nusabali

Oposisi dan Integrasi dalam Pembelajaran

  • www.nusabali.com-oposisi-dan-integrasi-dalam-pembelajaran

Krama Bali amat akrab dengan diksi ‘rwa bhineda’, dualisme keseimbangan antar dua unsur berbeda.

Kedua unsur itu kadang dimaknai sebagai oposisi biner (binary opposition), gagasan Ferdinand de Saussure. Oposisi biner kadang digunakan untuk meraup kekuasaan oleh seseorang atau sekelompok orang. Dalam pembelajaran, guru memosisikan dirinya berbeda kedudukan dan fungsi dengan anak didiknya. Guru menduduki struktur di atas dari anak didiknya. Guru latah memungsikan diri sebagai sumber ilmu, sehingga ketika guru tidak hadir anak didik bersorak ria, bebas tidak belajar!

Pada era Industri 5.0, posisi dan fungsi guru seperti di atas harus bergeser. Pergeseran harus mengarah ke eksklusifitas mutualistis (mutually exclusive). Seperti mata uang logam, dua sisinya tidak harus beroposisi biner, ketidak-hadiran guru tidak menafikan pembelajaran! Belajar tidak harus dengan keberadaan guru saja. Belajar dapat dilakukan dengan siapa, kapan, di mana saja, terjadi fleksibilitas atas tempo, ruang dan patrum! Lebih keren lagi, pembelajaran harus mengikuti mode. Guru harus memiliki berbagai cara dan bentuk pembelajaran yang kreatif, atraktif, empatik, inovatif, dan krtitis. Guru diandaikan selalu berpakaian mengikuti mode atelir, bisa lewat daring, luring maupun guling. Ekspresi seorang guru seharusnya modis, berpikiran akademik, bertata budi etis, dan berpenampilan estetis.

Peserta didik bukan anak didik, juga tidak memosisikan diri secara struktural, tidak merdeka dari bayang keberadaan seorang guru. Anak milenial merupakan anak-anak generasi ‘Baby Boomers’. Anak-anak milenial dicirikan dengan pemilikan  visi yang jelas dan eksekusi nyata. Karenanya, guru harus menjadi teladan  dan memberi arah yang jelas agar peserta didik dapat meraih tujuannya. Di samping arahan jelas, guru harus menanamkan sikap kolaboratif dalam menyelesaikan suatu persoalan. Kolaborasi akan dapat memaksimalkan alat, teknologi, program atau aplikasi terbaik yang membuat pembelajaran lebih efektif. Peserta didik didorong untuk melakukan pengembangan diri, melalui peningkatan literasi membaca dan menulis kreatif dan kritis. Potensi yang dimiliki peserta didik digali dan diberikan ruang dan tempo untuk berkembang dan berinovasi. Agar kreativitas berinovasi untuk tumbuh dan berkembang, maka orangtua, guru serta masyarakat dapat menyediakan suasana dan lingkungan kondusif.

Konsep integrasi berbeda dengan oposisi. Integrasi dimaknai sebagai proses penyesuaian antar dua unsur yang saling berbeda dan membedakan. Seperti unsur guru dan peserta didik tidak harus diposisikan dua yang beroposisi. Misalnya, posisi guru dan anak didik berbeda secara struktural, guru mengajar dan anak didik belajar. Pemosisian demikian sering menimbulkan konflik bahkan bencana! Penyesuaian elegan adalah mengintegrasikan kegiatan kedua unsur itu ke dalam pembelajaran, keduanya subyek yang saling melengkapi, tidak saling menafikan satu atas lainnya.

Era milenial tidak mengandalkan papan tulis dan kapur, tetapi alat elektronik dan kecanggihan teknologi. Guru harus berdampingan dengan era digital, memanfaatkan teknologi untuk mencari sumber belajar maupun berkomunikasi jarak jauh dengan peserta didik. Guru tidak memandang dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar.

Peserta didik juga harus memandang keberadaan guru hanya melengkapi unsur pembelajaran. Walau guru ssedang akit, tidak hadir atau ijin karena  kepentingan yang tidak bisa diwakilkan, peserta didik tetap belajar dari sumber belajar terkini, terpercaya dan akurat lainnya. Integrasi dapat dimaknai sebagai upaya penyatuan, pengubahan sikap dan tingkah laku guru dan peserta didik, sehingga tercapai kedewasaan dan keutuhan dalam  pembelajaran. Menurut Dr I Ketut Donder M Phil H, dosen Universitas I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, oposisi dan integrasi sejiwa dengan konsep dvaita dan advaita dalam filsafat Hindu. Kedua unsur penting pembelajaran guru dan peserta didik tidak dipilah apalagi dipertentangkan. Semoga. *

Prof.Dewa Komang Tantra,MSc.,Ph.D.

Komentar