nusabali

Pilih Bertani Tunggu Reda Pandemi

Kiat Pemuda Mantan Pekerja di Kapal Pesiar

  • www.nusabali.com-pilih-bertani-tunggu-reda-pandemi

GIANYAR, NusaBali
Tak kunjung berangkat kerja ke Kapal Pesiar karena Covid-19, Made Gede Duta alias Dedut,25, banting setir menjadi petani di Subak Banda. Pemuda asal Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ini mengaku lebih baik bertani dari pada bengong menanti pandemi.

Dedut sudah beralih jadi petani sejak setahun terakhir, sejak dirumahkan dari pekerjaan ‘mewah’ di kapal pesiar. Kini dia menggarap sekitar 45 are lahan sawah warisan orangtua yang sebelumnya tidak tergarap. Ditemui di sela-sela kesibukannya di sawah, Rabu (9/12), Dedut mengaku sempat dibuat stres oleh situasi pandemi ini. Karena dia sudah ancang-ancang berangkat ke kapal pesiar ketiga kalinya pada Maret 2020, namun batal. "Berangkatnya, terus mundur mundur, akhirnya sampai setahun saya di rumah, juga belum ada kejelasan," ujarnya.

Dia sadar tidak bisa berbuat banyak. Sedangkan hidup tak boleh berhenti. Akhirnya, dia menggarap sawah yang sudah lama tidak dia hiraukan. "Selama ini sawah diurus sama ibu saya, dan hasilnya pun tidak menentu karena tidak fokus merawatnya. Sekarang saya yang mencoba menggarap, hitung-hitung hiburan mengusir penat," jelasnya.

Kini tangannya mulai trampil menanam benih padi di petak sawah seluas 45 are. Dia menanam sendiri. Sejak kembali menggarap sawah, dia sudah merasakan tiga kali panen padi. "Dari 45 are lahan, sekali panen kurang lebih saya dapat 2,5 ton gerabah, kalau diuangkan sekitar Rp 7 jutaan, kotor," ujar pemuda yang telah ditinggal ayahnya sejak SD ini.

Kata dia, hasil panen padi tipis karena harus potong biaya traktor, obat-obatan, pupuk, dan lainnya. Makanya, menanam padi dilakukan sendiri. Kalau dipakai kerjaan serius, hasilnya sangat kurang. Tapi, lumayan untuk sampingan dan situasi mendesak seperti pandemi ini. "Mumpung masih bisa saya tanam sendiri," ungkapnya.

Dia mengaku tidak malu bertani. Toh menggarap sawah sendiri. "Sempat ada orang yang ingin beli sawah saya. Tapi saya tidak jual, mending saya garap sendiri," ujarnya. Tambah dia, permasalahan bertani masih soal hama dan penyakit tanaman. Air di Subak Banda masih mencukupi. *nvi

Komentar