nusabali

Anak Disabilitas Tampilkan Tari Panyembrama dan Tari Gopala

Tampil di Ajang Internasional 'Inclusive Dance World Vision VIII'

  • www.nusabali.com-anak-disabilitas-tampilkan-tari-panyembrama-dan-tari-gopala

DENPASAR, NusaBali
Yayasan Anak Unik, sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan untuk anak-anak keterbelakangan mental dan berkebutuhan khusus berhasil mengajak anak-anak disabilitas ikut serta dalam ajang ‘Inclusive Dance World Vision VIII’ tahun 2020 yang berpusat di Moskow, Rusia dan disiarkan ke berbagai negara secara daring.

Melalui ajang inclusive dance ini, Yayasan Anak Unik yang menggandeng Sanggar Seni Krisna dari Desa Tojan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar ingin menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki peluang untuk menorehkan prestasi. Mereka menjadi satu-satunya peserta yang mewakili Indonesia.

Ketua Yayasan Anak Unik, Ni Gusti Putu Parmiti mengatakan, keterlibatan Yayasan Anak Unik dan Sanggar Seni Tari Krisna dari Desa Tojan berawal dari perkenalannya dengan Maria Melinkova selaku Manager Inclusive Dancer untuk Indonesia. Perkenalan yang terbilang singkat itu akhirnya memilih Yayasan Anak Unik untuk ikut berpartisipasi dalam ajang skala internasional untuk anak berkebutuhan khusus itu.

“Kami bisa dibilang baru kenal dengan Maria. Maria ini terhubung langsung dengan Presiden Director Inclusive Dance World Vision, sehingga kami sangat bangga bisa ikut ajang ini untuk pertama kalinya. Kami ditawari sekitar bulan Oktober 2020,” ungkap Parmiti melalui sambungan telepon, Jumat (4/12).

Presiden Director Inclusive Dance World Vision, Leonid Terasov berpandangan bahwa sudah seharusnya ada sebuah acara besar yang berskala internasional sekelas olimpiade khusus untuk para disabilitas di seluruh belahan dunia. Ajang ini bertujuan untuk mempersatukan disabilitas di seluruh negara. “Ketika kami ditawari, kenapa tidak? Kita coba saja. Tidak muluk-muluk, harapannya anak-anak disabilitas di Yayasan Anak Unik bisa tampil di situ, menikmati acaranya, dan kalau bisa ada setiap tahun bisa ikut,” jelas Parmiti.

Para peserta yang mengikuti ‘Inclusive Dance World Vision VIII’ diminta untuk mengirim video tarian dan mengikuti beberapa penjurian serta agenda acara secara online. Berdasarkan informasi, yang berhasil masuk nominasi adalah sebanyak 38 negara. Karya dari Yayasan Anak Unik dan Sanggar Seni Tari Krisna masuk ke dalam kategori Folk Dance atau tarian yang mengangkat cerita rakyat. Dalam hal ini, Yayasan Anak Unik dan Sanggar Seni Tari Krisna membawakan Tari Panyembrama dan Tari Gopala.

Adapun yang terlibat di antaranya 6 anak dari Yayasan Anak Unik dan 6 anak dari Sanggar Seni Krisna menarikan Tari Panyembrama. Serta 4 anak dari Sanggar Seni Krisna dan 3 anak Yayasan Anak Unik menarikan Tari Gopala. Diakui, persiapan yang dilakukan sangat singkat. Namun demikian, kegiatan syuting dapat berjalan dengan baik meskipun dengan dana swadaya. Hal ini karena anak-anak disabilitas yang tampil sudah menguasai dua tarian tersebut. Di samping itu, dukungan para orangtua siswa dari anak-anak disabilitas sangat senang karena melihat anak-anaknya mengikuti ajang internasional.

“Kami syuting tiga kali mengambil lokasi di Desa Tojan. Mungkin anak-anak (disabilitas) tidak mengerti mereka sedang ikut ajang internasional, tapi mereka mengerti kami jelaskan bahwa mereka akan menari. Di situ mereka sangat happy. Saya lihat semua senang dengan kamera, senang ditonton banyak orang dan senang menari. Karena itu memang keluar dari lubuk hati mereka,” beber Parmiti.

“Yang tidak kalah senangnya adalah orangtuanya. Orangtua mereka jadi lebih semangat, dan mengerti sekali keadaan kami yang dengan dana swadaya ikut berpartisipasi. Kami semua gotong royong dan para orangtua saling mendukung. Kalau tanpa dukungan orangtua anak-anak, kemungkinan kami akan tertatih-tatih,” imbuhnya.

Diakui, mendidik anak berkebutuhan khusus apalagi dengan IQ rendah tidaklah mudah. Tidak saja pelajaran akademik, untuk mengajar keterampilan seperti menari pun membutuhkan waktu. Menurut Parmiti, membutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk anak-anak bisa menguasai satu tarian. Tak jarang, selama proses itu banyak kendala yang dihadapi seperti siswa kesulitan dan stress ketika tidak bisa mengulang gerakan dengan baik.

“Dalam menari ada tiga skill yang dibutuhkan yakni keterampilan melihat, mendengar, dan bergerak. Bagi mereka (disabilitas) ini adalah skill yang besar. Sehingga perlu bersabar dan ekstra waktu untuk mengajarkan mereka. Inilah tantangan kami sebagai pengajar, untuk menemukan bakat dan potensi mereka. Karena kalau tidak digali, kita tidak akan tahu,” katanya.

Melalui partisipasi di ajang internasional ini, Parmiti ingin menegaskan bahwa walau dengan banyak kekuruangan, anak-anak disabilitas memiliki peluang dan kemungkinan. Sejelek-jeleknya manusia, mereka punya satu keunikan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Parmiti pun berharap Yayasan Anak Unik bisa ikut berpartipasi pada ajang ‘Inclusive Dance World Vision’ di tahun-tahun selanjutnya.

“Harapan saya semoga kami bisa terus berkreasi, terus dikenal dunia, kalau bisa pemerintah juga ikut membantu kami walaupun sedikit saja bantuan. Seperti penyewaaan pakaian, soundsystem, kamera, akomodasi. Karena tahun ini kami murni swadaya. Mudah-mudahan bisa ikut tahun-tahun selanjutnya, dan bisa terbang ke Rusia. Karena tahun ini pandemi, makanya digelar secara online,” tandas Parmiti. *ind

Komentar