bangku sekolah. “Dulu sebelum ada Hari Ibu saya sudah jadi tukang suwun,” kata perempuan asli Jawa yang menikah dengan orang asli Bali ini.

Bahkan dia yang kini sudah ditinggal suaminya harus menghidupi anak-anaknya dengan menjadi tukang suwun. Siti hanya berharap agar pandemi ini segera berakhir dan bisa mendapat penghasilan lebih dari pekerjaan yang dilakoninya. Di Pasar Kumbasari ini mereka bekerja bertujuh orang dan selalu berbagi langganan dan barang yang akan dipanggul agar semua sama-sama jalan. *mis

Komentar