nusabali

Ada Kemiripan dengan Terowongan Lain yang Dibangun di Abad XI

Terowongan yang Ditemukan di Proyek Bendungan Tamblang Diidentifikasi Tim Balai Arkeologi

  • www.nusabali.com-ada-kemiripan-dengan-terowongan-lain-yang-dibangun-di-abad-xi

Versi Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbhawa, terowongan serupa yang ditemukan di Desa Suwug dan Desa Sangsit dibangun tahun 1011 Masehi pada zaman Raja Sri Anak Wungsu

SINGARAJA, NusaBali

Tim Balai Arkeologi Denpasar (yang wilayahi Bali-NTB-NTT) terjun meninjau terowongan yang ditemukan di lokasi proyek Bendungan Tamblang di perbatasan empat desa bertetangga wilayah Kecamatan Sawan dan Kubutambahan, Buleleng Timur, Selasa (8/12). Dari hasil identifikasi sementara, terowongan di lokasi proyek Bendungan Tamblang ini mirip dengan sejumlah terowongan di tempat lain yang dibangun pada abad XI.

Tim yang terjun meniinjau terowongan di lokasi proyek Bendungan Tamblang, Selasa kemarin, dipimpin langsung Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbhawa. Dalam peninjauan tersebut, Tim Balai Arkeologi didampingi petugas proyek bendungan.

Tim peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar sempat masuk ke dalam terowongan yang posisinya di as Bendungan Tamblang. Mereka juga menelisik mulut terowongan di hulu Sungai Aya, yang berjarak sekitar 700 meter arah selatan dari terowongan yang ditemukan di as bendungan.

Menurut IGM Suarbawa, dari hasil pemantauan dan identifikasi langsung, di dalam terowongan ditemukan sejumlah ceruk kecil dengan diameter 15 sentimeter pada dinding. Jumlahnya cukup banyak di sisi kanan dan kiri, dengan jarak 40-80 sentimeter antara satu ceruk dengan ceruk lainnya.

“Perkiraan kami, ceruk-ceruk kecil itu berfungsi sebagai tempat lampu penerangan atau menyalakan obor. Zaman itu, sinar juga digunakan untuk mengukur kelurusan dalam pembuatan terowongan,” jelas Suarbhawa.

Suarbhawa menyebutkan, mulut terowongan yang ditemukan di pinggir Sungai Aya memang cendrung mengarah sebagai terowongan air untuk saluran irigasi masa itu. Hanya saja, dari identifikasi awal kemarin, Tim Balai Arkeologi belum dapat memastikan secara jelas, berapa angka tahun pembuatan terowongan di lokasi Bendungan Tamblang ini.

“Kami belum berani memastikan angka tahunnya, karena belum ada bukti penunjang berupa peninggalan sejarah yang kami temukan di dalam terowongan,” papar Suarbhawa.

Namun, menurut Suarbawa, terowongan di Bendungan Tamblang ini ada kemiripan dengan terowongan terowongan air di Pura Lebah Desa Suwug (Kecamatan Sawan, Buleleng) dan di Desa Sangsit (Kecamatan Sawan, Buleleng), yang dibangun pada abad XI. “Terowongan di Pura Lebah Desa Suwug dan goa di Desa Sangsit dibangun tahun 1011 Masehi pada zaman Raja Sri Anak Wungsu,” terang Suarbhawa.

Kemiripan yang ditemukan itu, kata Suarbawa, adalah dari segi bentuk terowongan dengan tinggi 170 sentimeter, lebar bawah 80 sentimeter, dan lebar atas 40 sentimeter. Suarbhawa memperkirakan terowongan di Bendungan Tamblang ini dibuat dari masa yang tak terlalu jauh dengan terowongan yang ditemukan di Desa Suwug dan Desa Sangsit.

Menurut Suarbawa, dugaan itu dikombinasikan dengan sejarah peradaban abad XI-XII di Bali, ketika penguasa masa itu sudah memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Salah staunya, dengan pembuatan saluran air irigasi. Selain itu, jika dikombinasikan dengan sejarah kebudayaan yang tercipta di kawasan Desa Tamblang (Ke-camatan Kubutambahan, Desa Bila (Kecamatan Kubutambahan), desa Bengkala (Kecamatan Kubutambahan), dan Desa Sawan (Kecamatan Sawan), merupakan daerah peradaban kuno.

