nusabali

Neraca Dagang RI Surplus Rp36,8 T

  • www.nusabali.com-neraca-dagang-ri-surplus-rp368-t

Perbaikan ekspor ditunjang dari kenaikan permintaan minyak kelapa sawit dan batu bara

JAKARTA, NusaBali
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$2,61 miliar (Rp 36,8 triliun) secara bulanan pada November 2020. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan surplus Oktober lalu yang sebesar US$3,61 miliar (Rp 50,9 triliun), namun lebih tinggi dari defisit US$1,33 miliar (Rp 18,7 triliun) pada November 2019 lalu.

Secara total, neraca perdagangan surplus US$19,66 miliar (Rp 277,2 triliun) pada Januari-November 2020. Realisasi ini lebih baik dari defisit US$3,11 miliar (Rp 43,8 triliun) pada Januari-November 2019.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$15,28 miliar (Rp 215,4 triliun) atau naik 6,36 persen dari US$14,36 miliar (Rp202,4 triliun) pada Oktober 2020. Sedangkan nilai impor mencapai US$12,66 miliar (Rp 178,5 triliun) atau meningkat 17,4 persen dari US$10,79 miliar (Rp 152,1 triliun) pada bulan sebelumnya.

"Surplus ini menggembirakan karena ada kenaikan ekspor dan impor. Perbaikan ekspor ditunjang kenaikan permintaan dan harga, khususnya minyak kelapa sawit dan batu bara," kata Suhariyanto saat rilis data neraca perdagangan periode November 2020, seperti dilansir cnnindonesia.com, Selasa (15/12).

Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$760 juta miliar atau naik 24,26 persen pada bulan sebelumnya. Hal ini karena ada kenaikan harga minyak.

"Harga minyak ICP meningkat dari US$38,07 per barel menjadi US$40,67 per barel pada bulan lalu," tuturnya.

Sementara, ekspor nonmigas sebesar US$14,51 miliar atau naik 5,56 persen. Secara tahunan, nilai ekspor migas turun 26,27 persen dan nonmigas naik 12,41 persen.

Total ekspor nonmigas mencapai 95,01 persen dari total ekspor Indonesia pada bulan lalu. Mulai dari ekspor industri pertanian yang naik 6,33 persen menjadi US$450 juta, industri pengolahan meningkat 2,95 persen menjadi US$12,12 miliar, dan industri pertambangan tumbuh 25,08 persen menjadi US$1,95 miliar.

"Ekspor ini merupakan yang tertinggi pada tahun ini. Kenaikan ekspor meningkat dari minyak kelapa sawit hingga perlengkapan komputer," jelasnya.

Berdasarkan kode HS, peningkatan ekspor terjadi di komoditas lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, besi dan baja, bijih, kerak, dan abu logam, serta mesin dan peralatan mekanik. "Umumnya komoditas ini diekspor ke China," ucapnya.

Sementara penurunan ekspor terjadi di komoditas logam mulia, perhiasan/permata. "Ada penurunan volume dan nilai, ekspor turun ke Singapura, AS, dan Jepang," terangnya.

Berdasarkan negara tujuan ekspor, peningkatan nilai ekspor nonmigas terjadi ke China sebesar US$451,8 juta, Malaysia US$158,1 juta, Pakistan US$128,9 juta, Jepang US$124,2 juta, dan India US$87,9 juta.

Penurunan ekspor terjadi ke Swiss mencapai US$136,4 juta, Spanyol US$81,7 juta, Vietnam US$48,1 juta, Filipina US$39,4 juta, dan Myanmar US$35,7 juta.

Secara kumulatif, ekspor Januari-November 2020 sebesar US$146,78 miliar. Kinerja ini turun 4,22 persen dari US$153,25 miliar pada Januari-November 2019. "Tentu kita berharap ke depan ekspor akan meningkat," imbuhnya. *

Komentar