Keberadaan Sungai Aya yang menjadi sumber aliran air Bendungan Tamblang, juga diyakini sebagai pendukung utama dalam persyaratan permukiman pada peradaban kuno. “Kawasan ini masuk dalam daerah peradaban kuno, apalagi di tebing Sungai Aya juga ada ceruk-ceruk pertapaan yang mengindikasikan masa peradabannya cukup tua,” tegas Suarbhawa.

Suarbawa mengatakan, kawasan Sungai Aya memiliki potensi yang sangat tinggi dari sisi arkeologis. Bahkan, satu temuan sejarah di kawasan Kecamatan Sawan juga memiliki potensi korelasi antara satu dengan lainnya. Balai Arkeologi tidak akan intervensi keberadaan terowongan yang ditemukan di as Bendungan Tamblang ini. Namun, kalau ada terowongan yang sama di temukan di luar bangunan inti bendungan, akan diselamatkan dan dilestarikan.

“Paling tidak, ada info dan cerita kepada generasi muda di balik bendungan besar yang dibangun ini, ada upaya leluhur mengalirkan air. Ini ada benang merah, hanya disesuaikan dengan teknologi terbaru. Lalu, kenapa dipilih bangun bendungan di sini, kemungkinan karena ada hal yang berkaitan dengan masa lalu,” katanya.

Sementara itu, Ahli Geologi Proyek Bendungan Tamblang, Herry Suwondo, mengatakan kunjungan Tim Balei Arkeologi Denpasar untuk melihat kepastian posisi terowongan terhadap proyek tidak ada masalah dan kendala. Dalam laporannya, tim ahli bendungan sudah menjelaskan kemungkinan yang terjadi atas keberadaan terowongan di as bendungan ini.

Menurut Herry, terowongan yang berada tepat di as Bendungan Tamblang akan ditutup dengan teknik plugging. Artinya, terowongan ini tidak akan dihancurkan, tetapi disumbat dengan beton untuk mengantisipasi kebocoran bendungan. “Kami masih mengkonsultasikan dengan tim ahli di Jakarta, Komisi Keamanan Bendungan, dan Balai Bendungan di Bali. Tapi, secara garis besar terowongan itu harus disumbat, agar tidak bocor,” tegas Herry.

Herry menyebutkan, penanganan dengan penyumbatan terowongan merupakan jalan satu-satunya. Sebab, pembongkaran terowongan dengan penggalian baru, tidak memungkinkan. Menurut Herru, penggalian tanah yang posisinya akan menjadi as bendungan sudah dengan perhitungan sangat teknis, termasuk dari sisi kemiringan galian. “Secara posisi, tidak memungkinkan mengubah desain galian. Jadi, langkah logis dengan penyumbatan terowongan,” katan Geolog asal Solo, Jawa Tengah ini.

Terowongan yang awalnya diduga saluran irigasi zaman Belanda di as Bendungan Tamblang itu sendiri ditemukan pekerja proyek, 21 November 2020 lalu. Terowongan yang mulutnya berbentuk persegi panjang ini ditemukan di sisi barat Sungai Aya wilayah Desa/Kecamatan Sawan.

Terowongan ini ditemukan saat pekerja melakukan penggalian. Lubang yang ternyata terowongan itu muncul setelah penggalian mencapai 40 meter ke bawah. Posisi terowongan itu berada pada lahan yang rencana-nya akan dibangun tubuh bendungan.

Awalnya, hanya ditemukan satu lubang. Namun, di tengah-tengah galian tak jauh dari lubang pertama (di sebelah timurnya) kembali ditemukan lubang yang sama. Tim dari proyek Bendungan Tamblang sudah melakukan pelusuran ke dalam lubang pertama. Mereka mengukur panjang terowongan yang masih bisa diakses sepanjang 480 meter ke arah barat, kemudan berbelok ke selatan. Sedangkan untuk lubang kedua yang ditemukan hanya 5 meter sebelah timur lubang pertama, belum dilakukan penelusuran. *k23

Komentar